Advertisement
Sudah Jadi Syarat Perjalanan, Capaian Booster di Sleman Belum 50%, Ini Alasannya...
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN — Meski vaksin booster sudah menjadi syarat perjalanan, tetapi belum mampu mendorong vaksinasi booster di Sleman hingga 50%. Hingga 17 September 2022, capaian booster di Sleman baru 46,29%.
Epidemiolog UGM, Bayu Satria Wiratama mengatakan warga kurang minat untuk vaksin booster karena merasa kondisi sudah aman. Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di beberapa negara lain.
Advertisement
Untuk mendorong vaksin perlu dilakukan edukasi dan gerakan door to door. Lalu perlu juga dilakukan survei untuk mengetahui secara pasti kenapa masyarakat enggan booster padahal layanan sudah dibuka di kalurahan-kalurahan.
"Kenapa kok gak mau, kemudian juga mungkin karena belum ada libur panjang. Sehingga mobilitas masyarakat tidak tinggi, ya mereka santai-santai saja karena enggak akan keluar kota," ujarnya, Selasa (20/9/2022).
BACA JUGA: Kesal karena Sering Kena Omel, Karyawan Nekat Curi HP Si Bos
Vaksin booster membuat masyarakat lebih kebal jika terkena virus. Sehingga meski kondisi sudah lebih aman, tidak ada salahnya jika masyarakat melakukan booster.
Vaksin lengkap membuat ketahan tubuh menjadi tinggi, dan akan lebih tinggi lagi saat booster. "[Gejala Covid-19] Menengah sampai berat untuk perawatan ini akan sangat berkurang lagi karena sudah booster dibandingkan dengan dosis lengkap," ucap dia.
Selain itu, bagi yang punya komorbid, booster akan sangat membantu. Karena kita tidak tahu kapan badan dalam kondisi fit dan tidak. Sehingga untuk amannya lebih baik booster. "Menjaga tubuh kita, karena enggak tahu kapan tubuh kita fit atau tidak," ungkapnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati mengatakan meski capaian vaksin booster baru 46,29%, tetapi sudah mengalami peningkatan.
Menurutnya, booster sebagai syarat perjalanan berdampak pada minat masyarakat untuk vaksin. Khususnya bagi masyarakat yang kerap bepergian dan mobilitas tinggi.
Akan tetapi dampaknya belum signifikan karena karena secara persentase tidak terlalu banyak orang yang bermobilitas. "Persentase orang dengan mobilitas tinggi kan sangat kecil. Yang berminat yang sering bepergian," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
AS Disebut-sebut Bakal Memberikan Paket Senjata ke Israel Senilai Rp16 Triliun
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 20 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
- Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Sabtu 20 April 2024
- Dibanding Tahun Lalu, Jumlah Turis dan Belanja Wisatawan Kota Jogja Kali Ini Naik Selama Libur Lebaran
- Jadwal Buka Depo Sampah di Kota Jogja
- Pansus DPRD DIY Mulai Bahas Perubahan Aturan Soal Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur
Advertisement
Advertisement