Advertisement
Cegah Demam Berdarah, Dinkes Jogja Minta Warga Ganti Bak Mandi dengan Ember
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Gerakan emberisasi atau mengganti bak mandi dengan ember digaungkan kembali oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jogja untuk mencegah meluasnya penyakit demam berdarah. Cara ini dianggap efektif mencegah jentik nyamuk meluas.
Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Jogja Endang Sri Rahayu menyebut angka bebas jentik (ABJ) di Kota Jogja terbilang masih rendah. Pemerintah Pusat menetapkan ABJ minimal sebesar 90%. Sementara, angka AJB di Kota Jogja tercatat baru mencapai 70%-80%.
Advertisement
"Artinya, belum semuanya melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) karena itu kuncinya di PSN yang paling efektif untuk meninggikan ABJ," ujar Endang saat ditemui di Kantor Dinkes Kota Jogja, Senin (6/5/2024).
Dia mengimbau masyarakat untuk terus menggencarkan upaya PSN. Terangkum dalam gerakan 3M Plus, di antaranya menguras bak mandi, menutup tempat penyimpanan air, dan memanfaatkan limbah barang bekas. Sementara plusnya, yaitu menggunakan obat nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, hingga menanam tanaman pengusir nyamuk.
Endang juga menyebut upaya emberisasi atau keranisasi menjadi salah satu cara efektif memutus mata rantai penyebaran DBD. Masyarakat diminta untuk mengganti bak mandi dengan ember. Ember akan jauh lebih mudah dibersihkan dibanding bak, sehingga munculnya jentik-jentik nyamuk juga bisa dicegah. Tak hanya di rumah, penggunaan ember juga diharapkan bisa diterapkan di kantor-kantor atau di sekolah.
BACA JUGA: Diduga Melecehkan Mahasiwa saat Bimbingan Skripsi, Begini Pengakuan Dosen UPN
"Desain renovasi gedung-gedung pun kami imbau untuk jangan ada bak [permanen]. Sejauh ini kita upayakan meminimalisir bak-bak. Termasuk di sekolah-sekolah kan sudah ember. Membersihkannya cepat, sirkulasi air juga cepat," katanya.
Endang mengatakan, kebanyakan kasus ditemui di lingkungan yang higienitasnya kurang. Mulai dari bak mandi yang tampak jarang dikuras ataupun adanya barang-barang bekas yang didiamkan dan menjadi tempat genangan air. Endang menyebut, jika ditemui lebih dari satu kasus di lokus yang sama, maka Dinkes akan melakukan penelitian epidemiologi. Selanjutnya, akan dilakukan fogging.
"Fogging juga bagian dari pengendalian. Begitu dibuktikan ada penularan ya harus difogging. Kasus di Kota Jogja sebagiannya di fogging. Dari total kasus, puluhan di antaranya di fogging," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Sembilan Partai Nonparlemen Janji Menangkan Ilyas Akbar Jadi Bupati Karanganyar
- Butuh Pemasaran Kekinian dan Dukungan Pemerintah untuk Pengembangan Batik
- Ini Alasan Nahdliyin Desak Ketua PCNU Klaten Gus Mujib Maju Cabup Pilkada 2024
- Bentuk Karakter Mandiri Siswa Kelas 2, SD Warga Solo Adakan Outing Class
Berita Pilihan
Advertisement
Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Jurnalis dan Pegiat Media Jogja Tolak RUU Penyiaran
- Hari Bakti Dokter Indonesia, IDI Gelar Baksos Operasi Bibir Sumbing di RSUD Sleman
- Puluhan Pewarta Berlaga di Turnamen Billiar Piala Wabup Sleman 2024 di 911 SCH, Ini Para Juaranya
- Produk Turunan Sawit UMKM Jogja Dipamerkan di Acara Indonesia Plantation Watch 2024
- Soal Potensi Kustini-Danang Kembali Berduet di Pilkada 2024, Ini Kata Sekretaris DPC PDIP Sleman
Advertisement
Advertisement