Advertisement
Hindari Gagal Panen, Petani di Lahan Rawan Kekeringan Diminta Tanam Palawija
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Pemkab Bantul melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul mengimbau para petani khususnya petani di wilayah yang rawan kekeringan untuk tidak memaksakan diri menanam padi pada musim tanam ketiga tahun ini. Mereka diminta mengantinya dengan tanaman palawija yang membutuhkan sedikit air.
“Ini dalam rangka untuk mengantisipasi gagal panen karena ketersediaan air kurang. Tetapi kalau ketersediaan airnya cukup sih tidak masalah untuk menanam padi,” kata Kepala DKPP Bantul, Joko Waluyo, Selasa (23/5/2023).
Advertisement
Joko mengatakan ada sejumlah wilayah yang rawan kekeringan, di antaranya di kapanewon Dlingo, Piyungan, Pundong, Imogiri, dan Pajangan. Wilayah-wilayah tersebut merupakan area perbukitan yang sebagian lahan pertanian mengandalkan air tadah hujan.
BACA JUGA: Masuk Kemarau, BPBD Bantul: Belum Ada Warga Minta Dropping Air
Pihaknya sudah meminta kepada para petani di wilayah rawan tersebut untuk melakukan berbagai upaya antisipasi, di antaranya dengan mulai mengganti komoditas padi menjadi tanaman cenderung lebih sedikit membutuhkan air.
“Menghadapi musim kemarau ini kami sudah meminta para petani di wilayah sulit air agar mulai beralih ke komoditas lokalitas. Seperti jagung atau kedelai yang membutuhkan sedikit air,” ujarnya.
Menurutnya, para petani sejatinya juga telah memiliki jadwal tersendiri untuk masa tanam. Sehingga ketika musim hujan telah berakhir, maka tanpa perlu diingatkan para petani akan mulai mengganti tanamannya ke palawija.
Untuk membantu pengairan di wilayah yang jauh dari irigasi, DKPP juga sudah membagikan pompa air kepada masing-masing kelompok tani.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Lestari Mulyo di Dusun Nawungan, Kalurahan Selopamioro, Kapanewon Imogiri, Bantul, Juwari mengatakan meski wilayahnya merupakan perbukitan namun ketersediaan air masih cukup karena tiap petani sudah membuat embung yang menampung air hujan.
“Setiap lahan di Nawungan itu ada embung penampungan air hujan. Kalau kami data itu ada ratusan embung yang setiap embungnya berkapasitas 60 meter kubik,” katanya.
Pembuatan embung di wilayah Nawungan diakui Juwari karena wilayah Nawungan sudah langganan menanam bawang merah dan padi yang membutuhkan banyak air. Bahkan Nawungan sudah dijadikan sebagai sentra bawang merah organik.
Namun demikian, Juwari tidak menampik ada juga embung-embung yang kering di musim kemarau ini karena airnya sudah digunakan sejak beberapa waktu lalu. Untuk embung yang kering biasanya akan menyewa sumur bor dengan harga sewa per jamnya Rp22.500. ketersediaan sumur bor di Nawungan ada empat unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Demo Buruh 1 Mei 2024: Massa Padati Patung Kuda, Desak Pencabutan Omnibus Law
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kantor PT Taru Martani Digeledah Kejati DIY, Terkait Dugaan Korupsi Rp18 Miliar
- BKKBN DIY Lantik P3K, Gunungkidul Dan Kulon Progo Tambah Penyuluh KB
- Jadi Pusat UMKM, Eks Hotel Mutiara 1 Malioboro Jogja Beroperasi di 2025
- TPA Piyungan Ditutup Permanen Besok! Semua Depo Sampah Kota Jogja Hari Ini Dikosongkan
- KPU DIY Akan Mengatur Mekanisme Penyaluran Bansos Jelang Pilkada 2024
Advertisement
Advertisement