Jogjapolitan

Guru Besar UGM: Alasan Warga Jadi Pengikut Kerajaan Agung Sejagat Bukan karena Ekonomi

Penulis: Rahmat Jiwandono
Tanggal: 21 Januari 2020 - 23:17 WIB
Raja Keraton Sejagat - ist

Harianjogja.com, SLEMAN—Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Gadjah Mada (UGM) menilai bukan faktor ekonomi yang menyebabkan banyak warga menjadi pengikut sejumlah kerajaan fiktif di Indonesia akhir-akhir ini.

Sebelumnya muncul Keraton Agung Sejagat (KAS) di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dan Sunda Empire, Bandung, Jawa Barat.

Ketua DGB UGM, Profesor Koentjoro, mengatakan orang yang mengaku pemimpin kerajaan tersebut mempunyai waham kebesaran. "Kalau dalam istilah psikologi disebut delusi grandule," katanya, Selasa (21/1/2020).

Waham kebesaran bisa dilihat dari kemampuan mereka meyakinkan seseorang untuk menjadi anggota kerajaannya. Sehingga seseorang yang mendengarkan perkataannya bisa percaya.

Terlebih para pengikutnya mudah diyakinkan dengan simbol-simbol tertentu. "Itu menjadi semacam psikologi massa sehingga orang dengan mudah percaya dengan yang diceritakan," jelasnya.

Koentjoro menyebut simbol-simbol yang ada di Sunda Empire bukan hal yang rasional. Sebab masyarakat dibuat percaya melalui seragam, iming-iming upah dan jabatan tertentu.

Menurutnya orang yang telah bergabung dengan kelompok tersebut dilatari sejumlah hal. Pertama, adanya post power syndrome yakni seseorang yang dulunya punya kedudukan tetapi setelah pensiun ia merasa tidak ada yang bisa diperintah. "Maka dia ingin melakukan hal yang sama saat dia punya kedudukan," kata dia.

Kedua adalah kurangnya perhatian sang anak terhadap orang tua. Dengan begitu, para orang tua mencari tempat untuk mendapat perhatian.

Ia tidak percaya jika faktor ekonomi yang mendorong orang-orang itu untuk ikut bergabung. "Kalau mereka tidak punya uang, kenapa mau mengeluarkan uang sampai jutaan rupiah untuk jadi anggota," kata dia.

Ia juga menyebut almarhum Profesor Sarlito Wirawan nyaris percaya dengan ajaran Lia Eden. "Itu bukti orang yang berpendidikan tinggi pun juga bisa dipengaruhi, bukan soal ekonomi saja," katanya.

Selain itu juga bisa diakibatkan mental instan yang ingin cepat kaya tetapi tidak mau bekerja keras.

Oleh karena itu, langkah yang dapat dilakukan oleh masyarakat maupun pemerintah guna mengantisipasi ajakan tersebut yaitu memberi perhatian kepada orang tua. Untuk pemerintah, dinas terkait perlu menyosialisasikan ke warga agar tidak mudah tertarik dengan hal-hal yang bersifat instan.

"Semuanya harus berpikir kritis sebelum menerima tawaran seperti itu," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

UGM Tegaskan Kampus Tak Punya Sangkut Paut dengan Dosen yang Terlibat Penggelapan Uang
Pelaku TPPO Modus Kawin Kontrak Ditangkap, Sediakan Jasa dari Calon Pengantin hingga Orang Tua Palsu Ditangkap
Ratusan Hotel di Jepang Jadi Korban Penipuan lewat Booking.com
Komplotan dengan Modus Broker Kredit Usaha Bank Tipu 5 Korban di DIY-Jateng

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Konten Deepfake Kian Meresahkan, Pemerintah Harus Ambil Komando Memerangi
  2. Nilai UKT Maba 2024 Capai Rp52 Juta, BEM Unsoed Desak Rektorat Lakukan Evaluasi
  3. Berlaga Sabtu, Tim Thomas dan Uper Mulai Jalani Latihan Perdana Hari Ini
  4. Perempuan yang Menolong Dirinya Sendiri

Berita Terbaru Lainnya

Lulusan Pertanahan Disebut AHY Harus Tahu Perkembangan Teknologi
Pendaftaran Kandidat Pilkada lewat Golkar Kulonprogo Tutup, Ada 6 Balon Bupati dan 6 Balon Wakil
AHY Pasang Target LavAni Pertahankan Gelar Juara di Proliga 2024
Calon Perseorangan Pilkada DIY 2024 Harus Mengantongi Ini
Bawaslu Bantul Awasi Pembentukan PPK Pilkada

Bawaslu Bantul Awasi Pembentukan PPK Pilkada

Jogjapolitan | 49 minutes ago
PPP Incar Posisi Calon Wakil Wali Kota Jogja

PPP Incar Posisi Calon Wakil Wali Kota Jogja

Jogjapolitan | 59 minutes ago
Mengalami Era Baru Koneksi Internet dengan Izzi Life dari Life Media
Menangkan PDIP di Pilkada, Ganjar Pranowo Siap Keliling Indonesia Tanpa Diminta
Digugat Vendor Snack Pelantikan KPPS yang Sempat Viral, Ini Tanggapan KPU Sleman
Penanggulangan Kemiskinan Optimalkan Kader Khusus, Pendampingan Warga Miskin Makin Intensif