Advertisement

Menimbulkan Bau TPSS Gadingsari Bantul Dikeluhkan Warga, Panewu Mengaku Sudah Sosialisasi

Jumali
Senin, 06 Mei 2024 - 16:47 WIB
Maya Herawati
Menimbulkan Bau TPSS Gadingsari Bantul Dikeluhkan Warga, Panewu Mengaku Sudah Sosialisasi Sampah yang dibuang di TPSS Gadingsari, pada Senin (6/5/2024) - Harian Jogja/Jumali

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Pemerintah Kapanewon Sanden angkat bicara terkait adanya keluhan warga di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) Gadingsari, Sanden, Bantul.

Adanya keluhan warga yang merasa keberatan dengan keberadaan TPSS di Padukuhan Wonoroto merupakanhal yang wajar. Meskipun demikian, saat ini Pemeritah Kapanewon Sanden dan Pemkab Bantul terus melakukan sosialisasi terkait keberadaan TPSS dengan kapasitas 40 ton tersebut.

Advertisement

"Kalau ada pro dan kontra itu kan biasa. Sejatinya kami sudah sosialisasi ke warga. Memang tidak semua, karena hanya beberapa tokoh masyarakat. Tadi, juga kami kembali sosialisasi dan meminta warga untuk mendukung keberadaan TPSS tersebut," kata Panewu (Camat) Sanden Deni Ngajis Hartono, Senin (6/5/2024).

Lebih lanjut mantan Penewu Dlingo ini mengungkapkan, sebelum TPSS tersebut dioperasionalkan pada 1 Mei 2024 lalu, pihaknya sejatinya telah menginventarisir beberapa lokasi yang layak dijadikan TPSS. Hanya saja, dalam perkembangannya, akhirnya dipilihlah Tanah Kas Desa (TKD) seluas 3.600 meter persegi untuk dibangun TPSS dengan kapasitas 9.700 meter kubik tersebut.

BACA JUGA: Diduga Melecehkan Mahasiwa saat Bimbingan Skripsi, Begini Pengakuan Dosen UPN

"Jadi, semua sudah kami lakukan. Kami juga terus meminta kepada warga untuk mendukung program ini. Apalagi, ke depan, tempat tersebut juga akan digunakan untuk kepentingan bersama, karena akan menjadi lokasi agrowisata dan rest area," terang Deni Ngajis.

Sementara salah satu warga, Haryanto mengaku jika sosialisasi pembangunan tidak mengundang semua warga di wilayah tersebut. Padahal, keberadaan TPSS tersebut akan berdampak kepada timbulnya bau yang mengganggu warga sekitar. "Kami berharap bisa ditinjau ulang," terang Haryanto.

Hal sama juga diungkapkan oleh Jumijo. Pria yang tinggal tidak jauh dari TPSS itu mengaku meski dari pihak DLH telah mengupayakan agar TPSS tidak menimbulkan bau. Namun, tetap saja bau menyengat acap kali datang dan mengganggu kenyamanannya. "Untuk sosialisasi, sebelumnya memang saya sudah mengetahuinya," kata Jumijo.

Kepala DLH Bambang Purwadi mengatakan berbagai upaya dilakukannya untuk mengatasi persoalan terkait dengan keberadaan TPSS Gadingsari. Salah satunya adalah penerapan metode yang berbeda dengan model sanitary landfield untuk TPSS lainnya.

TPSS di Gadingsari didesain dengan memanfaatkan beberapa lubang penimbunan. Di mana, DLH melakukan pembuatan jugangan ukuran 10 meter x 13 meter dengan kedalaman empat meter per lubang. Di mana sampah yang sebelumnya telah dipilah ada akan langsung dimasukkan ke dalam jugangan yang sebelumnya dilapisi geomembran.

Selain itu, sampah yang dibuang nantinya juga akan disemprot dengan ecolindi untuk mencegah bau dan lalat kemudian ditutup dengan geomembran untuk mencegah air hujan membasahi sampah.

"Jadi setelah nanti penuh, maka kami gali lubang lainnya. Ini mempertimbangkan kondisi tanah yang berpasir dan kondisi medan, yang memang ada banyak pepohonan juga," ucap Bambang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 11:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement