Advertisement
Masih Jadi Ancaman, Ada 15 Warga Gunungkidul Meninggal Dunia karena TB Tahun Lalu
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mencatat sepanjang 2022 lalu ada 15 warga yang meninggal dunia akibat terjangkit penyakit tuberkulosis (TB). Masyarakat pun diminta ikut berperan dalam memerangi penyakit ini sehingga target eliminasi TB di 2030 bisa tercapai.
Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan kasus TB masih menjadi ancaman di masyarakat. Pasalnya, meski bisa diobati, namun masih ada warga yang meninggal dunia karena penyakit ini.
Advertisement
Dia mencontohkan, pada 2022 terdapat kasus baru sebanyak 311 penderita. Dari jumlah ini yang dinyatakan meninggal dunia akibat TB sebanyak 15 orang.
Dewi mengungkapkan, kasus kematian muncul tidak hanya karena penderita memiliki riwayat penyakit lain. Namun, juga berkaitan dengan kedisiplinan minum obat untuk penyembuhan.
Menurut dia, agar bisa sembuh, penderita TBC ringan harus rutin minum obat selama enam bulan agar bisa sembuh. Meski demikian, lanjut Dewi, ada pasien yang tidak disiplin sehingga penyakit yang diderita malah semakin parah. “Kuncinya disiplin dalam minum obat selama enam bulan. Kalau semakin kronis, maka penyembuhan lebih lama karena bisa bakteri bisa makin kebal dan butuh waktu sembilan bulan hingga dua tahun,” katanya.
BACA JUGA: Kasus TBC di Gunungkidul Masih Banyak yang Belum Terdeteksi
Dewi menambahkan, faktor lain yang menyebabkan penderita meninggal dunia karena penyakit TBC gejalanya tidak langsung kelihatan karena hanya berupa batuk berdahak. Hal inilah yang membuat masyarakat enggan memeriksakan diri, meski sudah mengalami batuk yang tak kunjung sembuh. “Setelah diperiksa ternyata sudah parah sehingga mempersulit penyembuhan. Jadi, harapannya saat timbul gejala bisa memeriksakan diri ke fasiltias kesehatan terdekat,” katanya.
Disinggung mengenai ketersediaan obat-obatan, ia mengakui tidak masalah terkait dengan stok obat. Selain itu, untuk alat diagnosa TBC juga banyak tersedia sehingga dapat dipergunakan sewaktu-waktu. “Tidak perlu malu karena TBC bisa diobati. Untuk penyembuhan semua juga diberikan secara gratis,” katanya.
Untuk penanggulangan, Dinas Kesehatan Gunungkidul terus berupaya memberikan sosialisasi ke masyarakat. Selain itu, guna mencapai target eliminasi TBC di 2030 juga butuh peran serta dari masyarakat. Salah satunya berperan dalam pemeriksaan dini terkait dengan penyebaran penyakit ini. “Bagi warga yang keluargnya ada penerita TBC, harus ikut membantu dengan mengawasi agar pasien rutin minum obat hingga benar-benar sembuh,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Aparat Indonesia Tangkap 2 Kapal Vietnam saat Curi Ikan di Perairan Natuna
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Antusiasme Pelamar Tinggi, KPU Kota Jogja Sebut Kebutuhan PPK Pilkada 2024 Telah Terpenuhi
- Pelaku UMKM Kuliner di DIY Diedukasi Mengurus Sertifikasi Halal
- Eko Suwanto Desak Pemda Sediakan Anggaran Memadai untuk Wujudkan Kelurahan dan Kampung Tangguh Bencana
- Harga Tiket Rp20.000, Begini Cara Membeli Tiket KA Bandara YIA
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Minggu 5 Mei 2024
Advertisement
Advertisement