Advertisement
Pakar Hidrogeologi: Kalau Karst Dipangkas, Kekeringan di Gunungkidul Bakal Makin Parah
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul berencana mengajukan pengurangan atau pemangkasan luasan Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK) Gunungsewu. Pakar Bidang Hidrogeologi Karst UPN Veteran Yogyakarta, Sari Bahagiarti K. mengatakan pengurangan luasan KBAK di Gunungkidul bisa menimbulkan bencana seperti kekeringan.
Dia menjelaskan KBAK merupakan tempat menyimpan air tanah yang besar. Jika KBAK dikurangi, kata Sari, di mana lagi air tanahnya akan disimpan.
Advertisement
"[dampak bencana] misalnya kekeringan. Gunungkidul sudah identik dengan kekurangan air. Di sisi lain bentang alam karst adalah penyimpan air," ucapnya kepada Harianjogja.com, Jumat (25/11/2022).
Dia menjelaskan di dalam karst banyak sungai-sungai besar dengan air yang melimpah. Jika dibongkar dan ditambang, sungai-sungai ini akan hilang. "Gunungkidul mau dapat air tanah dari mana? impor terus? sekarang saja sudah mengandalkan bantuan dari tempat lain," tegas dia.
Sari tegas tidak sepakat dengan pengurangan luasan KBAK karena dampaknya akan menyasar berbagai sisi. Seperti aspek geologi, geomorfologi, hidrogeologi, arkeologi, pertanian, perkebunan, peternakan, dan lain-lain.
Menurutnya ini baru dampak dari sisi keilmuan, dampak lainnya akan menyasar ke sisi sosial budaya dan keekonomian. Kalau luasan KBAK dikurangi, artinya kawasan non KBAK bebas untuk diapakan saja. Sari menyebut sudah pasti arahnya akan ke penambangan.
"Gak mungkin gak ke sana [penambangan]. KBAK ini boleh diapa-apakan asal gak ditambang dan tidak dirusak. Peternakan, perkebunan, wisata, dan lainnya," kata Sari.
Gunungkidul kata dia, terkenal dengan Gunungsewunya. Gunungsewu ini adalah karst, sehingga jika karst dikurangi Gunungkidul tidak punya ikon lagi.
Pantai-pantai di Gunungkidul juga menjadi primadona karena pantainya karst. Berbeda dengan pantai-pantai di wilayah Utara Jawa yang pesisirnya datar. Pantai di Gunungkidul menurutnya eksotis dengan batu karang terjal, ada bukit-bukit, dan gua-gua.
"Ikon Gunungkidul itu Gunungsewu dan Gunungsewu itu karst gak ada yang punya lahan karst seluas Gunungkidul," jelasnya.
BACA JUGA: Warga di Kulonprogo Terancam Tergusur Kedua Kalinya karena Proyek Tol Jogja-YIA
Lebih lanjut dia mengatakan, jika KBAK ditambang keuntungan yang dirasakan hanya sesaat. Sementara untuk membentuk karst seperti itu dibutuhkan waktu jutaan tahun.
"Setahun dua tahun [habis]. ekonomi [nilainya] hanya semasa pemerintahan. Tidak memikirkan sustainability untuk anak cucu."
Sari menjelaskan selama ini karst dimanfaatkan untuk bahan baku semen, bahan bangunan, campuran kosmetik, campuran pasta gigi, hingga industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Jurnalis dan Pegiat Media Jogja Tolak RUU Penyiaran
- Pemkot Jogja Luncurkan Sekolah Perempuan Penyintas Kekerasan
- Hari Bakti Dokter Indonesia, IDI Gelar Baksos Operasi Bibir Sumbing di RSUD Sleman
- Puluhan Pewarta Berlaga di Turnamen Billiar Piala Wabup Sleman 2024 di 911 SCH, Ini Para Juaranya
- Produk Turunan Sawit UMKM Jogja Dipamerkan di Acara Indonesia Plantation Watch 2024
Advertisement
Advertisement