Jogjapolitan

Kebudayaan Punya Andil dalam Penetapan Strategi Pembangunan

Penulis: Rahmat Jiwandono
Tanggal: 13 Desember 2019 - 08:37 WIB
Antropolog dan Budayawan, Jean Couteau memberikan materi di seminar Peran Kebudayaan dalam Strategi Pembangunan Bangsa saat Dies Natalis ke-64 Universitas Sanata Dharma di ruang Drost, Kampus III USD, Paingan, Sleman pada Kamis (12/12) pagi./ Harian Jogja - Rahmat Jiwandono

Harianjogja.com, SLEMAN—Budaya yang ada di Indonesia tidak hanya berkutat soal adat istiadat yang saat ini masih ada. Sebab kebudayaan juga dapat berperan sebagai fondasi untuk merencanakan strategi pembangunan.

Antropolog dan Budayawan, Dr. Jean Couteau mengatakan untuk mendiskusikan masalah budaya di Indonesia harus keluar dari paradigma umum yang berlaku di negeri ini. Paradigma tersebut memandang budaya bangsa sebagai objek otonom atau sebagai semacam jati diri atau karakter bangsa yang dianggap hadir secara imanen nan nir-historis pada bangsa yang bersangkutan, apapun gejolak politik yang menimpanya. "Apapun perubahan struktural yang terjadi pada sistem sosio-ekonomi dan pada bangunan sosio kulturalnya," ucap Jean dalam seminar bertajuk Peran Kebudayaan dalam Strategi Pembangunan Bangsa dalam rangka Dies Natalis ke-64 Universitas Sanata Dharma (USD) di ruang Drost, Kampus III USD, Paingan, Sleman pada Kamis (12/12) pagi.

Menurutnya, kehadiran konsep jiwa bangsa atau jiwa budaya sejak awal membayangi konseptualisasi tentang keindonesiaan. Misalnya prinsip-prinsip Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang menempatkan pluralisme deskriptif yang seolah-olah final yang abadi. "Kedua hal itu dirumuskan berdasarkan persepsi situasi masa lalu yang memang plural," katanya.

Ketua Prodi S2 Ilmu Religi dan Budaya, Yustinus Tri Subagya menjelaskan seminar ini tujuan salah satunya berkontribusi apa yang bisa dilakukan USD dalam proses pergeseran budaya. Selain itu juga mendampingi mahasiswanya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Dalam seminar ini, ia memaparkan masyarakat yang terbelah karena beberapa hal. Seperti persekusi dan intimidasi dari kelompok-kelompok dominan yang memaksakan kehendaknya masih sering terjadi serta masyarakat masih rentan mengalami perpecahan identitas etnis dan agama.

"Terlebih pada tahun ini yang merupakan tahun politik," ujarnya.

Ia menyebut politisasi identitas nampak dalam beberapa pemilihan kepala daerah (pilkada) dan berusaha digunakan kembali pada pemilihan umum (pemilu) pada April 2019 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Jalin Kerja Sama, UKDW Tandatangani MoU dengan Yayasan Tarakanita Wilayah Yogyakarta
Seminar Nasional ITNY Bahas Kemitraan Antarsektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Merasa Tidak Sejalan, Universitas Zurich Keluar dari Pemeringkatan Kampus
Polisi Sebut Tersangka Penipuan Ferienjob Raup Untung hingga Rp84 Juta

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Garuda Selangkah Lagi Menuju Paris, Ini Fakta tentang Olimpiade Melbourne 1956
  2. Satu Kemenangan Lagi menuju Olimpiade Paris, STY: Percayai Saya, Ikuti Saya!
  3. Koalisi Berkah Pecah, Hari Wuryanto Bakal Maju sebagai Calon Bupati Madiun 2024
  4. Garuda Muda Wajib Waspada, 3 Pemain Uzbekistan Bermain di Prancis dan Rusia

Berita Terbaru Lainnya

Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Sabtu 27 April 2024, Tiket Rp50 Ribu
Jadwal KRL Solo-Jogja, Berangkat dari Palur Sabtu 27 April 2024
Jadwal Terbaru! KRL Jogja-Solo Sabtu 27 April 2024, Berangkat dari Stasiun Tugu dan Lempuyangan
LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga
Viral Hansip hingga Driver Gojek Nonton Timnas Indonesia U-23 saat Melawan South Korea U-23  Piala Asia 2024 di Qatar
PENGELOLAAN LINGKUNGAN: Bijak Mengolah Sampah agar Tak Jadi Masalah
Peringatan HKB DIY 2024, Sukarelawan dan ASN Ikut Aksi Donor Darah
BEDAH BUKU DPAD DIY: Masyarakat Bisa Perdalam Ilmu Agama melalui Buku
Disbud DIY Rilis Lima Film Angkat Kebudayaan Jogja
Jumlah RTLH di Bantul Cukup Tinggi, Alokasi Perbaikan RTLH Setiap Tahun Masih Sedikit