Advertisement
Ratusan Ingkung Disajikan untuk Mengenang Ki Ageng Wonokusumo di Gunungkidul
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Warga di Kalurahan Jatiayu dan Gedangrejo, Karangmojo, memperingati tradisi Madilakiran di makam Ki Ageng Wonokusumo di Dusun Wonontoro, Jatiayu, Karanmojo, Gunungkidul, Senin (16/1/2023). Nasi berkat dan 300 ingkung disajikan kepada masyarakat.
Tokoh masyarakat di Gedangrejo, Sembodo mengatakan peringatan Jumadil Akhir atau Madilakiran di makam Ki Ageng Wonokusumo merupakan acara yang digelar rutin setiap tahunnya. Makam Ki Ageng Wonokusumo berada di Kalurahan Jatiayu, tetapi warga Gedangrejo juga ikut merayakan karena lokasinya saling berdekatan.
Advertisement
“Tahun ini ada lebih dari 300 ikung yang disajikan untuk memeriahkan peringatan,” katanya, Seni siang.
Menurut dia, ingkung bersama dengan nasi kenduri dibuat warga sekitar kemudian dibagikan kepada warga yang hadir di acara peringatan. “Ingkung-ingkung ini berasal dari warga yang cita-citanya bisa terkabulkan, seperti permintaan agar sembuh dari sakit dan lain sebagainya,” kata Dukuh Karangawen I ini.
BACA JUGA: JJLS di Gunungkidul Ditarget Selesai Tahun Ini
Madilakiran adalah tradisi untuk mengenang Ki Ageng Wonokusumo. Dalam cerita yang diwariskan turun temurun, Ki Ageng Wonokusumo disebut sebagai tokoh penting di lokasi sekitar makam. Selain sebagai pemuka agama, Ki Ageng Wonokusumo juga menjadi pengayom masyarakat Wonontoro pada zaman Kerajaan Demak.
“Ceritanya masih ada kaitannya dengan di Sodo di Kalurahan Giring dan Bayat, Klaten, Jawa Tengah,” katanya.
Menurut dia, peringatan itu juga untuk melestarikan tradisi nenek moyang dan permohonan agar penduduk Wonontoro diberikan keselamatan serta panen yang lebih baik.
“Perayaan dilakukan setiap Jumadil Akhir [dalam sistem penanggalan Jawa]. Untuk harinya bisa Senin atau Kamis,” imbuh dia.
Kepala Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Gunungkidul Choirul Agus Mantara mengatakan tradisi Madilakiran merupakan salah satu upacara adat yang ada di Gunungkidul. Menurut dia, ada ribuan acara adat yang berkembang di Bumi Handayani.
“Madilakiran hanya menjadi salah satunya. Acara ini diselenggarakan rutin setiap tahun dari masyarakat dan untuk masyarakat. Harus terus dilestarikan karena yang datang dalam peringatan itu juga berasal dari luar Gunungkidul,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Kasus Duel Tukang Angon Bebek di Klaten, Warga Demo Minta Tersangka Dibebaskan
- Sadis! Ini Hasil Autopsi Pengusaha Tembaga Boyolali yang Dibunuh Teman Sendiri
- Perluas Jejaring Internasional, Tim UIN Salatiga Kunjungan Resmi ke Filipina
- Pembunuhan Pengusaha Tembaga Boyolali: Pelaku Warga Sragen dan Kenal Korban
Berita Pilihan
Advertisement
Gobel Minta Jepang Ajari Smart Farming kepada Petani Muda Indonesia
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Pelaku UMKM Kuliner di DIY Diedukasi Mengurus Sertifikasi Halal
- Eko Suwanto Desak Pemda Sediakan Anggaran Memadai untuk Wujudkan Kelurahan dan Kampung Tangguh Bencana
- Harga Tiket Rp20.000, Begini Cara Membeli Tiket KA Bandara YIA
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Minggu 5 Mei 2024
- Jadwal KRL Solo-Jogja dari Stasiun Balapan Solo, Minggu 5 Mei 2024
Advertisement
Advertisement