Pemanfaatan Ikan Tuna Sirip Biru Selatan di Indonesia Belum Optimal
Pada tahun sebelumnya, dari kuota yang diberikan, hanya 600 ton tuna sirip biru selatan yang dapat dicapai Indonesia
Harianjogja.com, SLEMAN-Potensi perikanan laut lepas di kawasan selatan Indonesia masih sangat besar. Namun, potensi itu belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Terutama sumber daya Southern Bluefin Tuna (SBT) atau ikan tuna sirip biru yang merupakan salah satu komoditas ikan termahal di dunia.
Hal itu dikemukakan Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Ditjen Perikanan Tangkap, Kementerian Kelauatan dan Perikanan (KKP) Reza Shah Pahlevi. Kuota tuna sirip biru yang boleh ditangkap Indonesia hanya sebanyak 750 ton.
"Namun, karena penangkapan sebagian besar masih dilakukan armada kapal yang kecil yakni kurang dari 30 gross ton, maka penangkapan masih belum sebanyak itu," ujar Reza dalam The 24th Annual Meeting of The Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna (CCSBT) di Royal Ambarrukmo Yogyakarta Hotel, Senin (9/10/2017).
Reza memaparkan, dari 750 ton, Indonesia mendapat kuota tambahan sebanyak 149 ton yang berasal dari sisa kuota tahun 2016. Pada tahun sebelumnya, dari kuota yang diberikan, hanya 600 ton tuna sirip biru selatan yang dapat dicapai Indonesia.
Hal itu disebabkan jumlah armada pengangkatan tuna ini dari laut lepas umumnya didominasi oleh armada skala kecil. Di mana jumlah kapal kurang dari 30 GT hanya tersedia 85 unit, sedangkan kapal di atas 30 GT hanya tersedia 452 unit.
Pertemuan ini dihadiri 150 peserta yang terdiri dari pelaku usaha dan non government organization (NGO) terkait perikanan tuna internasional. Di mana dalam organisasi CCSBT ini terdiri dari delapan anggota yakni Australia, Uni Eropa, Taiwan, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru dan Afrika Selatan, serta satu negara bukan anggota penuh, yakni Filipina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya









