Advertisement

Kemarau Panjang Membawa Berkah Bagi Pengusaha Air Bersih di Gunungkidul, Omzet Penjualan Meningkat

David Kurniawan
Jum'at, 27 Oktober 2023 - 07:27 WIB
Ujang Hasanudin
Kemarau Panjang Membawa Berkah Bagi Pengusaha Air Bersih di Gunungkidul, Omzet Penjualan Meningkat Sebuah truk tangki sedang mengisi air di lokasi sumber di Kawasan Pelabuhan Sadeng di Kalurahan Songbanyu, Girisubo. Foto diambil 21 Oktober 2023. - Harian Jogja / David Kurniawan

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Musim kemarau Panjang menjadi berkah tersendiri bagi pengusaha tangki pengangkut air di Gunungkidul. Pemintaan air bersih meningkat dan bisa mengirimkan sebanyak 12-15 tangki tiap harinya. Berikut kisah yang dihimpun wartawan, Harianjogja.com, David Kurniawan.

Waktu menunjukkan pukul 04.00 WIB, alaram milik Kitut Sakiran, warga Kalurahan Jerukwudel, Girisubo langsung terbangun mendengar bunyi berasal dari smartphone yang dimiliki. Ia bergegas keluar tempat tidur menuju ke kamar mandi.

Advertisement

Selain membersihkan diri, Kitut juga berwudlu untuk persiapan Salat Subuh. Usai menjalakankan ibadah wajib, ia langsung mengambil kunci untuk menghidupkan truk tangki air yang terparkir di garasi samping rumah.

Tak lupa ia mengecek kondisi truk mulai dari tekanan angin hingga sistem pengereman. Pengecekan menjadi wal yang wajib dilakukan karena medan yang dilalui juga berliku mulai dari jalanan lurus mendatar, tingkungan hingga tanjakan dan turunan yang lumayan ekstrem.

Sambil menunggu mesin panas, ia menjalani ritual harian meminum secangkir kopi bikinan Sang Isteri. Sekitar 15 menit kemudian dan mesin truk dirasa sudah panas, ia lantas berpamitan untuk berkerja seperti biasanya.

Rute pertama yang dituju adalah sumber air di Kawasan Pelabuhan Sandeng di Kalurahan Songbanyu, Girisubo. Meski jalanan masih sepi namun Kitut harus berhati-hati, apalagi harus melewati turunan ekstrem di Tanjakan Suling di Kalurahan Pucung atau tepatnya di Kawasan Lembah Sungai Bengawan Solo Purba.

Jarak rumah dengan Pelabuhan Sadeng sekitar 7,5 kilometer. Dibutuhkan waktu sekitar 15 menit agar sampai di tujuan. Setelah sampai di lokasi sumber, Kitut harus memarkir truknya terlebih dahulu dikarenakan ada tangki yang mengisi lebih dahulu.

Lokasi pengambilan air berada di samping pintu masuk Pelabuhan Sadeng. Sumber muncul dari perbukitan yang berada di sisi timur Pelabuhan.

Untuk memudahkan pengambilan dibuat bak persegi Panjang dengan luas sekitar delapan meter. Adapun kedalamannya sekitar tiga meter.

Di tempat ini juga terpasang pipa besi sampai ke dasar bak. Pipan ini tersambung dengan selang plastic yang seukuran di bagian atas untuk memudahkan dalam proses pengisikan ke tangki.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya tiba mengisi tangka dengan cara menyedot air dari bak penampungan. Untuk menyalurkan air bersih pesanan warga, Kitut tidak sendirian karena dibantu seorang kenek. Kenek ini bertugas memasang selang untuk mengambil air dari sumber serta nantinya menyalurkan pipa-pipa dari tangki ke bak penampungan milik warga.

“Beginilah pekerjaan sehari-hari. Berangkat kerja pagi-pagi dan pulang sudah sore,” kata Kitut kepada Harianjogja.com, Senin (23/10/2023).

Ia mengakui di musim kemarau seperti sekarang menjadi berkah bagi pemilik tangki pengangkut air. Sejak empat bulan lalu kebanjiran order untuk mengirimkan air bersih pesanan warga.

“Saking banyaknya order. Pesan sekarang mungkin baru bisa dikirim dua atau tiga hari ke depan,” katanya.

Permintaan yang melonjak membuat Kitut harus berangkat pagi-pagi dan pulang pada sore hari. Terkadang, lanjut dia, rutinitas pengiriman dilanjutkan saudaranya hingga pukul 20.00 WIB setiap harinya.

Kondisi ini berbeda dengan saat awal kemarau. Dikarenakan stok dari bak pemanen air hujan (PAH) masih tersedia, maka pesanan belum melonjak sehingga dalam sehari hanya mengirim sebanyak enam kali.

“Ini saya sudah mengirimkan untuk ke delapan kalinya. Saat sekarang, sehari bisa mengirim hingga 12 kali. Tapi, kalau sampai pukul 20.00 WIB [dilanjutkan saudara] bisa sampai 15 kali,” katanya.

BACA JUGA: Kekeringan Meluas, Ratusan Keluarga di Gunungkidul Krisis Air Bersih

BACA JUGA: Kekeringan Meluas, Bantuan Air Bersih di Gunungkidul Tembus 18 Juta Liter

Untuk harga, ia sudah membuat kesepakatan bersama dengan pemilik tangki air lainnya. Rata-rata harga jual di kisaran Rp130.000-150.000 per tangkinya.

Kendati demikian, lanjut Kitut, untuk empat padukuhan di Kalurahan Songbanyu meliputi Salam, Selang, Putat dan Joho dipatok agak mahal dengan harga Rp200.000 per tangkinya.

“Lokasinya jauh karena sudah berbatasan dengan wilayah Wonogiri. Jadi, khusus empat padukuhan ini harga lebih mahal,” katanya.

Meski pengiriman harus antre, namun ada kesepakatan bersama untuk memprioritaskan warga yang dalam kondisi mendesak seperti orang meninggal dunia dan melahirkan. Ketiga kondisi darurat ini bisa langsung mendapatkan pengiriman walaupun baru memesan.

“Kasihan kalau tidak ada air. Jadi, mereka yang dalam kondisi mendesak akan didahulukan,” katanya.

Mulai Kesulitan Sumber

Meski permintaan pembelian air bersih sangat banyak, namun mulai terkendala keberadan sumber air. Kemarau Panjang yang terjadi berdampak terhadap debit air di sumber yang diambil.

Di Kapanewon Girisubo terdapat sejumlah sumber air seperti di Sadeng, Puring dan Pulejajar. Namun demikian, sudah ada pembagian pemanfaatan sumber Puring dan Pulejajar digunakan memenuhi permintaan di wilayah barat, sedangkan Sadeng dimanfaatkan untuk wilayah timur dan sekitarnya.

Menurut Kitut, sumber Sadeng tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Selain antrean yang bisa mencapai belasan tangki, debit air sering bermasalah sehingga saat mengambil harus mengantre lama.

Sumber Sadeng merupakan sungai bawah tanah sehingga debitnya sangat tergantung dengan air laut. Pada saat pasang, debitnya banyak, namun pada saat surut sumbernya juga ikut surut karena air mengalir ke laut.

“Ya kalau surut, airnya sering telat sehingga pengisian ke tangki harus menunggu lama. Kalau normal hanya sepuluh menit, tapi kalau surut pengisian bisa sampai 30 menit untuk memenuhi tangki,” katanya.

Guna menyiasati masalah ini, banyak pengusaha yang mengambil air dari wilayah Pracimantoro, Wonogiri. Kitut tidak menampik, konsekuensi pengambilan ini jarak yang ditempuh lebih lama (dibandingkan mengambil air dari Sadeng) karena perjalanannya harus ditempuh sejauh 15 kilometer.

“Memang jaraknya jauh, tapi tidak antre karena mengisinya hanya butuh waktu sekitar lima menit. Kadang juga dibarengkan saat membeli solar di Praci,” ujarnya.

Sulitnya sumber air tidak hanya dialami oleh pengusaha tangki air. Pasalnya, tim dari BPBD Gunungkidul juga mengalami hal yang sama.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Gunungkidul, Sumadi mengatakan, kemarau panjang mulai berdampak terhadap proses penyaluran air bersih karena waktu diperlukan untuk pengiriman lebih lama. Hal ini terjadi karena sumber air yang diambil mulai mengecil.

Sumadi mengungkapkan, di awal-awal kemarau debit air masih mencukupi sehingga operasional tangki sampai pukul 16.00 WIB sudah selesai. Namun kondisi sekarang terjadi kemoloran karena antre untuk mengisi serta menunggu tangka penuh juga membutuhkan waktu karena debitnya yang menyusut sehingga molor pengisian.

“Sekarang kalau Magrib baru sampai di kantor. Ini terjadi karena memang debitnya sudah berkurang dan yang mengantre mengambil juga banyak sehingga harus antre lebih lama,” kata Sumadi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Golkar Targetkan Kemenangan Pilkada 2024 di Atas 70%

News
| Sabtu, 27 April 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement