Advertisement
Salat Idulfitri di UGM, Mahfud MD : Ilmu Pengetahuan Tak Boleh Pisah Dari Iman
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Indonesia, Mohammad Mahfud Mahmodin atau Mahfud MD menjadi khatib pada Salat Idulfitri di Lapangan Halaman Grha Sabha Pramana (GSP) UGM pada Rabu (10/4/2024) pukul 06.30 WIB. Dalam khotbahnya, Mahfud MD menyampaikan agar ilmu pengetahuan tidak dilepaskan dari iman atau religiusitas.
Pertama-tama, dia menjelaskan bahwa saling memaafkan penting dilakukan kepada siapapun yang haknya pernah dilanggar. Setelah saling memaafkan, manusia perlu bertaqwa. Taqwa mewujud atau diimplementasikan dalam kegiatan yang bermanfaat kepada orang lain di dunia.
Advertisement
"Setelah beriman kepada Allah adalah mengatur kehidupan masyarakat. Dimulai dari ibadah-ibadah sosial politik ekonomi," kata Mahfud MD, Rabu (10/4/2024).
Baca Juga
Mahfud MD Akan Mengisi Khotbah di Lapangan GSP
Mahfud Md: MK Pernah Batalkan Hasil Pemilu Curang
Ganjar Pranowo Gelar Open House, Ratusan Warga Berdatangan
Manusia perlu melawan kebatilan dalam wujudnya seperti korupsi dan berbagai bentuk ketidakadilan. Selain itu, manusia perlu terlibat dalam upaya pemajuan ilmu pengetahuan sehingga masyarakat dapat lebih maju. Dia memberi contoh dengan kejayaan Islam pada abad pertengahan di mana waktu itu penemu atau pemikir Islam mencetuskan gagasannya yang sampai saat ini masih diadopsi seperti logaritma dalam ilmu matematika.
"Logaritma dirumuskan oleh Al Khawarizmi. Dari nama itu, muncul istilah algoritm yang lantas berubah jadi logaritma setelah masuk Indonesia," katanya.
Tidak hanya Al Khawarizmi, masih ada Omar Khayyam yang merupakan ilmuwan cerdas abad pertengahan. Dia memiliki nama besar di Bidang Astronomi. Bidang tersebut sangat penting utamanya bagi umat Islam dalam menentukan waktu puasa dan idulfitri.
"Kemajuan peradaban hanya bisa dicapai dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi," ucapnya.
Segera setelah abad pertengahan berakhir, peradaban manusia bergeser ke periode renaisans. Pada periode ini, minat terhadap ilmu pengetahuan melonjak namun rohnya hilang. Ada upaya pemisahan antara ilmu dengan iman dan moral atau istilahnya sekularisasi. Ilmu dianggap netral atau bebas nilai. Pemilik ilmu lah yang menjadi pihak bertanggung jawab atas tindakannya.
Padahal ilmu tidak boleh membahayakan manusia. Sebab itu ada tiga hal yang menurut Mahfud MD perlu diperhatikan yaitu tidak boleh ada dikotomi antara ilmu dan agama. Dia menerangkan orang berilmu dituntun oleh ajaran-ajaran agama. Orang beragama harus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Ketika ilmu dikembangkan oleh dunia barat, ilmu dipisahkan dengan agama. Ilmu ya ilmu, agama ya agama sehingga kampus hanya mengajarkan ilmu. Baru setelah perang dunia pecah, ada kesadaran bahwa perlu menyatukan ilmu dan agama," lanjutnya.
Lalu, Islam menerima sepenuhnya rasionalitas namun menolak rasionalisme. Rasionalitas menghasilkan kebenaran ilmiah setelah serangkaian eksperimen berdasar pada penalaran. Hanya, tidak semua hal dalam hidup dapat dihitung melalui penalaran karena ada fakta intervensi wahyu yang disebut iman kepada Allah. Ada dua alam yaitu dunia dan ghaib.
Kemudian, ilmu pengetahuan teknologi harus memihak kepada keselamatan manusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Cak Imin Kritisi RUU Penyiaran, Utamanya Larangan Jurnalisme Investigasi
Advertisement
Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta
Advertisement
Berita Populer
- UKDW dan De Britto Gelar Pelatihan Desain Bagi Murid
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 16 Mei 2024: Seluruh DIY Cerah Berawan
- Jadwal Kereta Bandara YIA Kamis 16 Mei 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 16 Mei 2024 Jogja dan Sekitarnya, Cek Lokasinya!
- Terbaru! Jadwal KRL Jogja-Solo Kamis 16 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
Advertisement
Advertisement