Advertisement

Lima Bulan Terakhir, Dinkes Catat Ada 50 Kasus Leptospirosis di Kulonprogo

Andreas Yuda Pramono
Jum'at, 16 Juni 2023 - 19:27 WIB
Arief Junianto
Lima Bulan Terakhir, Dinkes Catat Ada 50 Kasus Leptospirosis di Kulonprogo Ilustrasi leptospirosis, - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Dinas Kesehatan (Dinkes) Kulonprogo mencatat terdapat terdapat kenaikan tajam kasus leptospirosis selama lima bulan terakhir yang mencapai total 50 kasus dengan delapan kematian.

Kepala Dinkes Kulonprogo, Sri Budi Utami mengatakan bahwa angka kasus tersebut tercatat selama lima bulan terakhir pada 2023. “Jumlah kasusnya ada 50 dengan delapan kematian. Kalau pada 2022 ada 21 kasus dengan tiga kematian. Kasus yang tahun ini melebihi situasi normal nasional sebesar 15 persen,” kata Sri, Jumat (16/6/2023).

Advertisement

Sri mengatakan kasus leptospirosis lebih banyak ditemukan di Kapanewon Girimulyo dan Nanggulan. Karena itu, Dinkes kemudian melakukan survei vektor leptopspirosis di dua wilayah tersebut dengan memasang perangkap tikus.

“Penangkapan tikus dan pengambilan sampel kami lakukan di lingkungan Dusun Wadas, Giripurwo, Girimulyo dalam rangka penegakan dugaan penular leptospirosis dan penanggulangan vektor leptospirosis. Kegiatan kami lakukan dua hari dari Kamis sampai Jumat [15-16 Juni 2023] bekerja sama dengan BBTKLPP [Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit] Yogyakarta dan HAKLI [Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia] Kulonprogo,” katanya.

BACA JUGA: Selama Tiga Bulan, Dinkes Bantul Temukan 90 Kasus Leptospirosis

Sampel tikus tersebut selanjutnya akan diambil darah dan ginjalnya untuk diperiksa Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga. 

Sri juga mengatakan bahwa Dinkes bersama HAKLI Kulonprogo juga mencoba mencari tahu perilaku masyarakat, sebelum pemasangan perangkap tikus.

Lebih jauh, dia menjelaskan bahwa petani menjadi pihak yang paling rentan terkena leptospirosis, mengingat petani lebih sering bersentuhan dengan air. Terlebih bakteri leptospira sanggup hidup berbulan-bulan di air.

Menjadi lebih rentan apabila terdapat bagian tubuh yang terluka, karena bakteri tersebut akan mudah masuk. Petani juga masih banyak yang tidak menggunakan pelindung tubuh untuk menghindari kontak dengan air secara langsung.

Sri mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada. Lalu, masyarakat juga harus tahu gejala pascaterjangkit leptospirosis seperti munculnya nyeri otot, sakit kepala, dan demam tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PBB Sebut Evakuasi Warga Rafah Butuh Waktu 10 Hari

News
| Rabu, 01 Mei 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement