Advertisement

Seniman Disabilitas dari 12 Negara Pamerkan Karya di Isi

Newswire
Sabtu, 14 Oktober 2023 - 12:17 WIB
Ujang Hasanudin
Seniman Disabilitas dari 12 Negara Pamerkan Karya di Isi Ketua Jogja International Disability Art Biennale 2023 Rudy Gunawan dalam pameran di ISI, Jumat (13/10/2023)./ANTARA - Hery Sidik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Sebanyak 54 seniman disabilitas yang berasal dari 12 negara memamerkan karya mereka dalam pameran seni rupa internasional bertajuk Jogja International Disability Art Biennale di Galeri R.J Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, pada 13 sampai 21 Oktober 2023.

"Pameran seni rupa internasional dengan tema "Interchange" ini melatarbelakangi adanya pertautan antara seni dan disabilitas yang memiliki banyak dimensi," kata Ketua Jogja International Disability Art Biennale 2023 Rudy Gunawan dalam keterangannya saat membuka pameran tersebut di ISI Yogyakarta, Jumat (13/10/2023)

Advertisement

Menurut dia, 54 seniman disabilitas dari 12 negara itu terdiri 17 seniman dari luar negeri, dan 37 seniman dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Yogyakarta, Surabaya, Madiun, Jakarta, Lampung, Banten, Bandung, Bali, Cirebon, Magetan, Pandeglang, Purworejo, Bengkulu, dan Demak.

"Total ada 67 karya seni rupa dua dimensi, video dan instalasi yang dipamerkan dalam pameran seni rupa Jogja International Disability Art Biennale 2023," katanya.

BACA JUGA: Desainer Interior dari Berbagai Kampus di Indonesia Pamerkan Karya di ISI Jogja

Menurut dia, seni menjadi medium untuk merepresentasikan kondisi disabilitas. Bagi penyandang disabilitas, seni merupakan medium ekspresif sebagai sarana menemukan kedirian maupun ketubuhan mereka.

"Selain itu, dalam tataran yang lebih luas, seni menjadi perangkat untuk mendorong kepedulian publik terhadap isu-isu yang berkaitan dengan disabilitas," katanya.

Meski demikian, kata dia, seni semestinya tak berhenti pada ikhtiar membuka kesadaran publik terhadap perkara disabilitas, tapi seni juga membuka ruang kolaborasi antara kalangan penyandang disabilitas dan bukan penyandang disabilitas.

"Melalui kolaborasi seni itu akan terjadi pemahaman yang lebih baik terhadap kondisi disabilitas serta membuka ruang dialog yang lebih leluasa dalam melihat persoalan disabilitas," katanya.

Oleh karena itu, pada tahun 2023, Jogja International Disability Art Biennale (JIDAB) memilih tema "Interchange" yang menggarisbawahi adanya proses kolaborasi artistik yang diwarnai oleh pertukaran gagasan melalui praktik kreatif di medan seni.

"Proses kolaborasi tentu tak sekadar menyatukan dua gagasan maupun praktik kreatif yang berbeda, melainkan juga melahirkan keinsafan baru tentang pentingnya memahami dan menaruh hormat pada pihak lain serta kesadaran ada hal yang jauh lebih ketimbang dilakukan sendirian," katanya.

Pameran Jogja International Disability Art Biennale 2023 tersebut dengan kurator Budi Irawanto dari UGM, Indonesia, Vina Puspita dari Inggris, Matthew Clay-Robinson dari York University, Amerika Serikat, Sukri Budi Dharma dari Jogja Disability Arts Indonesia, dan Nano Warsono dari ISI Yogyakarta Indonesia.

Selain pameran karya seni rupa, Jogja International Disability Art Biennale selama sepekan lebih di Galeri R.J. Katamsi ISI Yogyakarta juga dilengkapi dengan rangkaian program publik berupa Seminar International, Focus Grup Discussion, Workshop dan pemberian penghargaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Suami Mutilasi Istri di Ciamis: Polisi Periksa Kejiwaan Pelaku

News
| Sabtu, 04 Mei 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement