Advertisement

Salut, Sudah Berumur 80 Tahun, "Pakarnya" Ikan Gabus asal Sleman Ini Tetap Berbagi Ilmu

Lajeng Padmaratri
Sabtu, 16 Juli 2022 - 07:37 WIB
Arief Junianto
Salut, Sudah Berumur 80 Tahun, Mbah Kidjo. - Harian Jogja/Lajeng Padmaratri

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN -- Di usianya yang sudah menyentuh kepala delapan, Sukidjo masih banyak meluangkan waktu bagi orang-orang yang ingin belajar soal budi daya ikan gabus. Ilmunya pun ia berikan secara cuma-cuma. Pria yang kini tinggal di Dusun Jetis Depok, Sendangsari, Minggir, Sleman, itu akrab disapa Mbah Kidjo.

Di belakang gubuk kecilnya, terhampar kolam-kolam ikan dengan luasan sekitar 900 meter. Di sana lah ikan gurame dan ikan gabus ia pelihara. Dari dua jenis ikan itu, gabus lah yang melambungkan namanya.

Advertisement

Di kalangan pembudidaya ikan gabus, Mbah Kidjo dianggap sebagai empu. Banyak orang yang menganggapnya sebagai pelopor budi daya ikan yang bernama lokal ikan kutuk itu. Dari Sabang sampai Merauke, orang-orang belajar padanya untuk budi daya ikan gabus.

Sejatinya, Mbah Kidjo sudah menggeluti dunia budi daya ikan sejak 1970-an. Awalnya, dia mencoba budi daya lele lokal. Berbagai jenis ikan coba ia pelajari hingga ia menekuni budi daya ikan gurame. Saat memelihara gurame ini, ia dipertemukan dengan ikan gabus.

BACA JUGA: Kembali, Unisa Yogyakarta Raih Hibah PKKM 2022

Suatu kali pada 2005, dia menemukan indukan ikan gabus di kolam guramenya. Entah dari mana asalnya, tetapi rupanya gabus itu memiliki banyak anakan. Dia pun penasaran dengan ikan itu dan mempelajarinya siang dan malam.

“Saya tempatkan ikan gabus itu di kolam, siang-malam ta’ pelajari. Tetapi saya juga mencoba mempelajari bagaimana perilaku gabus kalau ditempatkan di sungai maupun di rawa, ternyata dia paling cocok di
kolam yang airnya dangkal. Sebab, kalau di sunga, dia suka di tepian,” kata Kidjo kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

Lantaran siang-malam selalu di kolam ikan, banyak orang sekitar yang menganggapnya gila. Rasa penasaran membuatnya tetap bergeming. Jangan-jangan ikan yang baru saja ia temukan itu punya khasiat khusus. “Waktu itu saya belum tahu khasiatnya apa, benarbenar masih belajar. Ternyata kan sekarang populer karena banyak khasiatnya,” kata dia.

Nutrisi ikan kutuk atau Channa striata itu dikenal ampuh untuk mempercepat penyembuhan luka. Sari ikannya juga banyak diolah menjadi kapsul albumin. “Kabarnya, ikan ini juga banyak dicari penderita
diabetes,” imbuh Mbah Kidjo.

Selama lima tahun, Mbah Kidjo banyak belajar mengenai budi daya ikan gabus. Meski kini sudah dianggap maestro lantaran banyak jadi rujukan orang, tetapi dia tetap menganggap masih dalam taraf belajar.
“Saya enggak baca buku, memang autodidak, belajar langsung dari ikannya. Lebih puas,” ujarnya.

Sebarkan Ilmu

Kini, bisnis budi daya ikan gabus yang digeluti Mbah Kidjo terus berkembang. Dia pun kini menyediakan bibit dan indukan ikan gabus. Bagi setiap pembeli, dia juga menawarkan program
pendampingan yang bisa dijalani dengan tarif cuma-cuma alias gratis. “Banyak juga yang bertanya lewat Whatsapp. Saya pastikan, saya sendiri yang menjawab,” kata dia.

Dalam menjalankan bisnis ini, dia dibantu istri dan anak-cucunya. Setiap pagi sekitar pukul 07.00 WIB, dia akan membersihkan kolam-kolam ikannya dan memberi mereka makan. Barulah setelah itu, dia akan leyeh-leyeh, barangkali ada tamu yang datang. “Dari pemula, instansi-instansi, sampai mahasiswa banyak yang belajar dan penelitian ke sini,” ujarnya.

Banyaknya orang yang berguru padanya, rupanya tidak menjadikan Mbah Kidjo jemawa dan lantas berangan muluk. Dia tetap menjalani budi daya ikan dan memberi pendampingan kepada siapapun yang
ingin belajar. “Prinsip saya bukan duitnya, tetapi kuncinya pemberdayaan masyarakat. Misal ada yang memberi [upah] ya saya terima kasih, kalau tidak ya saya ikhlas, yang penting ilmunya sudah saya
berikan,” kata dia.

Meski sudah puluhan tahun berkutat dengan budi daya ikan, Kidjo merasa masih terus belajar. Buktinya, bulan lalu dia masih mengalami jatuh bangun lantaran indukan gabusnya banyak yang mati terkena penyakit. “Masih saya cari obatnya yang permanen. Makanya sampai sekarang itu masih dalam taraf belajar, kalau di perikanan enggak ada berhenti belajar,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement