Advertisement

Status Kekeringan Beberapa Daerah Berstatus Awas, DKPP Bantul: Belum Ada Laporan Gagal Panen

Stefani Yulindriani Ria S. R
Senin, 11 September 2023 - 21:47 WIB
Arief Junianto
Status Kekeringan Beberapa Daerah Berstatus Awas, DKPP Bantul: Belum Ada Laporan Gagal Panen Ilustrasi Kekeringan / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—BMKG DIY mengeluarkan peringatan dini potensi kekeringan meteorologis di beberapa kawasan di DIY. Meski begitu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) mengaku belum menerima laporan petani gagal panen karena kekeringan

Kepala DKPP Kabupaten Bantul, Joko Waluyo menyampaikan per 10 September 2023 belum menerima laporan petani yang gagal panen karena kekeringan. “Di bantul belum ada laporan gagal panen karena kekeringan, di Bantul belum ada dampak gagal panen karena kekeringan. Kondisi di Bantul masih aman,” katanya, Senin (11/9/2023). 

Advertisement

Menurut Joko menghadapi musim kemarau tahun ini, pihaknya mengimbau agar petani dapat mengoptimalkan pola tanam dengan menanam sejumlah tanaman yang tidak memerlukan banyak air seperti palawija. “Kami tidak menganjurkan [petani menanam] tanaman yang banyak butuh air, monggo petani silahkan komoditas disesuaikan,” katanya. 

Pihaknya pun telah menyediakan bantuan pompa air untuk beberapa daerah yang rawan kekeringan. Upaya tersebut dilakukan untuk membantu menyuplai kebutuhan air petani.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reny Kraningtyas menyampaikan beberapa daerah di DIY telah masuk dalam status waspada, siaga dan awas terkait potensi kekeringan meteorologis yang terjadi saat ini.  “Status awas adalah status yang paling kering, karena sudah lebih dari 60 hari tidak ada hujan,” katanya saat dihubungi melalui telepon, Senin. 

Status awas ditujukan kepada daerah yang mengalami hari tanpa hujan (HTH) paling singkat 61 hari. Bagi daerah yang dalam status tersebut prakiraan probabilitas curah hujan dasarian kurang dari 20 mm per dasarian dengan peluang di atas 70 persen atau nilai indeks presipitasi terstandardisasi antara lebih kecil sama dengan 2,00.

BACA JUGA: 21 Kapanewon Berstatus Awas Kekeringan Meteorologis, Ini Daftarnya

Daerah yang mengalami status awas yakni Kabupaten Bantul ada di Kapanewon Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pundong, Sedayu, dan Sewon. Kemudian untuk Kabupaten Gunungkidul ada di Kapanewon Gedangsari, Girisubo, Karangmojo, Ngawen, Playen, Ponjong, dan Wonosari. Kemudian untuk Kabupaten Sleman ada di Kapanewon Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping, Kalasan dan Sleman. 

Menurut Reny, status siaga ditetapkan bagi daerah yang mengalami HTP paling singkat 31 hari dengan prakiraan probabilitas curah hujan dasarian di bawah 20 mm per dasarian dengan peluang di atas 70% atau nilai indeks presipitasi terstandarisasi antara 1,50-1,99.

Daerah yang mengalami status siaga yakni: Kabupaten Gunungkidul ada Kapanewon Nglipar, Semin, dan Tepus. Sementara untuk Kabupaten Kulonprogo ada di Kapanewon Girimulyo, dan Kabupaten Sleman ada di Kapanewon Ngemplak, Pakem, dan Turi. 

Menurut Reny ada pula daerah dengan status waspada potensi kekeringan meteorologis yakni daerah yang mengalami HTH paling singkat 21 hari dengan prakiraan probabilitas curah hujan dasarian kurang dari 20 mm per dasarian dengan peluang di atas 70% atau nilai indeks presipitasi terstandarisasi antara 1,00-1,49.

Saat ini menurut Reny daerah yang mengalami status waspada potensi kekeringan meteorologis yakni Kabupaten Bantul ada di Kapanewon Bambanglipuro, Kretek, Pandak dan Piyungan. Kemudian untuk Kabupaten Gunungkidul ada di Kapanewon Paliyan, Panggang, Patuk, Purwosari, Rongkop, dan Tanjungsari.

Kemudian untuk Kabupaten Kulon Progo ada di Kapanewon Galur, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulang, Panjatan, Samigaluh, Sentolo, Wates. Sementara untuk Kabupaten Sleman ada di Kapanewon Minggir, Moyudan, Prambanan, dan Seyegan. 

Menurut Reny diprediksi El Nino dengan kategori sedang masih akan berlangsung. Akibat El Nino tersebut, menurutnya akan berdampak pada musim kemarau yang lebih panjang, kemudian awal musim hujan biasanya akan mundur, dan berdampak pada kondisi iklim yang lebih kering, kekurangan air bersih dan potensi terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).  

“Diharapkan pada periode musim kemarau, mengantisipasi sedini mungkin terjadinya potensi iklim ekstrim berupa bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, dan berkurangnya ketersediaan air bersih. Dampak dari kemarau yang lebih panjang untuk saat ini karena ada fenomena El Nino moderate diprediksikan sampai dengan Januari 2024,” katanya. 

Reny menegaskan peringatan tersebut berlaku 10 hari atau pada 10-20 September 2023. Warning [Peringatan] akan kami update setiap 10 hari sekali, untuk mewaspadai musim kemarau di DIY yang umumnya diprakirakan sampai Oktober 2023,” katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan NasDem Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Anies Bilang Begini

News
| Sabtu, 27 April 2024, 15:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement