Advertisement
Kemarau, Kuota Dropping Air Menipis, Debit Sumber Air di Gunungkidul Juga Kian Menyusut
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—BPBD Gunungkidul memperkirakan anggaran dropping air yang mereka miliki hanya bertahan untuk satu bulan. Di puncak kemarau, selain anggaran makin menipis, menyusutnya debit sumber air juga jadi kendala.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul, Sumadi mengaku tahun ini mengalokasikan anggaran dropping air sebanyak 1.026 tangki. Hingga Jumat (20/10/2023) sudah tersalurkan sebanyak 708 tangki yang disalurkan ke warga di 14 kapanewon. “Kapanewon yang belum mengajukan permintaan bantuan, Wonosari, Playen, Semanu dan Patuk,” kata Sumadi, Jumat siang.
Advertisement
Dengan begitu, kata dia, masih ada sisa kuota sebanyak 318 tangki. Diperkirakan penyaluran bantuan hanya bertahan hingga pertengahan November dikarenakan setiap harinya ada 16 tangki yang disalurkan ke masyarakat. “Memang sudah mulai menipis. Kalau habis, kami ajukan tambahan anggaran melalui belanja tak terduga milik pemkab,” ungkapnya.
Meski begitu, dia memastikan masalah anggaran tidak ada masalah. Akan tetapi yang jadi kendala adalah debit sumber yang makin menipisi. Kondisi ini berdampak terhadap penyaluran air bersih ke masyarakat. “Sekarang sudah mulai sulit dan butuh waktu untuk pengisiannya karena sumber airnya mulai berkurang,” katanya.
BACA JUGA: BPBD Bantul Distribusikan Air Bersih ke Sekolah Terdampak Kekeringan
Sumadi mengungkapkan, di awal-awal kemarau debit air masih mencukupi sehingga operasional tangki sampai pukul 16.00 WIB sudah selesai. Namun kondisi sekarang terjadi kemoloran karena antre untuk mengisi serta menunggu tangka penuh juga membutuhkan waktu karena debitnya yang menyusut sehingga molor pengisian. “Sekarang kalau Magrib baru sampai di kantor. Ini terjadi karena memang debitnya sudah berkurang dan yang mengantre mengambil banyak,” kata Sumadi.
Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul, Purwono mengatakan, untuk menghadapi kemarau Panjang sudah memperpanjang status siaga darurat kekeringan. Status ini seharusnya berakhir pada 30 September 2023, namun dikarenakan kemarau masih terjadi, maka diperpanjang hingga akhir November. “Diperpanjang dua bulan,” katanya.
Purwono mengungkapkan, adanya perpanjangan status darurat ini maka kebutuhan anggaran untuk penyaluran air mendapatkan sokongan dari belanja tak terduga (BTT). “Kalau dananya habis, kami bisa meminta tambahan lewat BTT sehingga penyaluran ke Masyarakat tetap bisa dijalankan tahun ini,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Raja Charles III Kembali Jalani Tugas Setelah Pengobatan Kanker
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Pegagan Berpotensi Memperbaiki Daya Ingat, Guru Besar UGM: Meningkatkan Dopamin
- Pj Walikota Jogja Singgih Raharjo Maju Pilkada, Begini Respons Pemda DIY
- Cegah Mafia Tanah, Kantor Pertanahan Jogja Dorong Masyarakat Punya Sertifikat Tanah Elektronik
- 70 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Jogja, Dinkes: Tidak Perlu Panik
- Komplotan Spesialis Pengganjal ATM di Gerai Ritel Modern Ditangkap Polresta Jogja
Advertisement
Advertisement