Advertisement

Waspada, Hoaks Wajah Penculik Anak Beredar di Grup Whatsapp Warga Jogja

Triyo Handoko
Sabtu, 28 Januari 2023 - 06:27 WIB
Budi Cahyana
Waspada, Hoaks Wajah Penculik Anak Beredar di Grup Whatsapp Warga Jogja Pesan hoaks yang berisi wajah orang-orang yang disebut sebagai pelaku penculikan anak. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Penculikan anak menjadi topik yang belakangan dibicarakan publik, tak terkecuali masyarakat Jogja. Seiring dengan munculnya dugaan upaya penculikan di Mantrijeron, sudah beredar pesan berisi hoaks tentang wajah pelaku penculikan anak. Pesan ini bisa terus diulang apabila dugaan penculikan terus terjadi.

Pesan berisi gambar yang menyebutkan wajah-wajah penculik anak di Jogja viral lewat Whatsapp beberapa hari terakhir. Faktanya, Polresta Jogja tak pernah membuat siaran atau daftar foto wajah penculik anak dan menegaskan informasi tersebut tidak berdasar.

Advertisement

Pesan itu beredar luas di grup Whatsapp perkampungan dan grup orang tua murid di Jogja. Pesan yang beredar luas itu menyebutkan wajah-wajah dalam gambar adalah pelaku penculik anak. Pesan tersebut diminta disebarluaskan agar masyarakat lebih berhati-hati. Setidaknya terdapat lima foto dalam pesan yang ramai tersebut.

Keterangan dalam unggahan daftar foto tersebut bertuliskan, “Mohon disebarkan ke group RT masing-masing agar warga kita mengenali wajah-wajah pelaku penculik anak.

BACA JUGA: Ciri Pelaku yang Diduga Ingin Menculik Anak di Jogja Punya Tato Tengkorak di Kaki

Pesan serupa sudah sering beredar di wilayah lain di Indonesia. Foto yang memperlihatkan wajah sembilan orang yang disebut sebagai pelaku penculikan anak—persis foto yang beredar di grup percakapan warga Jogja—juga pernah beredar di Pekanbaru pada 2021. Namun, sebagaimana diberitakan suara.com, Kapolresta Pekanbaru kala itu, Kombes Pol. Pria Budi menjelaskan informasi tersebut hoaks.

Website Kementerian Komunikasi dan Informatika serta website turnbackhoax.id juga sudah memuat informasi bahwa gambar berisi wajah sembilan orang yang disebut sebagai pelaku penculikan anak adalah hoaks.

BACA JUGA: Kisah Lengkap Bocah 9 Tahun di Jogja Dikabarkan Lolos dari Penculikan Anak

Kepala Humas Polresta Jogja AKP Timbul Sasana Raharja pun menanggapi beredarnya pesan tentang gambar penculik anak yang menjadi pembicaraan warga Jogja beberapa hari terakhir.

“Tidak ada informasi dari kami yang seperti itu, percobaan penculikan anak yang kemarin di Mantrijeron saja masih diperiksa, belum ada pelakunya,” katanya, Jumat (27/1/2023).

Timbul mengatakan warga masyarakat, terutama yang memiliki anak kecil, memang harus waspada. Namun, masyarakat juga harus bijak mencerna informasi. “Kami sudah minta masyarakat lebih hati-hati, tapi kalau daftar foto wajah penculik, kami tidak bikin dan tidak tahu,” ujarnya.

Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Polresta Jogja Ipda Apri Sawitri memastikan informasi tersebut tak berdasar. “Sepertinya hoaks karena kami tidak pernah bikin seperti itu, fotonya juga asing buat saya,” kata dia kepada Harian Jogja, Jumat (27/1/2022) malam.

Apri mengimbau masyarakat tidak menyebarkan informasi yang belum tentu kebenaranya. “Tentu kehati-hatian harus selalu diutamakan, tapi kalau menyebar info seperti itu jangan dilakukan karena belum tentu benar,” ujarnya.

Dia juga meminta orang tua untuk terus memantau anak-anaknya. “Harus tahu di mana saja tempat mainnya, apakah tempat mainnya aman atau tidak, siapa saja teman mainnya, dan anak seharusnya tidak dibiarkan main sampai malam,” tegasnya.

BACA JUGA: Dugaan Upaya Penculikan Anak di Mantrijeron, Begini Penjelasan Disdikpora Jogja

Topik penculikan anak di Jogja mencuat sejak adanya dugaan penculikan terhadap seorang anak SD di Jogja.

Kecurigaan terhadap upaya penculikan itu muncul setelah anak sembilan tahun berinisial EHP yang tinggal di Mantrijeron, Kota Jogja, dikejar oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan hingga depan rumahnya.

Sang ibu, Susi Kartaningsih, menceritakan kejadian yang menimpak anaknya lewat aplikasi pesan Whatsapp kepada harianjogja.com, Jumat pagi. Peristiwa itu terjadi pada Senin (23/1/2023) sekitar pukul 14.00 WIB. Siang itu EHP, tidak ingin tidur siang dan memilih bermain.

“Saya bilang, ‘Mbak ayo bobok siang panas-panas gini kalau main enggak baik nanti gampang sakit.’ Karena kebetulan adiknya sedang demam. Tetapi dia bilang ke saya, ‘Aku enggak ngantuk, Bu.’ Terus izin mau main ke rumah temannya,” kata Susi.

Tak khawatir, Susi pun mengizinkan anaknya bermain. EHP kemudian menghampiri temannya yang tinggal tak jauh dari rumahnya. Akan tetapi, teman yang akan diajak bermain itu juga sedang tidur siang. EHP pun bermain sendirian di depan rumah.

BACA JUGA: Kasus Kekerasan Anak dan KDRT di Bantul Masih Tinggi, Pemkab Bentuk Puspaga

Saat EHP bermain sendiri, seorang laki-laki dan seorang perempuan naik sepeda motor berboncengan berhenti dengan jarak sekitar 20 meter dari rumahnya. Keduanya karena sempat mengarahkan ponsel ke arah. Susi curiga kedua orang itu sedang mengambil gambar anaknya. Selain itu, orang tak dikenal itu sempat melambaikan tangan kepada EHP seperti hendak mengajak mendekat.

EHP yang tidak mengenal mereka kemudian menggelengkan kepala. Pemotor itu kemudian putar balik, dan si perempuan yang membonceng turun dari motor dan mendekati EHP. Merasa ketakutan, EHP kemudian masuk ke dalam kamar sembari memanggil kakeknya meminta pertolongan.

“Anak saya lari masuk rumah sambil ketakutan, nangis bilang, ‘Uti-uti, ibu, aku dikejar orang itu.’ Panik, dia masuk rumah  masih pakai sandal. Karena neneknya di luar rumah jadi tahu yang mengejar, lalu bilang ke bapak saya kalau anak saya dikejar orang,” katanya.

Susi mengatakan pengendara motor sempat kembali melewati depan rumahnya dan sempat menyapa orangtuanya yang berada di depan rumah. Pemotor itu lalu berhenti tak jauh dari persimpangan. “Waktu orang ini berhenti, bapak saya mendekat mau bertanya diapakan cucunya sampai ketakutan. Tetapi belum sampai bapak saya mendekati, mereka sudah buru-buru pergi ke arah utara perempatan timur rumah saya,” katanya.

Susi mengatakan setelah kejadian itu, EHP merasa ketakutan dan sulit tidur. Keesokan harinya, EHP juga tidak mau berangkat ke sekolah dengan karena masih merasa takut. “Dia bilang, ‘Bu, kala aku enggak berangkat sekolah gimana?’ Dia masih takut banget sambil nangis. Lalu pelan-pelan saya membujuknya masuk sekola agar tidak ketinggalan pelajaran. Saya mengantar sampai dalam sekolah,” ujarnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement