Advertisement

Petani Bantul Kembangkan Kedelai Kinclong, Ini Keunggulannya

Lugas Subarkah
Sabtu, 16 Desember 2023 - 20:57 WIB
Ujang Hasanudin
Petani Bantul Kembangkan Kedelai Kinclong, Ini Keunggulannya Kedelai / Antara

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Produksi kedelai di Bantul selama ini belum maksimal. Hanya sebagian kecil petani yang masih mau menanam kedelai. Merespon hal ini, saat ini di Bantul sedang dikembangkan varietas kedelai Kinclong.

Pengembangan kedelai Kinclong dilakukan di lahan tadah hujan di kapanewon Imogiri dan Dlingo. “Sekarang sudah menanam, di Dlingo setengah hektare, di Imogiri setengah hektare. Harapan kami nanti produksinya untuk tanam menyediakan bibit lahan bawah,” ujarnya Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bantul, Joko Waluyo, Sabtu (16/12/2023).

Advertisement

Dengan penanaman November-Desember, diperkirakan para petani akan mulai panen pada Maret-April 2024. “Nah nanti untuk menanam Mei, karena kedelai tidak bisa tahan lama. Setelah panen paling lama empat bulan harus untuk benih,” katanya.

Ia mengakui memang minat para petani untuk menanam kedelai menurun karena produksi yang belum maksimal. Meski demikian, ia mengklaim produksi kedelai Bantul sebenarnya masih lebih besar dari rata-rata nasional.

“Kedelai Bantul sudah sampai 2,4-2,6 ton per hektare. Kalau rata-rata nasional 1,6 ton per hektare. Namun di kita itu jaminan harga panen yang belum stabil. Padahal kedelai impor dibanding kedelai kita, menang kedelai kita kualitasnya,” paparnya.

BACA JUGA: Hujan Deras Berhari-hari, Produktivitas Kedelai di Bantul Drop hingga 450 Ton

Bantul saat ini sudah menggandeng PT. JAP yang berafiliasi dengan Nestle, untuk menyerap hasil produksi kedelai Bantul. “Kita kedepan menggerakkan daerah-daerah yang sering menanam kedelai seperti Imogiti, Jetis, Pandak, Bambanglipuro dan Dlingo,” ungkapnya.

Kedelai Kinclong diharapkan bisa menjadi ciri khas kedelai Bantul, dengan ciri-ciri yang mirip seperti kedelai produksi Grobokan. “Bantul dulu punya kedelai asli yang rasanya lebih gurih. Itu tahun 80-an, kita kan pernah swasembada kedelai 1982. Dulu untuk tempe yang pakai daun,” kata dia.

Persoalan lain dalam produksi kedelai yakni sulitnya pertumbuhan benih. Maka kualitas benih perlu sangat diperhatikan. “Kadangkala petani menenam, tidak tumbuh terus kapok. Mau menanam bibitnya tidak ada,” katanya.

Maka penanaman setengah hectare di dua lokasi saat ini benar-benar disiapkan untuk perbenihan. Menurutnya, permintaan kedelai di Bantul cukup besar. “Permintaan kedelai cukup besar untuk industri UMKM tahu maupun tempe,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

145 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Lampung

News
| Sabtu, 18 Mei 2024, 16:27 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement