Advertisement
BEDAH BUKU: Belajar Teknologi Patbo Super lewat Bedah Buku
Advertisement
GUNUNGKIDUL—Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY menggelar bedah buku berjudul Budi Daya Padi di Lahan Tanah Hijau dengan Teknologi Patbo Super di Gedung Serba Guna Saemaul, Pedukuhan Tembesi, Kalurahan Ponjong, Kapanewon Ponjong, Senin (18/3).
Judul buku tersebut dipilih menyesuaikan potensi dan karakteristik lahan persawahan di Bumi Handayani yang mayoritas merupakan tadah hujan.
Peneliti Badan Riset Nasional (BRIN), Heru Susanto mengatakan penggunaan teknologi Patbo Super digunakan untuk lahan persawahan tadah hujan guna meningkatkan produktivitas padi. Penggunaan teknologi tersebut dapat menjadi salah satu pilihan karena sebanyak 60%-70% lahan pertanian di Indonesia merupakan lahan tadah hujan atau kering.
Advertisement
“Lahan di sini, Ponjong, saya kira lebih dari 90 persen adalah lahan yang mengandalkan air hujan,” kata Heru ditemui di Gedung Serba Guna Saemaul, Senin.
Heru menambahkan teknologi Patbo Super memiliki beberapa keunggulan mulai dari penerapannya seperti penggunaan bahan-bahan organik insitu. Penggunaan air dari sumbernya juga lebih efisien karena menggunakan sistem alternate wetting and drying (AWD).
Dia menegaskan buku yang baru saja dibedah bersama sekitar 150 orang tergolong mudah dipahami dan aplikatif. Hanya saja guna memantik atau menggerakkan pemuda, katanya pemangku kepentingan atau pemerintah daerah termasuk masyarakat dan pihak swasta perlu terlibat dalam mendorong pemuda dalam dunia pertanian.
BACA JUGA: TPA Piyungan Ditutup Permanen, Pemulung Mulai Bingung
“Salah satunya bisa pakai teknologi. Sekarang sudah banyak yang membajak sawah dengan traktor remote,” katanya.
Praktisi Dunia Pertanian, Tri Iwan Isbumaryani mengatakan penggunaan teknologi tepat guna terhadap tanaman padi dapat memangkas proses dan dapat mendongkrak produksi padi. Hal ini berlaku juga untuk pertanian lain seperti hortikultura.
Iwan menegakan pertanian merupakan sektor yang melekat terhadap kehidupan manusia. Apabila tidak ada generasi penerus dari pemuda, sektor pertanian akan merosot.
“Patbo Super itu singkatan dari Padi Aerob Terkendali dengan Menggunakan Bahan Organik. Intinya menggunakan bahan organik yang banyak dan airnya diatur,” kata Iwan.
Sekretaris Komisi D DPRD DIY, Imam Taufik mengatakan sebagian peserta merupakan pemuda yang cenderung akan bergerak di sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan sebagian pekerjaan masyarakat Gunungkidul yang merupakan petani. Hanya saja pola pikir petani kebanyakan masih tradisional. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta
Advertisement
Berita Populer
- Merasa Jadi Korban, Begini Komentar SMK Muhammadiyah 3 Soal Bentrok Antar Murid di Perayaan Kelulusan Sekolah
- Jelang Hari Raya Kurban, DPKP DIY Pastikan Hewan Ternak Aman Dikonsumsi
- Jadwal Depo Sampah Berubah-ubah, Penggerobak Mengadu ke DPRD Jogja
- Berikut Daftar 10 Paket Pembangunan Strategis 2024 yang Dilaksanakan Pemkot Jogja, Terbesar Grha Budaya
- 15 Kelurahan di Jogja Masih Belum Mampu Tekan Stunting, Ini yang Dilakukan Pemerintah
Advertisement
Advertisement