Jogjapolitan

Perbaikan Empat Titik Longsor di Bantul Habiskan Setengah Miliar

Penulis: Catur Dwi Janati
Tanggal: 07 Desember 2021 - 10:07 WIB
Warga dekat saluran irigasi (tengah) menunjukkan lokasi ambruknya dinding saluran irigasi. Tembok irigasi jebol pada Jumat (20/3/2020) malam. - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Harianjogja.com, BANTUL-Sejumlah titik infrastruktur yang rusak karena terdampak bencana hidrometeorologi mulai digarap. Tercatat, perbaikan empat titik longsor atau tanah ambles menghabiskan anggaran lebih dari setengah miliar.

Plt. Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli menjelaskan perbaikan empat titik longsor atau tanah ambles sudah mulai digarap beberapa waktu lalu. SPK pengerjaan perbaikan turun pada tanggal 24 November, yang menurut Agus mestinya akan berakhir sekitar tanggal 24 Desember. "Toral anggaran Rp500 juta sekian. Sekiannya agak lupa, tapi Rp500 juta sekian," terangnya pada Senin (6/12/2021).

Perbaikan lokasi-lokasi tanah ambles akan dikerjakan selama 30 hari kerja. Empat titik yang diperbaiki meliputi Bodon, Jomblangan, Karangtalun dan satu lagi di kawasan Jembatan Sampangan. "Kemarin kunjungan dengan Komisi A, baru empat itu," ujarnya.

Dari segi fisik, Agus menjelaskan perbaikan keempat lokasi akan menggunakan sistem bronjong. Di mana bronjong berisi batu akan disusun dan diuruk dengan tanah.

"Semua pakai bronjong keempat-empatnya. Di dasarnya itu memang pakai bronjong semua, tidak ada penguatan beton," tambahnya.

Baca juga: Percaya dengan Pria di Aplikasi Kencan Online, Perempuan Kulonprogo Tertipu Ratusan Juta

Satu titik tanah ambles lainnya di Roto Kenongo, Pendowoharjo, disebutkan Agus digarap lewat swadaya masyarakat. BPBD Bantul hanya memberikan bronjong kosongan.

"Yang dikerjakan masyarakat misalnya di Roto Kenongo. Itu bukan dengan dana BTT tapi kita memberikan bronjong kosongan, terus dikerjakan kerja bakti masyarakat. Di isi dengan batu, kemudian menimbun dengan tanah," jelasnya.

Sampai saat ini, semua titik kerusakan bencana akibat bencana hidrometeorologi telah ditangani. "Sementara sudah teratasi semua, termasuk yang baru akan kita laksanakan itu adalah membantu mengalirkan sedimentasi di barat Kapanewon Banguntapan," tambahnya.

Sedimen dalam saluran nantinya akan didorong dengan air bertekanan tinggi. Harapannya dengan sedimen-sedimen yang telah dibersihkan, aliran air dapat menjadi lancar. Sehingga bila debit air tinggi air tidak meluap atau banjir.

"Ini baru koordinasi. Sistemnya pakai alat pemadam kebakaran. Itu disemprot biar lumpur-lumpurnya bisa teralirkan, sehingga nanti bisa jadi lancar," imbuhnya.

Di sisi lain turunnya intensitas hujan, membuat penambahan titik bencana tidak bertambah. Hanya beberapa pohon tubang tercatat masih beberapa kali terjadi. "Dua pekan terakhir ini belum ada laporan lagi ibaratnya yang longsor atau yang harus diperbaiki. Kalau pohon itu hampir setiap hari, pohon tumbang itu. Tetapi sepekan terakhir belum ada laporan lagi pohon tumbang," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Kasus Influenza di Jogja Naik, Wali Kota Imbau Warga Jaga Kesehatan
Memasuki Musim Hujan, Revitalisasi SAH di Kota Jogja Dikebut
Musim Hujan, DLH Bantul Sebut Permintaan Tebang Pohon Meningkat
Prediksi BMKG: Mayoritas Kota Besar Hari Ini Hujan

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Panduan Lengkap Slot Online di JendelaToto
  2. Panduan Lengkap Main di Jendelatoto
  3. Main Slot Gacor Mudah Menang 2025
  4. Best Strategies for Togel Players

Berita Terbaru Lainnya

Jadwal SIM Keliling Kota Jogja Jumat 7 November 2025
Akreditasi Kadaluwarsa, Perpusda Kulonprogo Tak Dapat DAK Non Fisik
Jadwal DAMRI Jumat 7 November 2025, Bandara YIA ke Jogja
Jadwal KRL dari Solo keJogja Hari Ini Jumat 7 November 2025
Jadwal KA Bandara YIA Hari Ini Jumat 7 November 2025
Jadwal SIM Keliling Polda DIY Hari Ini Jumat 7 November 2025
Jadwal Bus Sinar Jaya Malioboro ke Parangtritis Jumat 7 November 2025
Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Hari Ini Jumat 7 November 2025
Ekspor-Impor DIY Meningkat dari Tahun Sebelumnya
Pakar UGM: Program PSEL Perlu Transisi Menuju Ekonomi Sirkular