Advertisement

Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Gunungkidul Masih Rendah

David Kurniawan
Senin, 28 Agustus 2023 - 17:07 WIB
Maya Herawati
Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Gunungkidul Masih Rendah Pekerja mengangkut karung pupuk urea di gudang lini 3 Jatibarang pupuk Kujang, Indramayu, Jawa Barat belum lama ini. / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Penyaluran pupuk bersubsidi di Gunungkidul masih rendah. Hal ini terlihat data penyerapan oleh petani hingga akhir Juli 2023 baru mencapai sekitar 16% dari kuota yang tersedia.

Data dari Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, tahun ini petani mendapatkan jatah pupuk bersubisidi jenis urea sebanyak 23.534 ton, sedangkan untuk NPK Phonska dialokasikan seberat 12.102 ton. Meski demikian, hingga akhir Juli penyerapan urea baru sekitar 16% atau seberat 3.852,4 ton dan Phonska tersalurkan 3.148,9 ton atau 26%.

Advertisement

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono mengatakan tidak ada masalah berkaitan dengan stok pupuk bersubsidi. Hingga saat ini kuota yang dimiliki masih tersedia di gudang penyimpanan milik distributor.

Menurut dia, penyaluran pupuk bersubsidi kepada petani di Bumi Handayani masih belum banyak. Hal ini terlihat dari penebusan hingga akhir Juli di kisaran 16%-26%.

“Pupuk bersubsidi yang ada hanya jenis Urea dan Phonska. Untuk penyaluran Urea  dari kuota 23.534 ton baru tersalurkan 3.851,45 ton dan Phonska dari alokasi 12.102 ton sudah ditebus petani sebanyak 3.148,9 ton,” katanya, Senin (28/8/2023).

Memaksimalkan Penyerapan

Guna memaksimalkan penyerapan pupuk bersubisdi, Raharjo mengakui sudah membuat edaran kepada kelompok tani di Gunungkidul. Edaran berisi tentang imbauan tentang persiapan lahan untuk masa tanam 2023-2024 dan penebusan pupuk guna memperlancar dalam proses penyiapan lahan.

BACA JUGA: Harga Beras Mulai Naik, Mendagri Minta Pemerintah Daerah Kendalikan Inflasi

“Tetapi untuk penebusan pupuk tidak bisa dengan sembarangan karena harus sesuai dengan rencana definitif kebutuhan kelompok,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi mengatakan penyerapan pupuk bersubsidi di Gunungkidul berbeda dengan daerah lain di DIY seperti di Bantul dan Sleman. Kondisi ini tak lepas dari pola tanam yang bergantung dengan musim hujan.

“Kalau daerah lain dengan sistem irigasi yang ada, maka masa tanam tak berpengaruh dengan musim. Tapi, untuk Gunungkidul sangat bergantung karena mayoritas sawah yang ada merupakan tadah hujan,” katanya.

Penanaman yang bergantung dengan musim hujan, maka berdampak terhadap pengambilan pupuk bersubsidi oleh petani. Pasalnya, pupuk-pupuk ini baru diambil saat awal musim hujan mulai September atau Oktober.

“Daerah lain di triwulan pertama dan kedua sudah bisa ambil, tapi di Gunungkidul baru mulai di triwulan ketiga. Jadi, akan berpengaruh terhadap penyerapan pada saat sekarang,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 11:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement