Advertisement

Eco-Enzyme, Atasi Sampah Hasilkan Rupiah

Sunartono
Senin, 29 April 2024 - 16:52 WIB
Budi Cahyana
Eco-Enzyme, Atasi Sampah Hasilkan Rupiah Sosialisasi dan praktik pengelolaan sampah organik menjadi produk Eco-enzyme di Bangsal Dusun Pendem, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Minggu (21/4/2024). - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Sebanyak 11 mahasiswa PPG Prajabatan 2023 Jurusan IPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa berkolaborasi dengan Forum Lingkungan Hidup Kapanewon Berbah serta Pemerintah Kalurahan Tegaltirto mengadakan sosialisasi dan praktik pengelolaan sampah organik menjadi produk Eco-enzyme di Bangsal Dusun Pendem, Tegaltirto, Berbah, Sleman, Minggu (21/4/2024).

Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya menangani permasalahan sampah organik yang menumpuk akibat sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik. Peningkatan produksi sampah apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan tumpukan sampah dan secara alami akan menghasilkan kompos dibarengi produksi gas metana serta CO2 penyebab pemanasan global. Penumpukan sampah organik juga menghasilkan air lindi yang dapat mencemari tanah dan air tanah.

Advertisement

Bioteknologi dapat dimanfaatkan untuk mengurangi sampah organik. Hal ini merupakan salah satu cara penyelesaian penumpukan sampah organik dengan tidak menghasilkan sampah kembali. Salah satu proses bioteknologi adalah produksi Eco-enzyme.

Eco-enzyme adalah cairan serbaguna hasil fermentasi sisa bahan-bahan organik seperti sayuran, kulit buah, gula atau molase, dan air. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan Eco enzyme sangat mudah ditemukan dan dapat mengurangi penumpukan sampah organik.

Kegiatan ini menghadirkan Shanta Rezkita, dosen pembimbing dan pemateri sosialisasi pemilahan sampah; Dimas Hermawan Prasetya, Kepala Dusun Pendem; serta Kusnadi dan Awang sebagai pemateri Eco-Enzyme dari Forum Lingkungan Hidup Kapanewon Berbah.

Sosialisasi dan praktik tersebut dihadiri oleh perwakilan dasawisma serta pemudi Dusun Pendem sebanyak 32 orang. Sosialisasi ini memaparkan materi pemilahan sampah yang disampaikan oleh Shanta Rezkita, kemudian sosialisasi kedua memaparkan materi Eco-enzyme yang disampaikan oleh Kusnadi dan Awang.

“Produk Eco-enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, pembersih lantai, pengharum ruangan, sampo, pembersih kloset WC,” ucap Awang melalui keterangan tertulis yang diterima Harian Jogja, Rabu (29/4).

Kusnadi berkata, “Saya sudah menggunakan produk ini untuk sampo selama satu tahun ini.” Sebelum kegiatan praktik pembuatan Eco-enzyme untuk mengetahui pemahaman warga, pemateri memberikan pertanyaan sekaligus yang ingin bertanya dipersilakan sebagai apresiasinya dari pihak acara memberikan doorprize.

Kegiatan yang terakhir adalah praktik pembuatan Eco-enzyme. Kegiatan pembuatan Eco-enzyme ini memberdayakan warga Dusun Pendem dengan meminta warga membawa sampah organik dari rumah tangga masing-masing untuk diolah pada saat sosialisasi, adapun sampah organik yang dibawa oleh warga berupa sisa buah-buahan dan sayur.

Pembuatan Eco-enzym dengan mengelompokkan warga menjadi 5 kelompok beranggotakan 5 orang dan di dampingi satu mahasiswa PPG. Langkah-langkah pembuatan Eco-enzyme adalah menyiapkan bahan seperti sisa sayur dan buah yang dibawa warga seperti daun ketela, belimbing wuluh, bayam, pepaya, jambu, jeruk, pisang, dan mentimun.

Alat yang digunakan untuk pembuatan Eco-enzyme yaitu toples ukuran 10 L sebagai wadah agar tidak mudah meledak saat gas hasil fermentasi bertambah. Kemudian menyiapkan pisau, talenan, gelas ukur dan timbangan digital. Proses pembuatan Eco-enzyme dilakukan dengan memotong sampah organik menjadi kecil-kecil.

Kemudian sampah yang telah dipotong dikumpulkan dan ditimbang menggunakan timbangan digital. Setelah itu molase, sampah organik, dan air, dengan perbandingan berat 1:3:10. Jumlah yang disarankan apabila volume wadah yang digunakan 10 L maka volume Eco-enzyme air maksimal yang digunakan adalah 6 L, berat molase 600 gram, dan berat sampah organik 1.800 gram.

Toples ditutup dengan rapat sehingga kedap udara dan disimpan di tempat yang kering terhindar dari sinar matahari langsung, jauh dari Wi-Fi, toilet, tempat pembuangan sampah, dan bahan kimia. Proses perawatan Eco-enzym dilakukan dengan membuka tutup wadah pada usia minggu pertama (7 hari), sebulan (hari ke-30), dan tiga bulan (hari ke-90) untuk membuang gas pada Eco-enzyme.

Kemudian diaduk pada hari-hari ketiga puluh (kecuali ada mama enzim pada Eco-enzyme pada hari ke tiga puluh). Proses panen Eco-enzyme, Setelah hari kesembilan puluh Eco-enzyme siap dipanen dengan cara menyaring dan menyimpan cairan Eco-enzyme pada wadah tertutup. Pertama, dilakukan pengukuran PH pada Eco-enzyme dengan ketentuan berada pada PH kurang dari 4 dan aromanya asam segar khas fermentasi.

Kegiatan yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan lancar, warga menyambut dengan senang hati. Warga sangat senang mengikuti praktik pembuatan Eco-enzyme karena setelah sosialisasi materi pemilahan sampah dan pembuatan Eco-enzyme langsung dipraktikkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

dr. Hasto Sebut ASI yang Dibekukan Lebih baik Ketimbang ASI Bubuk

News
| Rabu, 15 Mei 2024, 09:27 WIB

Advertisement

alt

Tidak Hanya Menginap, Ini 5 Hal Yang Bisa Kamu Lakukan di Garrya Bianti Yogyakarta

Wisata
| Senin, 13 Mei 2024, 15:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement