Advertisement
Tak Hanya Dikelola Mandiri, Kini Pengelolaan Sampah di Alun-Alun Kidul Gandeng Swasta
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sejak pembatasan TPA Piyungan diberlakukan yang berujung adanya gunungan sampah di Alun-Alun Kidul, paguyuban pengelola kawasan tersebut berusaha mengelola sampah secara mandiri. Kini, pengelolaan sampah-sampah di Alun-Alun Kidul tidak hanya dikelola mandiri tetapi juga menggandeng pihak swasta.
Secara umum pengelolaan mandiri sampah oleh paguyuban pengelola Alun-Alun Kidul itu cukup berhasil mengatasi darurat sampah di kawasan tersebut. Tidak ada lagi sampah menggunung yang terjadi seperti saat TPA Piyungan ditutup pertama kali pada Mei lalu.
Advertisement
Kini tiap pagi hari pasti ada truk yang selalu mengangkut sampah-sampah dari Alun-Alun Kidul itu. “Sekarang bersih tidak seperti saat awal-awal TPA Piyungan ditutup itu, karena memang dikelola sendiri kerja sama dengan swasta. Bukan diangkut DLH [Dinas Lingkungan Hidup] lagi sekarang,” jelas Supriyanto, salah satu pengurus Kampung Langenastran yang turut mengelola Alun-Alun Kidul bagian timur pada Kamis malam (30/11/2023).
Baca Juga:
TPA Piyungan Ditutup: Sampah Menggunung di Alun-alun Selatan Jogja
Dana Keistimewaan Juga untuk Membantu Penanganan Sampah
Kota Jogja Siapkan Lahan Pembuangan Sampah di TPA Piyungan, Status Pinjam Pakai
Supriyanto mengungkapkan kerja sama dengan swasta itu dilakukan karena DLH tak bisa menjanjikan pengangkutan sampah tiap hari. “Kami pengurus sendiri cukup paham ya karena memang TPA Piyungan ditutup, wajar tidak bisa diangkut tiap hari sama DLH, lalu kami cari solusi dengan pihak swasta ini. Soalnya kalau tidak diangkut tiap hari bisa jadi masalah, kami juga tidak enak kalau tidak diangkut tiap hari, sangat mengganggu wisatawan,” ungkapnya.
Biaya pengangkutan sampah oleh swasta, kata dia, tiap hari dibayar oleh paguyuban pengelola. “Karena ini pihak swasta bukan DLH maka kami cari dana sendiri, kami menarik pedagang Rp5.000 tiap malam untuk pengakutan ini, semuanya juga sepakat,” terangnya.
Uang Rp5.000 tiap malam yang ditarik untuk pengelolaan sampah itu, menurut Supriyanto, tak membebani pedagang kaki lima (PKL) Alun-Alun Kidul. “Mereka sendiri yang minta, karena ada solusi sebelumnya kalau tidak diangkut swasta maka PKL sendiri yang bawa pulang sampahnya. Mereka bingung sendiri kalau bawa pulang sampah, di kampungnya saja buang sampah susah masih harus bawa sampah dari sini, akhirnya disepakati Rp5.000 itu,” katanya.
Salah satu PKL di Alun-alun Kidul, Atmo, 78, mengaku tak keberatan dengan iuran pengelolaan sampah Rp5.000 itu. “Malah mendingan begitu, tinggal bayar Rp5.000 tiap malam kalau jualan lalu nanti sampahnya diangkut, tidak bingung dan justru bersih,” ujarnya.
Atmo menyebut masalah sampah sangat krusial karena dapat mengakibatkan penurunan pengunjung. “Kalau sepi karena sampah dan baunya, kami sendiri juga yang rugi, jadi gapapa iuran sampah asal terjamin sampahnya diangkut,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kemenko Perekonomian: Ada Plafon Rp107 Miliar untuk Beli Alsintan
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Jurnalis dan Pegiat Media Jogja Tolak RUU Penyiaran
- Pemkot Jogja Luncurkan Sekolah Perempuan Penyintas Kekerasan
- Hari Bakti Dokter Indonesia, IDI Gelar Baksos Operasi Bibir Sumbing di RSUD Sleman
- Puluhan Pewarta Berlaga di Turnamen Billiar Piala Wabup Sleman 2024 di 911 SCH, Ini Para Juaranya
- Produk Turunan Sawit UMKM Jogja Dipamerkan di Acara Indonesia Plantation Watch 2024
Advertisement
Advertisement