Advertisement
Disdikpora Bantul: Sekolah dengan Siswa Kurang dari 10 Anak Bakal Di-regrouping
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL — Sekolah dasar (SD) dengan jumlah murid kurang dari 10 memiliki kemungkinan untuk di-regrouping.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantul, Isdarmoko, ketika dihubungi Harian Jogja, Kamis (03/11/2022). Meski begitu, Isdarmoko menegaskan belum ada pernyataan resmi terkait dengan regrouping tersebut.
Advertisement
“Sebenarnya saya belum menyatakan secara konkret seperi itu. Hanya saja saya punya kepentingan bahwa demi efektivitas dan efesiensi pendidikan di Bantul maka kami telah mengadakan pemetaan terhadap sekolah-sekolah yang kekurangan siswa,” kata Isdarmoko.
Jelasnya, jumlah standar rombongan belajar (rombel) SD adalah 28 orang per kelas. Pemetaan tersebut pertama-tama dilakukan kepada SD dengan jumlah rombel kurang dari 20 siswa dan kurang dari 10 siswa.
“Hasil pemetaan tersebut akan membantu kami untuk mendapat data yang konkret. Dan yang menjadi perhatian kami adalah sekolah-sekolah dengan murid di bawah 10 siswa,” ucapnya.
BACA JUGA: Trans Jogja Rute Ngabean-Palbapang Bantul Resmi Beroperasi
Kata dia, ketika Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2021, terdapat 13 SD yang menerima murid di bawah anak.
Langkah kedua yang akan dilakukan setelah pemetaan jumlah siswa adalah mencatat konsistensi jumlah murid di suatu sekolah selama tiga tahun berturut-turut.
Apabila selama tiga tahun jumlah murid tetap di bawah 10 anak, maka Isdarmoko akan mengambil kebijakan khusus. Hanya saja, kebijakan tersebut masih harus melalui pengkajian.
“Mungkin tidak apabila sekolah itu kami regrouping dan jika mungkin dilakukan regroup, kami petakan juga sekolah mana yang terdekat, jaraknya berapa,” lanjutnya.
Isdarmoko menegaskan tak dapat langsung melakukan regrouping kendati jumlah murid ada di bawah sepuluh orang. Selain jarak, pertimbangan lain yang harus dijadikan patokan adalah pasangan dengan usia subur yang akan memiliki anak.
“Kalau suatu sekolah telanjur ditutup dan banyak anak usia sekolah di sekitar situ kan jadi tidak bijaksana dan malah kontraproduktif,” ujar dia.
Tak berhenti di situ, sekolah yang telah berdiri bertahun-tahun dan menjadi kebanggaan warga sekitar tidak akan disetujui warga tersebut untuk di-regrouping.
Katanya, ada suatu sekolah di Kapanewon Pandak yang hanya mendapat tujuh murid dan ketika ada wacana untuk di-regrouping, kepala dusun, ketua RT, dan tokoh masyarakat setempat menyatakan keberatan.
“Ada juga sekolah di Dlingo yang siswanya kurang dari 10 anak. Seandainya akan di-regroup, sekolah paling dekat itu masuk wilayah Gunungkidul,” kata Isdarmoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Dico dan Raffi Ahmad Foto Bareng Munculkan Spekulasi, Ini Respons Golkar Jateng
- Terbongkar! Pejabat Kementan Patungan Rp1 Miliar untuk Biayai Umrah SYL
- Arsip Indarung I Semen Padang Ditetapkan Jadi Memory of the World Asia Pacific
- Presiden NOC Prancis Doakan Timnas Indonesia Lolos ke Olimpiade Paris
Berita Pilihan
Advertisement
Viral Unboxing Paket Mainan Megatron, Kemenkeu Pastikan Itu Bukan Ulah Bea Cukai
Advertisement
Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga
Advertisement
Berita Populer
- PEMBERDAYAAN MASYARAKAT: Dispar dan DPRD DIY Gelar Pelatihan Kuliner di Kampung Wisata Purbayan
- Terbaru! Jadwal KRL Jogja-Solo Rabu 8 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
- Jadwal Terbaru! KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Rabu 8 Mei 2024
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Rabu 8 Mei 2024
- Jadwal Kereta Bandara YIA Rabu 8 Mei 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
Advertisement
Advertisement