Advertisement

Dampak Musim Kemarau 2024 di Sleman Diprediksi Tak Separah Tahun Lalu

David Kurniawan
Rabu, 15 Mei 2024 - 16:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Dampak Musim Kemarau 2024 di Sleman Diprediksi Tak Separah Tahun Lalu Ilustrasi Kekeringan / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—BPBD Sleman optimistis dampak dari musim kemarau di 2024 tidak separah seperti di tahun lalu. Keyakinan tersebut tak lepas adanya potensi kemarau basah di tahun ini.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman, Bambang Kuntoro mengatakan, terus ada upaya koordinasi dengan BMKG terkait dengan perkembangan cuaca. Diperkirakaan mulai Mei ini, wilayah di Sleman sudah masuk musim kemarau.

Advertisement

Pihaknya pun mulai mempersiapkan untuk menghadapi musim kemarau. Meski demikian, ia menyakini dampak yang ditimbulkan tidak separah seperti kejadian di 2023.

BACA JUGA: Masuk Awal Kemarau, BPBD DIY Pastikan DIY Tidak Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana Hidrometeorologi

Berdasarkan informasi dari BMKG di tahun ini aka nada fenomena la nina atau kemarau basah. Hal itu berarti, meski masuk musim kering, tapi tetap ada potensi hujan.

“Kita lihat saja perkembangannya. Yang jelas, kami akan siap siaga menghadapi berbagai dampak yang  mungkin ditimbulkan pada musim kemarau,” katanya, Rabu (15/5/2024).

Selain adanya potensi kemarau basah, dampak dari musim kemarau tahun ini lebih ringan dikarenakan tidak ada lagi perbaikan skala besar di Selokan Mataram dan Saluran Van Der Wijck. Tahun lalu, sambung dia, bersamaan dengan kemarau Panjang yang disebakan fenomena el nino ada perbaikan di dua saluran sehingga mengakibatkan irigasi berhenti total.

Menurut dia, dengan tidak adanya perbaikan besar di kedua saluran, maka alirannya masih dapat dimanfaatkan warga. Salah satunya mendukung program pertanian di sepanjang selokan.

“Informasinya hanya pemeliharan sehingga tidak ada penutupan total sehingga air dari kedua selokan tetap bisa dimanfaatkan. Ini yang membuat kami yakin dampak kemarau di 2024 tidak separah tahun lalu,” katanya.

Meski demikian, Bambang mengakui tetap mengalokasikan anggaran untuk program penyaluran bantuan air bersih. “Untuk anggaran pastinya ada di kantor, tapi tetap ada bantuan droping bagi yang membutuhkan,” katanya.

Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas mengatakan, saat ini sudah memasuki awal musim kemarau. Hal tersebut terlihat dari tingkat curah hujan yang terus mengalami penurunan intensitasnya.

Dia mengatakan, awal kemarau di Kabupaten Sleman terbagi dalam dua gelombang. Untuk Kapanewon seperti Minggir, Seyegan, Moyudan, Godean, Gamping, Mlati, Ngaglik, Depok, Berbah, Prambanan, Ngemplak dan Kalasan di dasarian pertama Mei sudah masuk kemarau.

Hal ini ditandai dengan intensitas hujan yang turun dibawah 50 milimeter. “Dasarian adalah perhitungan untuk sepuluh hari. Jadi dasarian pertama ini antara tanggal 1 hingga 10,” katanya.

Meski demikian, untuk wilayah di Sleman utara seperti Kapanewon Cangkringan, Turi, Tempel, Pakem dan Sleman di dasarian pertama masih di akhir musim hujan. Di lima kapanewon ini, baru memasuki musim kemarau di dasarian ketiga atau akhir Mei mendatang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

4.888 Pendaki Naik Gunung Ciremai Selama Libur Lebaran 2025

News
| Rabu, 09 April 2025, 14:47 WIB

Advertisement

alt

Warung Makan Jagoan Mahasiswa UII Jogja

Wisata
| Jum'at, 04 April 2025, 07:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement