Advertisement
Pemda DIY Ungkap Alasan Maraknya Kasus Bunuh Diri, Ingatkan Layanan Kesehatan Mental
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY menyebutkan, kasus bunuh diri yang marak beberapa waktu belakangan merupakan imbas dari dampak pandemi Covid-19 yang membuat beberapa perubahan dan tuntutan hidup semakin berat.
Perilaku dan karakter orang yang biasa menjalani aktivitas secara daring sewaktu pandemi, tiba-tiba berubah normal kembali setelah Covid-19 mereda disinyalir berpengaruh terhadap fenomena itu. Sebagaimana diketahui dalam kurun September-Oktober ini sudah empat kasus bunuh diri di DIY.
Advertisement
Kepala DP3AP2 DIY Erlina Hidayati Sumardi menjelaskan, orang menjadi tidak mudah dan biasa bersosialisasi setelah pandemi Covid-19 mereda. Komunikasi secara langsung antar individu menjadi masalah baru, sehingga menimbulkan kesenjangan relasi antara sesama. Hal ini diperparah dengan pola kehidupan yang normal kembali dan berdampak pada banyaknya orang yang gagal beradaptasi serta menimbulkan masalah baru.
"Relasi interaksi langsung kan berbeda dengan tidak langsung sehingga sedikit banyak juga berpengaruh. Juga kondisi komunikasi dengan keluarga itu juga sangat berpengaruh, pola asuh parenting keluarga terhadap kesehatan mental seseorang, baik anak dan dewasa juga sangat penting," katanya, Sabtu (14/10/2023).
BACA JUGA: Kronologi Mahasiswa UMY Loncat dari Lantai 4 Asrama hingga Meninggal Dunia
Apalagi dengan kondisi jauh dari keluarga seperti halnya pelajar atau mahasiswa. Tekanan yang dialami tentu akan semakin tinggi. Dimungkinkan pula sebelum pisah dan menempati daerah baru ada konflik dan ketidakharmonisan, yang ketika tinggal sendiri semakin melebar. Adaptasi yang gagal di tempat tinggal yang baru turut dianggap sebagai salah satu pemicu munculnya keinginan untuk bunuh diri.
"Juga tekanan seperti perbedaaan kualitas pendidikan juga berbeda dengan di Jogja dengan tempat terpencil lainnya. Mungkin dirasa lebih berat dan kurang supporting dari sosial setempat sehingga menambah beban lagi. Faktor ekonomi, kekurangan pasokan pembiayaan misalnya sehingga untuk hidup di Jogja jadi lebih berat ketika sendirian. Ini berpengaruh," ujarnya.
Menurut Erlina, siapapun yang merasa mengalami tekanan dan masalah kesehatan mental Pemda DIY sudah membuka sejumlah layanan gratis yang bisa diakses. Misalnya saja telekonseling sahabat anak dan keluarga. Selain di Pemda, masing-masing kabupaten dan kota juga menyediakan layanan tersebut yang bisa diakses 24 jam. Selain itu juga ada layanan hotline service 129 yang juga bisa diakses.
"Sebetulnya bantuan yang disediakan itu cukup lengkap. Seandainya tidak menarik diri. Artinya mau mengakses, tidak malu tidak merasa itu aib ketika ada permasalahan yang ingin dicurhatkan dan ingin mendapat solusi sebetulnya itu yang ingin kita harapkan. Supaya sebagaian besar anak-anak kita, semoga mereka mau mengakses layanan ini dan semongga terbantu," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Cak Imin Kritisi RUU Penyiaran, Utamanya Larangan Jurnalisme Investigasi
Advertisement
Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta
Advertisement
Berita Populer
- UKDW dan De Britto Gelar Pelatihan Desain Bagi Murid
- Chemicfest, Ajang Kreativitas Siswa SMK SMTI Yogyakarta
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 16 Mei 2024: Seluruh DIY Cerah Berawan
- Jadwal Kereta Bandara YIA Kamis 16 Mei 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 16 Mei 2024 Jogja dan Sekitarnya, Cek Lokasinya!
Advertisement
Advertisement