Advertisement

Penjelasan Lengkap Badai Anggrek, Siklon Tropis Penyebab Hujan Berhari-hari

Catur Dwi Janati & Restu Wahyuning Asih
Jum'at, 19 Januari 2024 - 16:47 WIB
Budi Cahyana
Penjelasan Lengkap Badai Anggrek, Siklon Tropis Penyebab Hujan Berhari-hari Ilustrasi pohon tumbang akibat hujan dan angin kencang. Hujan selama beberapa hari terakhir di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk DIY, disebabkan Badai Anggrek, siklon tropis yang muncul sejak pekan ini di barat daya Bengkulu. - Ist,

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Badai Anggrek atau Siklon Tropis Anggrek berada di sekitar Indonesia dan mengakibatkan hujan terus-menerus di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jogja dan sekitarnya di DIY.

Siklon Tropis Anggrek membuat awan hujan menumpuk sehingga potensi hujan di wilayah Jawa termasuk wilayah DIY diperkirakan akan meningkat beberapa hari ini.

Advertisement

Kepala Stasiun Meteorologi Jogja Warjono mengungkapkan dari hasil analisis pada Jumat (19/1/12024) pukul 07.00 WIB, Badai Anggrek masih berada di Samudera Hindia di barat daya Bengkulu, tepatnya sekitar 1380 kilometer sebelah barat daya Bengkulu. Siklon tropis bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan tiga knot atau enam kilometer per jam menjauhi wilayah Indonesia.

BACA JUGA: Kedungwanglu Gunungkidul Diterjang Banjir akibat Badai Anggrek, Sebagian Warga Terisolasi

Warjono memperkirakan selama 24 jam ke depan yakni hingga Sabtu (20/1/2024) pukul 07.00 WIB, Badai Anggrel masih akan berada di Samudra Hindia barat daya Bengkulu. Namun, jaraknya berada di sekitar 1460 kilometer sebelah barat daya Bengkulu, menjauh 80 kilometer dari posisi sebelumnya.

“Diperkirakan intensitas Siklon Tropis Anggrek berada di Kategori 1 dalam 24 jam ke depan dan bergerak ke arah barat daya menjauhi wilayah Indonesia,” ujar dia.

Pada Kategori 1, siklon tropis memiliki intensitas kecepatan angin 35-47 knot. Angka itu setara 63-88 kilometer per jam. Pada Kategori 2, kecepatan siklon tropis 83-95 knot, atau 154 hingga 177 kilometer per jam. Siklon pada Kategori 2 akan merusak rumah yang konstruksinya kurang bagus dan menumbangkan pohon.

Di Kategori 3, siklon tropis berkecepatan 96-112 knot, atau 178-208 kilometer per jam dan dapat menyebabkan kerusakan parah seperti memecahkan jendela kaca hingga memorakporankanan atap rumah. Di Kategori 4, siklon tropis berkekuatan 113-136 knot atau 209-251 kilometer per jam dan bisa mengambrukkan rumah. Siklon tropis paling merusak adalah di Kategori 5 dengan kecepatan 137 knot atau 252 kilometer per jamnya. Badai ini dapat menghancurkan mobil, rumah, hingga mencabut pohon sampai akarnya.

BACA JUGA: DIY Dilanda Cuaca Ekstrem hingga Sepekan ke Depan, Ternyata Ini Pemicunya

Badai Anggrek masih berada di Kategori 1 dan kekuatannya tidak terlalu merusak. Namun, hujan terus menerus yang diakibatkan siklon tropis ini bisa mengakibatkan banjir hingga tanah longsor.

Warjono menjelaskan keberadaan Badai Anggrek memicu dampak tidak langsung berupa penumpukan awan hujan yang terus menerus melewati Jawa karena tekanan rendah di wilayah Australia.

Dengan awan hujan yang terus menumpuk, potensi hujan disertai petir akan berlangsung di sejumlah wilayah, tak terkecuali di wilayah DIY.

“Waspada potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang berdampak bencana hidrometeorologi seperti longsor di pegunungan, pohon tumbang serta genangan air atau banjir. Selalu pantau info BMKG,” ujar Warjono.

Selain Badai Tropis Anggrek, terdeteksi pula tekanan udara rendah di Australia. Ini ditunjukkan dengan adanya pola angin baratan (Monsoon Asia) yang mendominasi wilayah Jawa pada umumnya dan DIY khususnya. Pola angin itu bertiup dari arah Barat Daya-Barat Laut dengan kecepatan berkisar 20-40 kilometer per jam.

BACA JUGA: Cuaca Ekstrem Ancam Jogja, BPBD Pastikan Alat Pemantau Bekerja Maksimal

BMKG sudah mengeluarkan sejumlah rekomendasi untuk menghadapi dampak Siklon Tropis Anggrek dan Bibit Siklon 99S yang tumbuh di Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menyatakan adanya potensi hujan lebat dari dua fenomena tersebut, di samping fenomena regional yang terjadi sepekan mendatang.

“Mencermati perkembangan dinamika atmosfer lain selain sistem Siklon Tropis Anggrek dan Bibit Siklon 99S, dapat diidentifikasi adanya fenomena lain yang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan, yaitu Madden Jullian Oscillation (MJO) yang mulai aktif di wilayah Indonesia dan disertai dengan fenomena gelombang Kelvin dan Rossby Wave, selain itu penguatan aliran Monsun Asia Musim Dingin cukup berkontribusi juga untuk memicu peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan," kata Guswanto.

Potensi hujan lebat pada periode 16-18 Januari 2024 yakni Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, Papua.

Kemudian potensi hujan lebat pada periode 19-22 Januari 2024 di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep. Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatra Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

BACA JUGA: Hujan sejak Semalam hingga Siang Ini, Belasan Pohon di Bantul Tumbang Timpa Sejumlah Rumah

Siklon Tropis adalah badai berkekuatan besar yang tumbuh di perairan laut di sekitar daerah tropis. Penyebabnya adalah suhu permukaan laut yang hangat, kelembaban tinggi, dan kondisi suatu atmosfer. Siklon ini juga menyebabkan gelombang tinggi, hujan lebat, hingga angin kencang. Kondisi ini juga muncul karena adanya perubahan suhu pada permukaan laut. Suhu laut yang hangat akan membentuk energi kinetik. Makin lama makin besar membentuk pusaran. Pada awal pembentukan pusaran, fenomena ini disebut dengan bibit siklon tropis. Kondisi tersebut dinamai bibit siklon 985, hingga akhirnya terbentuk menjadi Siklon Tropis Anggrek atau Badai Anggrek saat tekanan angin 1000 milibar dan kecepatan angin 35 knot.

Badai dapat berlangsung selama tiga hari sampai dengan 18 hari dan melemah saat memasuki lautan dengan suhu dingin karena energi badai berasal dari lautan hangat.

Jika muncul di wilayah sekitar India atau Australia, fenomena cuaca ini disebut dengan istilah siklon. Sementara, apabila muncul di Samudera Pasifik Barat, badai akan disebut disebut badai tropis atau topan. Adapun jika muncul di Samudera Atlantik dinamai hurricane.

BMKG memberi nama siklon tropis dengan nama bunga untuk menghilangkan kesan buruk dan menenangkan masyarakat. Sebelumnya, sudah ada nama Badai Cempaka yang menimbulkan kerusakan besar di sejumlah wilayah DIY pada akhir 2017 hingga awal 2018. Ada juga juga Badai Dahlia pada 2017 dan Badai Bakung pada 2014. Sementara, Badai Anggrek pertama kali terdeteksi pada 2010.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 11:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement