Advertisement

Mengenakan Batik Sehari-Hari, Cara Warga Giriloyo Lestarikan Budaya

Media Digital
Selasa, 29 Agustus 2023 - 12:27 WIB
Sunartono
Mengenakan Batik Sehari-Hari, Cara Warga Giriloyo Lestarikan Budaya Penampilan Kaisar Jepang Naruhito saat memakai batik motif wahyu temurun dengan latar truntum saat berkunjung ke Candi Borobudur, Magelang, tahun 2023. Ist - Paguyuban Pembatik Giriloyo

Advertisement

BANTUL—Salah satu cara ampuh mewariskan kebiasaan baik dengan cara mencontohkannya. Ini yang dilakukan warga Kampung Giriloyo dalam mewariskan pengamalan nilai-nilai baik dalam batik. Di setiap momen penting kehidupan serta aktivitas sehari-hari, pemakaian batik tidak luput menjadi bagian.

Penewu Imogiri, Slamet Santosa, mengatakan berbagai kegiatan maupun upacara di Giriloyo masih lekat dengan penggunaan batik sebagai unsur prosesinya. Contoh acara itu seperti merti dusun, tingkeban (tujuh bulanan kehamilan), pernikahan, kelahiran, khitanan, dan lainnya.

Advertisement

BACA JUGA : Melirik Kampung Giriloyo, Pusat Masyarakat Mataram Membuat Batik

“Batik itu sudah menjadi kebutuhan pokok warga,” kata Slamet. “Setiap ada momen khusus, harus memakai pakaian-pakaian tertentu, batik dengan jenis tertentu.”

Misalnya menjelang kelahiran seorang anak, orang tua bisa mendoakan sembari memakai batik motif wahyu tumurun. Ini sebagai harapan dengan lahirnya anak, maka lahir pula keberkahan dan anugerah yang membersamainya dari yang Maha Kuasa. Berkah bisa berupa banyak hal, bisa kesehatan, kedudukan, keilmuan, dan lainnya.

Dalam momen pernikahan, warga akan memakai batik motif sidoasih atau sidomukti. Sidomukti secara bahasa berasal dari kata sido (jadi) dan mukti (mulia). Orang yang memakai batik motif tersebut diharapkan menjadi orang yang mulia. Sementara untuk sidoasih, berasal dari kata sido (jadi) dan asih (tresno). Harapannya, orang yang menggunakannya akan mendapatkan rahmat berupa kasih sayang dari sesama manusia.

“Kalau untuk orang tua biasanya pakai batik truntum. Makna truntum semacam tuntunan, jadi ketika orang sudah menikahkan anaknya, dia akan menjadi orang tua, orang yang diharapkan menjadi contoh, memberikan tuntunan bagi anak dan cucunya,” katanya.

Motif batik wahyu tumurun dengan latar truntum pernah dipakai oleh Kaisar Jepang Naruhito. Dengan kombinasi warna coklat, biru, dan hitam, motif tersebut nampak padu-padan dengan raut muka teduh dari Kaisar Naruhito saat berkunjung ke Candi Borobudur, Magelang, tahun 2023 ini.

Ada batik motif lain yang bisa dipakai sesuai dengan momennya. Berpakaian tidak hanya sebatas estetis, namun juga cara menjaga etis. Doa yang terpanjat tidak hanya dalam kata, namun juga pakaian yang harapannya berlanjut ke tindakan. Semua unsur memancarkan doa dan kebaikan.

BACA JUGA : Datangi Kampung Batik Giriloyo, Delegasi ATF 2023 Disuguhi Sayur Lodeh dan Gudangan

Pelestarian batik oleh warga Kampung Giriloyo semakin berarti dengan menjadikannya mata pencaharian. Saat ini, ada sekitar 15 kelompok dengan 500 lebih pembatik yang ada di daerah tersebut. Menjadi salah satu bukti melestarikan budaya bisa berjalan beriringan dengan upaya memajukan ekonomi.

Tidak ingin berhenti pada penguatan dan pemahaman internal, Kampung Batik Giriloyo membuka kesempatan masyarakat lain, maupun wisatawan, untuk belajar membuat batik. “Kami menyediakan living museum, yang berisi proses membatik dari awal sampai akhir. Masyarakat umum bisa belajar sampai bisa, kami sediakan pengurus dan juga fasilitasnya, silakan mampir,” kata Slamet. (BPKSF)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Banjir Setinggi 3 Meter di Luwu Sulsel Sebabkan 14 Warga Meninggal Dunia

News
| Sabtu, 04 Mei 2024, 11:47 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement