Advertisement

Menjelang Panen Raya, Petani Pindul Mengantisipasi Serangan Hama Pipit

David Kurniawan
Selasa, 05 September 2023 - 13:27 WIB
Maya Herawati
Menjelang Panen Raya, Petani Pindul Mengantisipasi Serangan Hama Pipit Supri, salah seorang petani di Dusun Gelaran 1, Bejiharjo, Karangmojo sedang memasang jaring di atas lahan pertanian yang dimiliki, Selasa (5/9/2023). - Harian Jogja - David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Petani di kawasan wisata Gua Pindul di Kalurahan Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul sebentar lagi akan panen raya untuk masa tanam ketiga. Untuk mengurangi risiko serangan hama pipit, petani memasang jaring di atas sawah yang ditanami padi.

Salah seorang petani di Dusun Gelaran 1, Bejiharji, Supri mengatakan keberadaan di Gua Pindul tidak hanya dimanfaatkan sebagai destinasi pariwisata. Namun aliran sungainya juga berfungsi untuk irigasi pertanian. “Ada sekitar sepuluh hektare sawah yang sangat bergantung dengan aliran air dari Pindul,” kata Supri, Selasa (5/9/2023).

Advertisement

Dia menjelaskan, dengan ketersediaan air yang melimpah, maka petani di kawasan Pindul dalam setahun bisa panen tiga kali. Kondisi ini sangat berbeda jauh dengan umumnya petani di Gunungkidul yang maksimal panen dua kali setahun.

“Sawah di sini bukan tadah hujan dan sangat terbantu dengan adanya pasokan air dari Gua Pindul. Jadi, meski kemarau tetap bisa menanam padi dan memanennya,” ungkapnya.

Menurut dia, untuk masa panen ketiga tidak akan lama lagi. Diperkirakan dalam kurun waktu tiga minggu hingga satu bulan, petani di kawasan Pindul akan panen.

Dilihat dari sisi pertumbuhan, Supri tidak menampik tanaman tumbuh dengan baik karena mulai tumbuh bulir padi. Meski demikian, di fase ini menjadi sangat krusial karena rawan diserang hama pipit.

BACA JUGA: KPK Segera Periksa Cak Imin Terkait Dugaan Korupsi di Kemenaker

Guna mengatasi serangan, petani berinisiatif memasang jaring di atas tanaman padi yang dimiliki. Cara ini dinilai efektif mencegah serangan karena kawanan burung tak bisa mengambil bulir-bulir padi karena terhalang jaring.

“Kalau tidak dipasang jaring, bisa habis diserang pipit. Sebab, sekali datang jumlahnya bisa mencapai ratusan ekor,” katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Risimiyadi mengungkapkan di musim kemarau banyak lahan yang tak digarap. Hal ini dikarenakan mayoritas lahan di Gunungkidul merupakan tadah hujan sehingga aktivitas bercocok tanam banyak dilakukan saat musim hujan.

“Kalau kemarau memang banyak lahan yang dibiarkan kosong. Nanti setelah mendekat musim penghujan, baru digarap untuk persiapan tanam pertama,” katanya.

Dia menjelaskan, lahan baku sawah di Gunungkidul ada sekitar 27.000 hektare, namun saat kemarau yang ditanami hanya seluas 612 hektare.

“Jadi yang tetap ditanami hanya di daerah-daerah tertentu yang masih memiliki kecukupan air. Salah satunya di kawasan Pindul, dalam setahun bisa panen tiga kali,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Tiba di Bali, Elon Musk Disambut Luhut

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 09:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement