Jogjapolitan

Nongkrong di Kafe Pakai Kebaya, Berani?

Penulis: Sunartono
Tanggal: 21 Januari 2022 - 07:07 WIB
GKR Bendara (tengah, mengenakan selendang hijau) berfoto bersama pengurus Kebaya Foundation Jogja dalam acara Pengukuhan dan Pelantikan Pengurus Kebaya Foundation Jogjakarta di Hotel Royal Darmo Malioboro, Rabu (19/1/2022). - Harian Jogja/Sunartono.

Harianjogja.com, JOGJAKebaya kini kian ngetren dan luwes dipakai di banyak tempat serta beragam acara, termasuk untuk nongkrong.

Berabad-abad silam, kebaya menjadi salah satu pakaian yang dikenakan bangsawan kerajaan di Jawa seperi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kebaya kemudian berkembang dan dipakai wanita Eropa yang berada di Nusantara. Berdasarkan ragam sumber, bentuk paling awal kebaya berasal dari Istana Kerajaan Majapahit, dahulu dipakai oleh para permaisuri atau selir raja.

BACA JUGA: Banyak Kebaya Melenceng dari Pakem, Komunitas Perempuan Berkebaya Jogja Gelar Talkshow

Seiring perkembangan zaman, kebaya lantas digunakan oleh masyarakat umum. Pada awal kemerdekaan Indonesia, bahkan masyarakat lebih banyak menjadikan kebaya sebagai baju yang dipakai untuk kehidupan sehari-hari. Saat itu fesyen belum berkembang pesat. Kini kebaya harus bersaing dengan ragam fesyen lainnya dan kerap dipakai untuk acara tertentu saja.

Komunitas dari berbagai elemen masyarakat di Kebaya Foundation berusaha melestarikan kebaya melalui berbagai kegiatannya. Puluhan anggota komunitas ini mengenakan kebaya berkumpul dalam kegiatan Pengukuhan dan Pelantikan Pengurus Kebaya Foundation Jogjakarta serta Talkshow bertajuk Kebaya, Tradisi dan Inspirasi di Hotel Royal Darmo Malioboro, Rabu (19/1/2022).

Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Nitya Budaya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat GKR Bendara yang turut aktif di organisasi ini menggelorakan normalisasi kebaya. Ia menjadi bagian dari komunitas ini di level nasional dan berupaya menjadikan kebaya menjadi pakaian di berbagai acara dan dapat dipakai untuk kapan saja serta di mana saja.

“Saya mengajak umur berapa pun, ayo lestarikan dan normalisasi kebaya untuk kehidupan, mau ke sekolah, bekerja, atau mau ngafe [nongkrong di kafe] pakai kebaya,” kata GKR Bendara di sela-sela Pengukuhan dan Pelantikan Pengurus Kebaya Foundation Jogjakarta.

Kebaya sering dipahami masyarakat hanya untuk acara tradisi seperti pernikahan, itu pun yang memakai hanya dari keluarga pengantin. Sementara, tamu undangan menggunakan pakaian jenis lain. Ada harapan semua bisa mengenakan kebaya. Termasuk dalam lingkup kegiatan lain seperti sekolah hingga bekerja.

Meski demikian, harus diberikan pemahaman secara perlahan, penggunaan kebaya dengan baik dan benar. “Untuk kebaya Jogja tidak ada kutubarunya, kalau kutubarunya kotak di depan itu biasa Solo, tetapi dari segi bahan bervariasi ada yang broklat, bludru, lebih ke cara penggunaan dan bentuk,” ucapnya.

Berbeda lagi jika dikaitkan dengan penggunaan kebaya ketika berada di lingkungan Kraton Jogja. Ada batasan tertentu yang pakem, karena di dalam lingkungan Kraton yang bersanggul dan berkebaya berwarna tertentu misalnya hanya boleh dipakai untuk keluarga kerajaan.

“Tetapi untuk di luar sana seperti apa silakan,” ucap Bendara yang saat itu mengenakan kebaya dengan khusus untuk keluarga Kraton.

Pentingnya memperhatikan dan memahami jenis kebaya agar masyarakat dapat memakainya dengan nyaman dan tepat. Terutama membedakan antaranya kebaya Jogja dan Solo yang cenderung berbeda.

“Terutama untuk acara adat harus ada pakemnya, jangan sampai pakai pakaian Solo kainnya [motif] Jogja, atau sanggulnya Solo, kainnya Jogja, ini harus dipahami. Kalau rekan milenial pakai kebaya saat beraktivitas sehari-hari mangga saja, tetapi jangan pakai sanggul tekuk, ada batasan, ada alur pakem,” katanya.

BACA JUGA: Komunitas Ini Berharap Ada Hari Kebaya Nasional

Potensi pelestarian kebaya di Jogja sangat besar. Sejumlah komunitas peduli penggunaan pakaian tradisional bermunculan. Keberadaan komunitas ini menjadi kekuatan untuk mengimbangi masuknya budaya asing yang dikhawatirkan menghilangkan ciri khas budaya Indonesia. Dalam berbagai event tradisional sangat banyak memakai kebaya. Di sisi lain kebaya mampu menyatukan beragam perbedaan, dari usia hingga jabatan.

“Kalau kebaya motif Jogja yang menurut saya banyak disukai masyarakat itu dengan motif bunga atau yang bludru. Kalau tren khusus tidak ada karena harus sesuai pakem hanya di motif dan jenis pakaian saja,” kata Ketua Kebaya Foundation Jogja C.A. Tersierra Rosa.

Penggunaan kebaya tidak harus ribet, tetapi saat ini cenderung lebih mudah dan sederhana. Kain bisa dijahit sehingga tidak perlu menggunakan stagen, korset dan sejenisnya. Ini menjadi modal juga untuk normalisasi kebaya. “Kemudahan dalam memakai itu tidak mempengaruhi pakem, tetapi orang yang paham kebaya dia bisa melihat bahwa kebaya ini ada sambungan karena dijahit,” katanya.

Normalisasi kebaya memang bukan pekerjaan mudah. Karena citra kebaya hanya untuk dipakai saat acara resmi, sudah melekat di masyarakat. Tak semua orang percaya diri mengenakannya. Apalagi jika dipakai untuk acara informal. Apakah ada yang berani memakai kebaya hanya sekadar untuk nongkrong di kafe?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Hanya di Jogja Festival Budaya Wujud Kolaborasi Lestarikan Kebudayaan
Ada Perubahan Mekanisme Grebeg Syawal 2024, Warga dan Wisatawan Tetap Antusias
Manajemen Pengelolaan Rintisan Desa Budaya di Bantul Diperkuat
Dibuka Kapolri, Pasar Kangen Wiwitan Pasa Diserbu Ribuan Pengunjung

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Mei, PDIP Buka Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Salatiga
  2. Jamaika Akui Kedaulatan Negara Palestina
  3. Curi Burung Warga Sragen, Pemuda Asal Karanganyar Divonis Percobaan 2 Bulan
  4. 50 Tahun Eksis, PT Dan Liris Fokus pada Digitalisasi, Inovasi, & Keberlanjutan

Berita Terbaru Lainnya

Kabupaten Sleman Prioritaskan Pembangunan Pertanian
Mempercepat Penanganan, Pemkab Kulonprogo Bikin Rembug Stunting
Program Transmigrasi, DIY Dapat Kuota 16 Kepala Keluarga
Jadwal Pemadaman Listrik Kamis 25 April 2024, Giliran Sleman, Kota Jogja dan Kulonprogo
Top 7 News Harianjogja.com Kamis 25 April 2024: Kasus Penggelapan Pajak hingga Sosialisasi Tol Jogja-YIA
Jadwal Layanan Samsat Keliling Jogja Kamis 25 April 2024
Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Kamis 25 April 2024: Hujan Lebat Sleman dan Gunungkidul
DIY Peroleh Kuota Transmigrasi untuk 16 KK di 2024
Jadwal dan Lokasi Layanan SIM Keliling Bantul April 2024
Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Kamis 25 April 2024