Advertisement

DPAD DIY Gelorakan Wisata Sadar Arsip Lewat Diorama Arsip Jogja

Sunartono
Kamis, 07 April 2022 - 16:32 WIB
Budi Cahyana
DPAD DIY Gelorakan Wisata Sadar Arsip Lewat Diorama Arsip Jogja Kunjungan abdi dalem Kraton dan masyarakat umum dalam rangkaian Wisata Sadar Arsip, Kamis (7/4/2022). - Harian Jogja/Sunartono.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY menggelar Wisata Sadar Arsip pada Kamis (7/4/2022).

Kegiatan ini mengajak berbagai komponen masyarakat mulai dari masyarakat umum, perangkat desa, hingga abdi dalem Kraton dan Puro Pakualaman untuk melihat langsung Diorama Arsip Jogja yang berada di Kantor DPAD DIY.

Advertisement

Wisata sadar arsip ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengelolaan arsip yang benar dan sesuai aturan dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat. Para peserta mendapatkan pengalaman seru dan menarik dengan mengunjungi secara langsung, kemudian mendapatkan gambaran nyata tentang pengelolaan arsip.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY Monika Nur Lastiyani menjelaskan pembangunan Diorama Arsip Jogja ini untuk memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan arsip karena banyak masyarakat yang menganggap arsip sebagai kertas yang tidak bermakna. Diorama ini memberikan ruang kepada masyarakat untuk bisa melihat arsip secara modern serta masyarakat bisa menikmati arsip dengan penuh kegembiraan.

“Saat ini banyak anak milenial sehingga diorama ini dibuat secara menarik dan kekinian dengan landasan utama arsip, jadi yang disajikan semua adalah arsip dengan konsep berbeda,” katanya, Kamis (7/4/2022).

Diorama ini terdiri dari 18 ruang, ruang 1 sampai ruang 10 menyampaikan informasi tentang sejarah Jogja yang dikemas sedemikian menarik. Kurun waktu yang ditarik yaitu sekitar 430 tahun silam mulai dari Panembahan Senopati sampai adanya Keistimewaan DIY. Adapun ruang berikutnya hingga terakhir adalah ruang tematik dengan menonjolkan peran Jogja sebagai kota pendidikan, wisata hingga penggambaran Jogja saat terjadi bencana.

“Kami menggunakan banyak riset dan referensi termasuk naskah tentang Jogja yang berada di British Library yang saat ini sudah didapatkan digitalnya,” katanya

Salah satu ruang yang dinilai menarik oleh banyak pengunjung adalah Ruang 8 yang mengangkat tema tentang lokomotif perubahan. Seperti ruangan lainnya, ruang 8 ini dikemas dengan sangat cantik. Terdapat rel kereta api yang dirasakan seperti benar-benar berada di stasiun zaman dahulu. Lokomotif perubahan ini dapat dinarasikan pada era ketika Jogja saat itu mulai masuk ke revolusi industri.

Roda perekonomian bergerak, muncul pabrik, industri kreatif, diibaratkan sebuah lokomotif yang menarik gerbong menuju perubahan. Rel kereta api menunjukkan Jogja bergerak maju ke depan. Arsip yang disajikan, seperti di tahun itu perusahaan gula Madukismo didirikan ada mulai ada geliat industri.

“Itu kami buat sekitar 2017 story line. Itu pun tidak tuntas setahun karena diperlukan perbaikan. Saat anggaran tersedia kemudian terkendala pandemi tertunda lagi sehingga baru bisa direalisasikan 2021,” katanya.

Proses pembangunan diorama itu melibatkan banyak tim ahli karena yang diangkat adalah ruang berdasarkan periodesasi serta tema yang berbeda. Arsip yang dipilih dan naskah yang dikaji harus sesuai dengan kurun waktu tersebut. Ahli sangat berperan untuk mendapatkan perwajahan agar diorama pas dengan zaman sekarang. Ahli sejarah, kurator, ahli seni benda dan tata kelola seni, dilibatkan. Tujuannya agar mampu menghadirkan benda seni bisa dipamerkan dan terlihat menarik. Ahli animasi, audio video, mechanical electrical hingga ahli pencahayaan, juga terlibat proyek ini.

“Karena dari ruang satu ke ruang lain itu tidak ada pintu, saat kita sudah bergeser ke ruang lain, audio di ruang sebelah sudah tidak terdengar. Kami berusaha membawa pengunjung seperti berada di era sejarah di diorama, misalnya era itu ada suara burung, angin dan hewan,”  ucapnya.

Pelibatan banyak ahli ini terbukti mampu menghasilkan karya diorama yang menarik, sehingga seolah pengunjung yang datang terbawa pada suasana Jogja di masa lalu dan bisa merasakan Jogja berproses dan terbentuk menjadi sebuah kota dengan peradaban tinggi. Yang disajikan semuanya adalah arsip. Namun tidak ada arsip asli yang disajikan, semua replika sehingga arsip aslinya dijamin tersimpan dengan baik. 

“Jadi ini kami bangun berdasarkan sumber yang autentik yaitu arsip. Arsipnya asli tetap kami simpan, tetapi melalui proses kreatif seni, arsip yang ditampilkan tampak seperti aslinya,” ucapnya.

Monika mengatakan proses dan tahapan penyusunan Diorama Kearsipan ini selalu dikomunikasikan dengan Gubernur DIY. “Bahkan beliau [Gubernur DIY] pun ikut mengawal saat pembangunan berjalan, saat belum jadi pun beliau sempat tindak-tindak [melakukan pengawasan langsung] ke ruang Diorama,” katanya.

Diorama ini dijadikan sebagai wisata edukasi. Masyarakat yang ingin berkunjung bisa mendaftar melalui tiket online di dioramaarsip.jogjaprov.go.id.  Untuk sementara, pengunjung masih digratiskan karena belum ada regulasi penarikan retribusi. Namun karena keterbatasan tempat, setiap trip dibatasi maksimal 20 orang.

“Kami akan merumuskan peraturan gubernur tentang tarif sehingga ke depan akan berbayar. Sekarang peminatnya sangat banyak sehingga untuk dua pekan ke depan sudah penuh,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Sheila on 7 Bikin Konser di Medan, Pertumbuhan Sektor Pariwisata di Sumut Ikut Subur

News
| Kamis, 25 April 2024, 13:07 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement