Advertisement
Jago Menyingkat Nama, Orang Jogja Juga Ahli Berbahasa Walikan. Begini Rumusnya..
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA-Masyarakat Jogja punya cara unik dalam menyebutkan nama, baik itu nama daerah, nama jalan, maupun nama orang. Dua cara yang biasa dilakukan adalah dengan bahasa singkatan dan walikan.
Bahasa singkatan adalah dengan menyingkat kata yang sesungguhnya, seperti Jalan Kaliurang menjadi Jakal, Jalan Magelang menjadi Jamal, Jalan Imogiri menjadi Jaim, Taman Siswa menjadi Tamsis dan masih banyak lagi.
Advertisement
Sementara untuk bahasa walikan, meskipun tidak familiar di telinga anak zaman sekarang, bahasa ini sudah lazim dipakai kaum muda di era 1990an. Salah satunya adalah kata "dagadu" dan "dab".
Anak zaman sekarang memahami dagadu sebagai sebuah brand kaus ternama di Jogja. Namun, dagadu sebenarnya adalah salah satu bahasa walikan yang sangat terkenal yang artinya adalah matamu. Maka tak heran jika simbol dagadu adalah mata.
Bahasa walikan atau boso walikan adalah bahasa gaulnya anak Jogja. Bahasa ini digunakan untuk menunjukkan keakraban dengan lawan bicara.
Tak hanya dagadu, kata "dab" juga menjadi salah satu Bahasa Walikan yang sangat terkenal kala itu, bahkan hingga saat ini masih banyak yang menggunakannya. Dab, adalah kata sapaan yang berarti "mas".
Lembaga yang mengurusi program keistimewaan Yogyakarta, Paniradya Kaistimewan, pernah menjelaskan bahwa boso walikan Jogja sudah dipakai sejak masa penjajahan. Bahasa ini merupakan bahasa terenkripsi dengan metode penukaran pada aksara jawa.
Bahasa ini konon dipakai para pejuang Jogja supaya mata-mata kolonial yang mengerti bahasa Jawa tidak mengetahui apa yang sedang mereka bicarakan.
Baca juga: 10 Nama Jalan di Jogja yang Lebih Populer Singkatannya daripada Kepanjangannya
Bahasa walikan muncul tidak begitu saja. Ada rumus yang digunakan yaitu dengan membalikkan huruf. Hanya saja, dasarnya bukan alfabet ABC, melainkan dengan aksara Jawa Hanacaraka atau sistem abjad orang Jawa.
"Cara membuatnya dengan menukar aksara [Jawa], baris pertama menjadi baris ketiga, dan baris kedua menjadi baris keempat, dan sebaliknya," jelas akun Twitter Paniradya Kaistimewan dikutip Harianjogja.com melalui Suara.com.
Dalam aksara Jawa diketahui baris pertama terdiri dari ha, na, ca, ra, dan ka; baris kedua da, ta, sa, wa, dan la; baris ketiga pa, dha, ja, ya, dan nya; sedangkan baris keempat atau terakhir adalah ma, ga, ba, tha, dan nga.
Maka, setiap aksara punya pasangan masing-masing untuk bisa saling ditukar, yakni ha-pa, na-dha, ca-ja, ra-ya, ka-nya, da-ma, ta-ga, sa-ba, wa-tha, dan la-nga.
Lantas bagaimana dengan rumus boso walikan matamu bisa menjadi dagadu?
Pertama, "ma" ditukar dengan "da" karena sama-sama aksara pertama masing-masing di baris keempat dan kedua aksara Jawa. Kedua, "ta" ditukar dengan "ga" karena sama- sama aksara kedua pada baris kedua dan keempat. Terakhir, "ma" ditukar dengan "da" seperti suku kata pertama, lalu disesuaikan dengan huruf vokalnya yakni "mu" menjadi du", sehingga jika disusun "matamu" menjadi "dagadu".
Selain dagadu, masih banyak bahasa walikan yang cukup tenar. Di antaranya dab artinya mas, lodse: ngombe (minum); soco: bojo (suami/istri); japemethe: cahe dewe (teman sendiri); themon: wedok (cewek); muthig: duit (uang); pisu: ibu; nyothe: kowe (kamu); poya hoho: ora popo (tidak apa-apa); dan masih banyak lagi.
Itulah ulasan tentang bahasa walikan Jogja. Jika namamu dibahasakan dengan walikan, jadinya apa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Muhadjir Sebut Jokowi Perintahkan Para Menteri untuk Bangun Rest Area Lebih Banyak
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Manfaatkan Sampah Rumah Tangga, Kelurahan Cokrodiningratan Latih Warga Bikin Kompos dengan Biopori
- DBD Mulai Merajalela di DIY, Ini Dia Strategi Dinkes
- Pemda Ajak Kadin DIY Menekan Kemiskinan Ekstrem
- Cara Membeli Tiket Kereta Bandara YIA, Biaya Hanya Rp20.000
- Berikut Jadwal Lengkap KA Prameks Jogja Kutoarjo Selama Mei 2024
Advertisement
Advertisement