Advertisement

6 Persoalan Ini Masih Jadi Penyebab Terbesar Kematian pada Bayi di Bantul

Stefani Yulindriani Ria S. R
Selasa, 09 Januari 2024 - 20:07 WIB
Mediani Dyah Natalia
6 Persoalan Ini Masih Jadi Penyebab Terbesar Kematian pada Bayi di Bantul Bayi / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL–Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) Kabupaten Bantul 2023 menurun dibandingkan 2022. Di Bantul, setidaknya terdapat enam penyebab kematian pada bayi.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul AKI 2022 mencapai ada 16 kasus atau 146 kematian per 100.000 kelahiran hidup, sementara 2023 menurun menjadi 9 kasus atau 84,36 per 100.000 kelahiran hidup. 

Advertisement

Kemudian AKB Kabupaten Bantul 2022 mencapai 90 kasus atau 8,3 per 1000 kelahiran hidup. Sementara 2023 menurun hingga mencapai 81 kasus atau 7,59 per 1000 kelahiran hidup. 

Kepala Dinkes Kabupaten Bantul, Agus Tri Widiyantara menuturkanbeberapa penyebab tingginya AKB pada 2023 antara lain bayi berat badan lahir rendah (BBLR) atau bayi yang berat lahirnya kurang dari 2,5 kg, prematuritas, asfiksia, infeksi, kelainan kongenital, dan pneumonia. 

Dia menyampaikan Dinkes Bantul berupaya menurunkan AKI dan AKB secara bertahap melalui Diskusi Kasus Maternal Mingguan (DisKas MaMi) sejak November 2023. Melalui program tersebut Dinkes Bantul, Puskesmas, dan beberapa dokter spesialis mendiskusikan penyebab dan penanganan penyakit yang berisiko meningkatkan angka  AKI dan AKB. 

Baca Juga

Angka Kematian Ibu dan Bayi di Gunungkidul Masih Tinggi, Begini Cara Pencegahannya

Kematian Ibu dan Bayi Masih Tinggi di DIY, DP3AP2 DIY Tingkatkan Pemberdayaan Gender

Tekan Kematian Ibu dan Bayi, Pemkab Sleman Launching Inovasi 'Totalitas Besti'

“Dari masing-masing puskesmas kami jadwalkan untuk bisa menyampaikan kasus ibu hamil risiko tinggi, kasus sulit dipaparkan di sana, nanti akan dibahas, ada masukan dari dokter spesialis, langkah untuk kasus tersebut agar tidak terjadi kasus kematian ibu dan bayi,” ujarnya, Selasa (9/1/2024). 

Selain itu menurut dia pihaknya juga berupaya meningkatkan peran dokter spesialis dalam perencanaan kehamilan pada perempuan usia subur yang merencanakan kehamilan.  “Ketika ada wanita usia subur, yang merencanakan kehamilan sementara dia ada penyakit yang lain, bagaimana peran dokter spesialis memberikan saran kepada wanita tersebut layak hamil atau tidak. Apabila beresiko disarankan tidak hamil,” ujarnya. 

Pihaknya juga menggandeng perguruan tinggi di DIY agar dokter residennya dapat memberikan pendampingan pemeriksaan USG di beberapa puskesmas. Selain itu, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) utama untuk kasus maternal dan gawat darurat juga telah dilakukan. 

Dia menuturkan apabila ditemukan kasus gawat darurat di puskesmas atau RS, maka ibu hamil dapat langsung dapat  dirujuk. “[Apabila ditemukan] Kasus kegawatdaruratan bisa langsung ke rumah sakit. Bisa dilakukan ke sana, kalau kegawatdaruratan ditemukan di puskesmas, bisa dilakukan upaya stabilisasi di puskesmas. Lalu dirujuk di RS yang berkompeten,” ujarnya. 

Sementara menurut Agus pada 2023 pihaknya menargetkan penurunan AKI mencapai 2 kasus. Sementara untuk penurunan AKB ditargetkan pada 2024 mencapai 6,9 kematian per 1.000 kelahiran hidup. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gunung Ibu Pulau Halmahera Meletus, Abu Vulkanik Setinggi 3,5 Kilometer

News
| Minggu, 28 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement