Advertisement

Wacana Kerja Sama Pengembangan Padi Indonesia dan China di Kalteng Harus Memerhatikan Sejumlah Aspek

Catur Dwi Janati
Selasa, 07 Mei 2024 - 10:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Wacana Kerja Sama Pengembangan Padi Indonesia dan China di Kalteng Harus Memerhatikan Sejumlah Aspek Ilustrasi Jalan Usaha Tani. - Antara

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Kolaborasi Indonesia dan China untuk pengembangan lahan pertanian tanaman padi di Kalimantan Tengah perlu memerhatikan banyak aspek. Aspek lingkungan menjadi salah satu faktor yang kudu diperhatikan bila ingin kerja sama ini berhasil.

Pengamat Bidang Pertanian, Agrometeorologi, Ilmu Lingkungan dan Perubahan Iklim UGM, Bayu Dwi Apri Nugroho menilai secara kerja sama pengembangan pertanian ini tentu akan menjadi sesuatu yang menggembirakan. Pasalnya, teknologi pertanian dari Cina sudah terbukti menghasilkan produktivitas yang tinggi.

BACA JUGA: Indonesia-Iran Jalin Kerja Sama Teknologi Pertanian

Advertisement

Hanya saja, kata Bayu, perlu diperhatikan kompleksitas yang sangat besar pada pertanian di Indonesia. Menurut Bayu tidak bisa digaransi bila keberhasilan penanaman padi di Cina juga akan mencapai keberhasilan yang serupa di Indonesia.

"Sukses di sana belum tentu akan mendapatkan hasil yang sama di Indonesia, dalam hal ini di Kalimantan Tengah. Ada banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan komoditas pertanian, termasuk kondisi lingkungan seperti iklim, tanah, hama, penyakit, dan aspek sosial masyarakat," kata Bayu pada Senin (6/5/2024).

Bayu berpandangan ada kearifan lokal dalam sektor pertanian Indonesia yang harus mendapat perhatian. Kearifan lokal ini sangat kental, contohnya adanya pranata mangsa atau penanggalan Jawa sebagai panduan bagi petani dalam menjalankan aktivitas bercocok tanam.

"Dari sisi cara budi daya juga berbeda, hal ini juga tidak terlepas dari kondisi lingkungan setempat. Sebagai contoh, untuk daerah dengan kondisi tanah gambut yang memiliki pH tinggi atau basa, sehingga untuk menjadikan lahan tersebut bisa ditanami dengan kondisi ideal, harus dilakukan treatment untuk menurunkan pH tersebut menjadi lahan ideal atau standar," tandasnya.

Belum lagi bila membicarakan skala lahan pertanian yang lebih sempit dalam satu hamparan, antara petak satu dengan petak lainnya yang terkadang berbeda. Ada petak sawah yang lebih subur, dan ada petak sawah lainnya yang kurang subur. Aspek-aspek ini juga dipengaruhi cara budi daya petani di masing-masing petak tersebut. 

BACA JUGA: Kementan Kawal Sistem Pompanisasi Lahan Pertanian Atasi Dampak El Nino

Bayu menambahkan dalam situasi global saat ini, menolak atau membatasi kerja sama dengan negara sangat sukar mungkin dilakukan. Namun menerapkan pertanian secara langsung di lahan yang luas tanpa uji coba pada skala demplot, juga dinilai Bayu sebagai langkah tidak tepat. "Bagaimana pun kondisi lingkungan Cina dan Indonesia dalam hal ini Kalimantan Tengah memang berbeda," imbuhnya. 

Pendapat Bayu, proyek penanaman padi tersebut jangan langsung diterapkan pada areal yang luas. Melainkan bisa dilakukan dengan skema piloting melalui demplot untuk pengujian terlebih dahulu. Hal ini bisa mengetahui apakah bibit yang berasal dari Cina tersebut cocok dengan kondisi lingkungan dan bisa diterapkan di Kalimantan Tengah.

Pada tataran ini, peran akademisi atau lembaga rise dituntut untuk bisa memikirkan dan solusi. Berbagai elemen diharapkan Bayu turut mengamati sekaligus menguji apakah bibit dari Cina tersebut bisa ditanam di Indonesia secara langsung atau justru diperlukan suatu modifikasi supaya bisa ditanam dengan kondisi riil di lahan.

"Jika bibit dari Cina telah diuji dan terbukti dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, serta menghasilkan produktivitas tinggi seperti di Cina, maka tentunya diperlukan peningkatan skala," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Singapura Menghadapi Gelombang Baru Covid-19, Kasus Naik 2 Kali Lipat dalam Sepekan

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 17:37 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement