Advertisement

Tanpa Vaksin, Hewan Ternak Rentan Terkena PMK

Andreas Yuda Pramono
Senin, 01 Januari 2024 - 20:37 WIB
Mediani Dyah Natalia
Tanpa Vaksin, Hewan Ternak Rentan Terkena PMK Vaksinasi ternak sapi perah di Sleman untuk menghentikan dan mengendalikan penyebaran virus LSD. - Harian Jogja - ist

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul mengaku masih ada penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di Gunungkidul. Hanya jumlahnya relatif sedikit dan penyebarannya dapat dikendalikan.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan masih ada PMK di Bumi Handayani. Sebab itu, dia meminta masyarakat waspada dengan melakukan vaksin terhadap hewan ternak. “PMK masih ada tapi jumlahnya sedikit. Berbeda dengan beberapa bulan lalu yang ada di mana-mana,” kata Retno dihubungi, Senin (1/1/2024).

Advertisement

Retno menambahkan rata-rata hewan ternak yang belum divaksin rentan terkena PMK atau penyakit lain, termasuk Lumpy Skin Deases (LSD) atau penyakit Lato-Lato. LSD merupakan penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus pox.

Dia mengaku dinas mengalami kendala pelaksanaan vaksinasi dikarenakan masyarakat belum sepenuhnya mengerti manfaat dari vaksinasi pada ternak. Masih ada warga yang beranggapan vaksinasi PMK menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit LSD. Padahal anggapan tersebut keliru. “Ada yang memasang papan yang tulisannya itu ‘jangan vaksin sapi saya’,” katanya.

Baca Juga

Penularan PMK Masih Terjadi, Capaian Vaksinasi Ternak DIY Baru 11,47 Persen

Ganti Rugi Ternak Mati Karena PMK di Bantul Akhirnya Cair

Masih Ada Peternak di Sleman yang Belum Kembali Membeli Sapi

Terang dia, vaksin PMK baru mencapai tahap satu dan dua, belum sampai tahap tiga. Katanya, vasin PMK perlu menyasar semua hewan ternak atau  80% populasi.

“Vaksin kami lakukan ke masyarakat secara resmi. Ada SK [surat keputusan] juga. Semua gratis. Tapi masih ditolak. Kalau tidak sampai 80 persen koveran atau cakupan vaksinasi maka virus PMK akan endemis di Bumi kita,” ucapnya.

Lebih jauh, Retno mengaku Pemkab Gunungkidul berhasil mengendalikan antraks. Antraks memang hanya dapat dikendalikan karena spora antraks menempel di lingkungan munculnya antraks. Spora baru dapat hilang dalam jangka waktu 80 tahun.

“Kalau masyarakat mau mengikuti arahan itu lebih mudah yang mengantisipasi terjadinya antraks. Misal di Ponjong, Karangmojo, Semanu, dan Gedangsari, di sana sudah zona merah antraks. Spora sudah ada dan kami sudah menyemprot tapi sporanya ada di mana kan kami tidak tahu. Tidak kelihatan soalnya,” lanjutnya.

Namun begitu Pemkab telah melapisi tanah di tempat terjadinya antraks dengan semen. Kendati begitu, dia kembali menegaskan penanganan penyakit pada ternak memerlukan keterlibatan semua pihak, bukan hanya Pemkab tetapi juga masyarakat bersangkutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kecelakaan Maut Bus Pengangkut Rombongan SMK Depok di Subang Diduga Rem Blong

News
| Minggu, 12 Mei 2024, 00:07 WIB

Advertisement

alt

Hanya 85 Meter, Ini Perbatasan Negara Terkecil di Dunia

Wisata
| Jum'at, 10 Mei 2024, 17:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement