Advertisement

6 Warga Sleman Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis, Dinkes Waspadai Peningkatan Kasus

Jumali
Minggu, 19 November 2023 - 15:37 WIB
Sunartono
6 Warga Sleman Meninggal Dunia Akibat Leptospirosis, Dinkes Waspadai Peningkatan Kasus Ilustrasi leptospirosis. - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Dinas Kesehatan terus mewaspadai peningkatan kasus leptospirosis di wilayahnya. Sebab, sampai September 2023, masih ada enam warga yang meninggal karena leptospirosis.

Data di Dinas Kesehatan Sleman mencatat hingga September 2023 ada 58 kasus leptospirosis. Dari jumlah tersebut ada enam warga meninggal dunia karena penyakit yang biasa mengancam para petani. Adapun dari enam warga yang meninggal dunia tersebut di antaranya terjadi di Kapanewon Moyudan, Minggir, Sleman dan Ngemplak.

Advertisement

BACA JUGA : 22 Kasus Leptospirosis Ditemukan di Jogja, Dinkes Ingatkan Warga Jaga Kebersihan

Sub Koordinator Kelompok Substansi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman, Seruni Angreni Susila mengatakan, meski saat ini angka kasus leptospirosis di wilayahnya mengalami penurunan pada beberapa bulan terakhir, pihaknya tetap mewaspadai adanya peningkatan kasus. Apalagi, leptospirosis biasanya baru diketahui setelah penyitas melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat, seperti puskesmas dan rumah sakit.

"Memang tidak setinggi dibandingkan pada pertengahan tahun. Namun, kami tetap mewaspadai kemungkinan peningkatan kasus. Apalagi risiko kematian dari penyakit ini sangat tinggi,” katanya, Minggu (19/11/2023).

Lebih lanjut Seruni menyatakan, berdasarkan data yang ada, beberapa kapanewon yang rawan terhadap penyebaran kasus leptospirosis. Kawasan barat, ada Kapanewon Moyudan, Gamping dan Minggir, sedangkan di kawasan timur ada Kapanewon Prambanan, Kalasan dan Ngemplak. Sebab, di kawasan tersebut, terdapat lahan pertanian, dekat dengan aliran sungai, dan merupakan vektor penyebaran tikus.

"Sementara penyakit ini kan masuk masuk ke dalam tubuh manusia, lewat bekas luka dan genangan air yang terkontaminasi bakteri leptospira," katanya.

"Untuk itu kami minta petani dan warga untuk alat pelindung diri (APD) berupa boot atau sarung tangan karet ketika berkebun, ke sawah maupun ke kolam dan mencuci tangan dan kaksi dengan sabun setelah terkena kotoran," ujarnya.

BACA JUGA : 16 Kasus Leptospirosis Ditemukan di Kota Jogja dalam 3 Bulan Terakhir

Selain itu, Dinkes, kata Seruni telah bekerja sama dengan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman untuk mencegah penyebaran leptospirosis. DP3 Sleman mengintensifkan pemberantasan vektor tikus dengan mengoptimalkan keberadaan burung hantu. "Karena keberadaan burung hantu ini efektif untuk mengurangi dan mencegah hama tikus," ucap Seruni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PBB Sebut Evakuasi Warga Rafah Butuh Waktu 10 Hari

News
| Rabu, 01 Mei 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Peringati Hari Pendidikan Nasional dengan Mengunjungi Museum Dewantara Kirti Griya Tamansiswa di Jogja

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 14:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement