Advertisement

Teknologi Microbubble Belum Teruji Tingkatkan Produksi Perikanan di Sleman

Jumali
Kamis, 02 November 2023 - 17:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Teknologi Microbubble Belum Teruji Tingkatkan Produksi Perikanan di Sleman Alat mycrofish dengan teknologi microbubble dari PT Banoo Inovasi Indonesia yang terpasang di Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Taruna, di Dusun Garongan, Donokerto, Turi, Sleman, Kamis (2/11/2023) - Harian Jogja/Jumali

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Keberadaan teknologi Microbubble dari startup perikanan alumni UGM, PT Banoo Inovasi Indonesia dinilai belum teruji dan belum mampu meningkatkan produktivitas perikanan di Dusun Garongan, Donokerto, Turi.

Padahal Teknik Pemeliharaan dan Budidaya melalui pemanfaatan teknologi Internet of Thing (IoT) ini diklaim oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melalui program Pembudidaya Ikan Go Digital mampu meningkatkan produksi perikanan di tempat tersebut.

Advertisement

BACA JUGA: Lurah Maguwoharjo Ditetapkan Sebagai Tersangka Baru Kasus Mafia Tanah Kas Desa di DIY

Anggota Kelompok Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Taruna, di Dusun Garongan, Donokerto, Turi, Sleman, Wahyu Hidayat mengatakan teknologi yang diklaim dapat berperan dalam memberikan tambahan DO pada kolam dan mengontrol kualitas air itu belum terbukti.

Alasannya, teknologi yang dilengkapi juga dengan Autofeeder yaitu IOT untuk mengukur dan memberikan pakan ikan secara otomatis milik Banoo itu baru diujikan pada musim kemarau.

"Kalau untuk membandingkan selama siklus satu tahun kita belum bisa ya mas. Tapi yang saya rasakan, di kolam saya 6x4 meter di musim kemarau ini, saya tetap bisa panen. Kalau produktivitasnya belum bisa membandingkan. Karena sebelumnya saya di musim hujan tanpa Banoo," katanya, di sela acara panen raya pembudidaya ikan Go Digital di Garongan, Turi, Kamis (2/11/2023).

Lebih lanjut Wahyu mengungkapkan, pihaknya memang telah memasang 10 alat dari Banoo. Namun, alat itu belum terbukti bisa meningkatkan produksi perikanan di KPI Mina Taruna. Selain itu, Wahyu juga mengaku telah mencoba mengaplikasikan teknologi dan alat dari Banoo di kolam dengan ukuran cukup besar. Di kolam bundar yang letaknya berbeda dari kolam lainnya, teknologi dari Banoo ini belum memperlihatkan kinerjanya.

"Saya belum bisa sampaikan hasilnya. Karena dari beberapa kolam yang kami budidaya, belum bisa maksimal [penggunaan teknologi dari Banoo]. Dari enam alat [alat dari Banoo] yang kita pasang di kolam bundar, kita sudah mengalami kematian di tiga kolam. Jadi kami belum bisa sampaikan alat ini hasilnya seperti apa ini," terang Wahyu.

"Kalau untuk kolam tanah pinggirnya beto dengan ukuran 6x4 meter, kita bisa panen dengan padat tebar 40 ekor per meter. Memang masih ada keuntungan. Dan untuk saat ini penggunaan alat itu belum maksimal. Karena penggunaannya belum diuji untuk musim penghujan dan kemarau. Jadi tidak bisa dikatakan ada peningkatan produksi berapa, kita tidak bisa," jelasnya.

Terkait dengan pengaplikasian alat, Wahyu mengakui tidak mengalami kesulitan. Hanya awalnya air masuk ke alat sering mampet karena kena kotoran. Perawatan alat dari Banoo itu juga lebih mudah. Wahyu juga menepis klaim jika alat dari Banoo bisa dihubungkan dengan ponsel.

"Yang disini belum pakai mobile handphone, mas. Digitalnya disini hanya di otomatisnya. Jadi ketika alat ini diangkat, otomatis mati. Cuman kayak gitu," papar Wahyu.

BACA JUGA: Nomor WhatsApp Juru Kunci Merapi Mbah Asih Dihack, Kirim Undangan Pernikahan Format APK

Salah satu perwakilan dari Banoo, Azellia Alma Shafira mengungkapkan, sebelum menerapkan teknologi di KPI Mina Taruna, pihaknya telah melakukan survei kebutuhan dari pembudidaya ikan di tempat tersebut. Selain itu, pihaknya berterima kasih kepada semua pihak yang telah mau diajak berkolaborasi terkait proyek tersebut.

"Jadi di sini kami hanya manfaatkan ilmu kami. Dari berbagai disiplin ilmu. Bagaimana untuk membantu budidaya di sektor hulu. Dan disini, Alhamdulillah sudah sampai titik akhir dari pilot project. Kami dari Banoo mengucapkan terimakasih. Ada peningkatan dari segi kualitas panen sekitar 30-40 persen. Oksigennya juga naik," katanya.

Direktur Ekonomi Digital Kemenkominfo Bonifasius Wahyu Pudjianto menjelaskan, program ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan bisnis perikanan budidaya. "Pembudidaya ikan dilatih untuk terbiasa menerima dan menerapkan teknologi digital," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Karyawan Ucapkan Selamat Tinggal

News
| Sabtu, 04 Mei 2024, 22:57 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement