Advertisement
Pengawasan Lalu Lintas Ternak Ketat, Bantul Bersih dari Penyakit Ternak
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Bantul saat ini sudah tidak memiliki kasus penyakit ternak Lumpy Skin Disease (LSD), Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) serta antraks. Pengawasan di lalu lintas hewan tetap ketat untuk mencegah masuknya penyakit dari luar daerah.
Kepala Dinas ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Joko Waluyo, menjelaskan untuk antraks, di Bantul belum pernah terjadi. “Yang sudah itu di Kabuptaen tetangga, seperti Kulonprogo, Gunungkidul, Sleman,” katanya, Jumat (15/12/2023).
Advertisement
Sedangkan untuk PMK dan LSD di Bantul juga sudah tidak ditemukan di Bantul. “PMK dan LSD di Bantul sudah tidak ada. Memang kemaren ada cukup banyak, akhirnya mendapat ganti rugi Rp10 juta per ekor, jumlahnya hampir 200 ekor. LSD juga sudah tidak ada,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi masuknya penyakit dari luar daerah, dilakukan pengawasan masuknya ternak. “Kami ada puskewan 10 titik yang tersebar di 17 kapanewon, masing-masing puskeswan ada dokter hewan, petugas paramedis. Kemarin ada vaksinasi dan disinfektan,” katanya.
BACA JUGA: Kasus Covid-19 Melonjak, Dinas Kesehatan Pastikan di Gunungkidul Masih Nol Kasus
Pengawasan juga dilakukan di pasar hewan di Bantul sebagai tempat masuknya hewan ternak dari berbagai daerah. Pasar hewan besar di Bantul yakni Pasar Hewan Imogiri dengan pasaran legi. Sekali pasaran sapi yang masuk sekitar 700 ekor. “Makanya kami juga mengawasi di sana, ada puskeswan. Ternak masuk diperiksa dari puskeswan,” kata dia.
Meski demikian penyakit ternak yang masih sering ditemukan yakni cacing hati. Sayangnya penyakit ini tidak diketahui gejalanya ketika hewan masih hidup. Baru diketahui saat disembelih. Penyakit ini biasanya disebabkan pakan sapi yang masih terdapat keong sebagai media telur cacing hati.
“Itu bisa diobati sebetulnya. Ada berbagai macam jenis obat cacing. Tapi ciri-ciri sapi yang kena cacing hati kita tidak bisa lihat. Makanya sebagai peternak harus rutin pengobatan cacing. Paling enggak tiga atau empat bulan sekali,” ujarnya.
Berbagai penyakit ternak ini perlu menjadi perhatian karena di Bantul, banyak masyarakat yang perekonomiannya dari kambing dan sapi. “Di sini banyak kuliner yang bahanya dari ternak luminansia kecil, seperti sate. Untuk sapi di sini ada 30 lebih jagal yang memotong sapi,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Viral Keributan Debt Collector dan Wisatawan, Polisi Sebut Hanya Kesalahpahaman
- Jelang Keberangkatan, Dinkes Jogja Pastikan Jemaah Haji Terima Vaksin Meningitis dan Covid-19
- Pilkada 2024: PPP Jogja Akan Gandeng 5 Parpol Bentuk Koalisi Besar
- Desentralisasi Sampah, Pemda DIY: Hanya 11 Kalurahan yang Siap Kelola Mandiri
- Menjelang Iduladha, Stok Hewan Kurban di DIY Mencukupi
Advertisement
Advertisement