Advertisement
Tanpa Vaksin, Hewan Ternak Rentan Terkena PMK
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul mengaku masih ada penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di Gunungkidul. Hanya jumlahnya relatif sedikit dan penyebarannya dapat dikendalikan.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan masih ada PMK di Bumi Handayani. Sebab itu, dia meminta masyarakat waspada dengan melakukan vaksin terhadap hewan ternak. “PMK masih ada tapi jumlahnya sedikit. Berbeda dengan beberapa bulan lalu yang ada di mana-mana,” kata Retno dihubungi, Senin (1/1/2024).
Advertisement
Retno menambahkan rata-rata hewan ternak yang belum divaksin rentan terkena PMK atau penyakit lain, termasuk Lumpy Skin Deases (LSD) atau penyakit Lato-Lato. LSD merupakan penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus pox.
Dia mengaku dinas mengalami kendala pelaksanaan vaksinasi dikarenakan masyarakat belum sepenuhnya mengerti manfaat dari vaksinasi pada ternak. Masih ada warga yang beranggapan vaksinasi PMK menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit LSD. Padahal anggapan tersebut keliru. “Ada yang memasang papan yang tulisannya itu ‘jangan vaksin sapi saya’,” katanya.
Baca Juga
Penularan PMK Masih Terjadi, Capaian Vaksinasi Ternak DIY Baru 11,47 Persen
Ganti Rugi Ternak Mati Karena PMK di Bantul Akhirnya Cair
Masih Ada Peternak di Sleman yang Belum Kembali Membeli Sapi
Terang dia, vaksin PMK baru mencapai tahap satu dan dua, belum sampai tahap tiga. Katanya, vasin PMK perlu menyasar semua hewan ternak atau 80% populasi.
“Vaksin kami lakukan ke masyarakat secara resmi. Ada SK [surat keputusan] juga. Semua gratis. Tapi masih ditolak. Kalau tidak sampai 80 persen koveran atau cakupan vaksinasi maka virus PMK akan endemis di Bumi kita,” ucapnya.
Lebih jauh, Retno mengaku Pemkab Gunungkidul berhasil mengendalikan antraks. Antraks memang hanya dapat dikendalikan karena spora antraks menempel di lingkungan munculnya antraks. Spora baru dapat hilang dalam jangka waktu 80 tahun.
“Kalau masyarakat mau mengikuti arahan itu lebih mudah yang mengantisipasi terjadinya antraks. Misal di Ponjong, Karangmojo, Semanu, dan Gedangsari, di sana sudah zona merah antraks. Spora sudah ada dan kami sudah menyemprot tapi sporanya ada di mana kan kami tidak tahu. Tidak kelihatan soalnya,” lanjutnya.
Namun begitu Pemkab telah melapisi tanah di tempat terjadinya antraks dengan semen. Kendati begitu, dia kembali menegaskan penanganan penyakit pada ternak memerlukan keterlibatan semua pihak, bukan hanya Pemkab tetapi juga masyarakat bersangkutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kecelakaan Maut Bus Pengangkut Rombongan SMK Depok di Subang Diduga Rem Blong
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KRL Jogja Solo Akhir Pekan Ini 11-12 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu
- Jadwal KA Prameks Jogja Kutoarjo Akhir Pekan Ini 11-12 Mei 2024
- Cuaca Jogja Sabtu 11 Mei 2024, Cerah Berawan Sepanjang Hari
- Jadwal Pemadaman Listrik di Kota Jogja Hari Ini Sabtu 11 Mei 2024, Mulai Pukul 10.00 WIB
- Jadwal dan Tarif Bus Damri dari Malioboro ke Parangtritis
Advertisement
Advertisement