Advertisement

Puncak Kemarau, Pesanan Tangki Air di Gunungkidul Laris Manis, Segini Harganya

David Kurniawan
Jum'at, 25 Agustus 2023 - 14:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Puncak Kemarau, Pesanan Tangki Air di Gunungkidul Laris Manis, Segini Harganya Proses penyaluran air bersih ke salah satu bak penampungan warga di Kapanewon Girisubo. Foto diambil beberapa waktu lalu. Ist

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Memasuki puncak kemarau menjadi berkah bagi pengusaha tangki pengakut air di Gunungkidul. Pasalnya, dalam sehari bisa menyalurkan ke warga hingga sepuluh tangki.

Salah seorang pengusaha tangki pengangkut air di Kapanewon Girisubo, Kitut Sakiran mengatakan, pesanan air bersih ke masyarakat di sekitaran Girisubo mengalami peningkatan karena telah memasuki puncak musim kemarau.

Advertisement

BACA JUGA: Sultan HB X: Soal Sampah Bukan Wewenang Saya, Tapi Kabupaten/Kota

Menurut dia, sudah menjadi kebiasaan warga membeli air dikarenkaan ketiadaan sumber untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kalau sekarang dalam sehari bisa mengirimkan pesanan sepuluh tangki ke warga. Untuk areanya hanya di wilayah Kapanewon Girisubo,” kata Kitut saat dihubungi, Jumat (25/8/2023).

Untuk harga, Kitut mematok di kisaran Rp150.000-200.000 per tangki. Nominal harga juga sangat dipengaruhi dengan letak dan kondisi medan yang akan dikirimkan air bersih.

“Paling mahal di wilayah Kalurahan Songbanyu dengan harga Rp200.000 per tangkinya,” katanya.

Menurutnya, di Kapanewon Girisubo terdapat sejumlah sumber air seperti di Sadeng, Puring dan Pulejajar. Namun demikian, sudah ada pembagian pemanfaatan sumber Puring dan Pulejajar digunakan memenuhi permintaan di wilayah barat, sedangkan Sadeng dimanfaatkan untuk wilayah timur dan sekitarnya.

Meski demikian, untuk sumber Sadeng tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Selain antrean yang bisa mencapai belasan tangki, debit air sering bermasalah sehingga saat mengambil harus mengantre lama.

BACA JUGA: 50 Kapal Pesiar Sudah Singgah di Bali

Sumber Sadeng merupakan sungai bawah tanah sehingga debitnya sangat tergantung dengan air laut. Pada saat pasang, debitnya banyak, namun pada saat surut sumbernya juga ikut surut karena air mengalir ke laut.

Sebagai pengganti, sambung Kitut, pengambilan air bersih sering dilakukan di sumber Beton di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. “Sebelum berangkat sering kontak ke pengelolanya sehingga bisa lebih efektif di perjalanan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dituding Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam, Ini Klarifikasi Kemenkop-UKM

News
| Sabtu, 27 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement