Advertisement

Aktivis 98 Waluyo Jati Berpulang, Nezar Patria Turut Antarkan ke Pemakaman

Lugas Subarkah
Rabu, 09 Agustus 2023 - 16:07 WIB
Maya Herawati
Aktivis 98 Waluyo Jati Berpulang, Nezar Patria Turut Antarkan ke Pemakaman Sejumlah karangan bunga berjajar di rumah almarhum Rahardjo Waluyo Jati, di Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Rabu (9/8/2023) - Harian Jogja/Lugas Subarkah

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN–Mantan aktivis 98, Raharjo Waluyo Jati, meninggal dunia dan dimakamkan di Kalurahan Purwomartani, Kalasan, Sleman, Rabu (9/8/2023). Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika, Nezar Patria, turut mengantarkan jenazah ke pemakaman.

Waluyo Jati meninggal pada Selasa (8/8/2023) pukul sekitar 05.00 WIB di  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, karena serangan jantung. Jenazah disemayamkan di rumah duka, di Jalan Cangkring Indah Gang Bayam No.43, RT 8/RW 32, Kalurahan Wedomartani, Ngemplak, Sleman.

Advertisement

Ratusan kolega yang sebagian besar merupakan aktivis 98 menghadiri pemberangkatan jenazah, Rabu (9/8/2023) pagi. Nezar Patria terlihat hadir di antara pelayat lainnya. Ia juga turut mengantarkan jenazah ke pemakaman.

Ditemui usai pemakaman, Nezar Patria mengatakan ikut menunggu almarhum ketika di RSCM dan membawanya ke Jogja. "Ini bentuk penghormatan terakhir kita semua buat seorang sahabat yang sangat setia," katanya.

Ia menceritakan kedekatannya dengan almarhum sudah berlangsung sejak kuliah, dimana keduanya merupakan mahasiswa Fakultas Filsafat UGM dan tergabung dalam pers mahasiswa Pijar. "Saya jadi Pemimpin Umum dan Jati adalah Pemimpin Redaksi," katanya. 

Keduanya juga aktif dalam gerakan mahasiswa yang berkiprah di bawah rezim Soeharto. Hingga pada Maret 1998, keduanya menjadi salah satu dari beberapa aktivis yang diculik. "Kami sesama aktivis yang masuk dalam daftar penghilangan paksa 1998," katanya.

BACA JUGA: Sampah Tercecer di Jalan, Warga Sleman Dipersilakan Melapor Dinas Lingkungan Hidup

Beruntung keduanya termasuk dari sedikit aktivis yang dibebaskan setelah penculikan. "Kami mencoba menggunakan kesempatan itu untuk bekerja buat kepentingan orang banyak, selalu berjalan di garis yang sudah dikerjakan sejak awal," ungkapnya.

Pasca reformasi, Waluyo Jati masih bergerak di bidang sosial melalui berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat baik terkait riset maupun advokasi. Almarhum juga sempat memimpin Voice of Human Rights, stasiun radio yang menyuarakan hak asasi manusia.

Hadir juga dalam pemakaman Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni UGM, Arie Sujito. Ia mengatakan mengenal almarhum juga sejak kuliah. "Dia dua tahun di atas saya, tapi beririsan dalam banyak kegiatan. Saya Fisipol, dia Filsafat," katanya.

Menurutnya, Waluyo Jati merupakan sosok yang progresif dan humoris. "Saya merasa kehilangan betul dengan meninggalnya Jati. Dia dulu aktivis kiri yang selalu progresif di masa Orde Baru. Jati juga salah satu tokoh yang konsisten dalam merawat pertemanan," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

LPS Gandeng DepositoBPR by Komunal Gelar Edukasi Finansial Untuk Karyawannya

News
| Sabtu, 04 Mei 2024, 04:17 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement