Advertisement
Jadi Oleh-oleh, Batik Kian Diminati Wisatawan di Jogja
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Batik kini menjadi salah satu oleh-oleh wisatawan di Jogja selain makanan. Meski bermunculan gerai batik namun pembelinya pun terus berdatangan khususnya untuk segmen wisatawan. Oleh karena itu para pelaku usaha membidik segmen wisatawan sebagai ceruk pemasaran batik di Jogja.
Meski produsen banyak namun peminat batik terus meningkat, karena setiap wisatawan yang datang sebagian besar tidak hanya membeli satu potong saja akan tetapi menjadikannya sebagai oleh-oleh. Oleh karena itu produsen yang dari awalnya bergerak di retail kemudian bergeser ke segmen untuk wisatawan karena peminat yang tinggi. Banyak biro perjalanan yang sudah mengajukan diri akan masuk dengan membawa banyak wisatawan.
Advertisement
"Karena permintaan kalangan pariwisata jauh lebih banyak dibandingkan retailnya, kemungkinan orang Jogj retailnya sudah sering lihat batik terus, sedangkan pariwisata datang ke Jogja kalau tidak membawa oleh-oleh makanan ya pasti membawa oleh-olehnya batik. Sekarang saja sudah banyak biro perjalanan yang mau datang," kata Pemilik Benang Ratu Maria Eunike Santoso di sela-sela pembukaan toko di Jogja, Sabtu (24/2/2024).
BACA JUGA : Mobil Listrik Anyar Hyundai Ioniq 5 Motif Batik Diluncurkan, Sudah Bisa Inden!
Karena segmen wisatawan, harga pun telah ditentukan sesuai dengan skala pabrik dan tidak perlu tawar menawar. Hal ini untuk mencegah agar wisatawan tidak terkena harga nuthuk dan bisa mendapatkan harga yang tepat sesuai dengan kualitasnya.
“Beli dengan harga murah itu tidak harus selalu tempatnya tidak nyaman, tetapi tempatnya nyaman harga murah sehingga cocok untuk wisatawan. Ada lima sensory activity di kami, pengunjung bisa menggunakan lima panca indra untuk merasakan keindahan dan keagungan batik Indonesia melaui penglihatan, pendengaran, perasa, peraba dan penciuman,” katanya.
Selain menyediakan batik yang dijual, ia juga memiliki komitmen untuk memberikan edukasi terkait batik sesuai dengan arahan Dinas Pendidikan. Oleh karena itu disediakan pula bagi pengunjung untuk mencoba aktivitas membatik tulis secara langsung, membuat gerabah hingga membikin teknik pewarnaan pakaian tie dye.
“Kami ingin mengedukasi pengunjung salah satunya dengan adanya instalasi visual kisah legenda Candi Prambanan melalui Roro Jonggrang. Kami tidak hanya menjual batik saja namun memberikan sisi edukasi histori. Kami sengaja menghadirkan cerita rakyat, cerita lokal,” kata Christian Sinudarsono.
Sampah kain batik sisa diproduksi pun tidak dibuang begitu saja. Hal ini sebagai komitmen dalam menjaga keberlanjutan dan mengurangi sampah sejalan dengan batik telah diakui UNESCO. Perca kain yang dalam dua pekan mencapai satu pikap lebih kemudian diolah menjadi berbagai souvenir yang bisa dijual kembali.
BACA JUGA : Gelaran Jogja Batik Carnival 2023 di Tebing Breksi Semakin Memukau
“Kami memiliki komitmen zero waste, semua limbah diolah dengan melibatkan UMKM, penjahitnya juga dari UMKM, 80 persen produksi semua dikerjakan UMKM, sehingga harganya relatif murah,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Gerindra Jaring Calon Wali Kota Jogja Lewat Komunikasi Intensif
- Joko Pinurbo Meninggal, Kemendikbudristek: Penyair Legendaris Tuai Beragam Penghargaan
- Jadwal Kereta Bandara YIA Minggu 28 April 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Minggu 28 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Minggu 28 April 2024, Tiket Rp50 Ribu
Advertisement
Advertisement