Advertisement
Pemkab Sleman Belum Batasi Mobilitas Hewan Ternak
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Pemkab Sleman masih belum membuat kebijakan untuk pembatasan mobilitas ternak maupun penutupan pasar terkait tingginya kasus penularan penyakit "Lumpy Skin Disease" (LSD) di wilayah itu.
BACA JUGA: Hingga 9 Februari 2023, Ada 100 Kasus Sapi LSD di Sleman
Advertisement
"Sampai saat ini belum dilakukan pembatasan mobilitas ternak yang masuk maupun keluar Sleman. Penutupan pasar hewan juga belum dilakukan," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Suparmono di Sleman, Senin (20/3/2023).
Menurut dia, langkah antisipasi yang dilakukan untuk menekan dan mencegah penularan LSD dilakukan dengan memperketat pengawasan di pasar hewan yang ada di Sleman.
"Selain itu kami juga gencar melakukan sosialisasi kepada para peternak melalui kelompok ternak agar selalu menjaga kebersihan kandang guna mencegah penularan LSD," katanya.
Ia mengatakan, Pemkab Sleman juga melakukan antisipasi dengan memberikan fasilitas obat gratis untuk ternak yang terserang penyakit LSD.
"Selain obat, kami juga mengusahakan adanya vaksin LSD melalui bantuan dari Kementrian Pertanian. Kami sudah mengajukan 3.000 dosis vaksin LSD dan kemungkinan ditambah lagi pengajuannya. Kalau sampai hari ini yang diberikan baru sekitar 1.300 dosis," katanya.
Suparmono mengatakan, hingga pekan kemarin, jumlah yang ternak yang sudah mendapatkan vaksinasi mencapai 1.657 ekor sapi.
"Kami terus melakukan komunikasi dengan pusat untuk bisa mendapatkan vaksin tambahan, karena hewan rentan LSD di Sleman juga banyak," katanya.
Sebelumnya DP3 Kabupaten Sleman mencatat hingga Jumat (10/3) ada sebanyak 1.088 kasus ternak terserang LSD yang tersebar di seluruh kapanewon (kecamatan) di Sleman.
Kapanewon dengan kasus LSD kondisi sakit terbanyak ada di Kapanewon Sleman yakni 161 kasus. Kemudian Kapanewon Moyudan dan Minggir menjadi terbanyak kedua dan ketiga masing-masing 145 kasus dan 132 kasus.
Selanjutnya Kapanewon Seyegan dan Mlati masing-masing 112 kasus dan 96 kasus, Kapanewon Ngaglik 48 kasus, Godean dan Gamping di angka yang sama 44 kasus.
Kasus lain terdapat di Kapanewon Tempel sebanyak 55 kasus, Kalasan 52 kasus, Berbah 35 kasus, Cangkringan 34 kasus, Pakem 30 kasus, Turi 10 kasus dan Depok dengan delapan kasus.
"Dari total jumlah kasus tersebut, sebanyak 23 kasus sudah dinyatakan sembuh, 10 kasus mati dan sembilan kasus dipotong paksa," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Gunung Ibu Halmahera Erupsi, Lontarkan Abu Ketinggian 2 Kilometer
Advertisement
Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk
Advertisement
Berita Populer
- Ini Tantangan Mendesak UMKM Jogja untuk Naik Kelas
- KPU Jogja Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pilkada 2024, Hadiah Rp18 Juta
- Jadwal Donor dan Stok Darah di Jogja, Selasa 7 Mei 2024
- Alasan Manajemen PSIM Percayakan Seto Sebagai Pelatih Kepala Laskar Mataram
- Dua Pekerja Bangunan di Jogja Tertimpa Cor Beton, Satu Tewas
Advertisement
Advertisement