Jogjapolitan

Berkebun Jadi Cara Perempuan Ini Mencintai Tuhan dan Alam

Penulis: Lajeng Padmaratri
Tanggal: 24 Januari 2022 - 08:37 WIB
Tias saat mengisi salah satu booth di pasar organik. - Istimewa/Dok. Pribadi.

Harianjogja.com, JOGJA--Tak hanya menanam tanaman lalu menunggu panen, bagi Heningtias Gahas Rukmana, berkebun merupakan upayanya melestarikan alam sekaligus mencintai Tuhan. Dia pun menularkan kegemaran berkebun ke anak-anak muda supaya lebih banyak orang yang mencintai alam.

Kegiatan berkebun sudah menjadi aktivitas sehari-hari bagi Heningtias Gahas Rukmana sejak kecil. Perempuan 31 tahun yang akrab disapa Tias ini mulanya diperkenalkan dengan kegiatan bercocok tanam oleh ayahnya. Kebiasaan itu akhirnya terbawa hingga dewasa.

Alumnus UIN Sunan Kalijaga ini mengaku tetap aktif berkebun saat ngekos beberapa tahun lalu. "Kayaknya cuma saya mahasiswa yang punya tanaman stroberi dan kelor di kos-kosan," kenang Tias kepada Harianjogja.com, belum lama ini.

Bagi Tias, berkebun tak hanya menjadikannya lebih sehat lantaran bisa mengonsumsi makanan yang alami. Dari kegiatan ini, dia pun jadi mengenal alam. Lebih jauh, dia justru merasa lebih dekat dengan Tuhan lewat berkebun.

Keyakinan itu yang coba ia sampaikan kepada orang lain, terutama anak-anak muda. Sejak 2019, di samping mengelola bisnis jual-beli hasil panen organik di Kebun Mba Tias, dia pun membuka kelas bagi siapapun untuk belajar berkebun.

Program itu diwujudkan Tias melalui kegiatan edukasi berbasis kurikulum, mulai dari membersihkan lingkungan, bercocok tanam, hingga pelatihan kewirausahaan. Setiap akhir pekan, ia mengajak siswanya untuk nyemplung ke sungai hingga blusukan ke kebun.

"Saya ajak mahasiswa mengenal lingkungan. Bisa dengan membersihkan sampah di sungai, mengenal tanah di kebun, panen, maupun belajar mendesain kemasan produk kebun. Beberapa dosen titip mahasiswanya ke saya untuk diajak belajar berkebun," ujar Tias.

Meski awalnya jijik dan enggan nyemplung ke sungai maupun berkebun, lama-kelamaan mahasiswa dampingan Tias pun antusias mengikuti program ini. Ibu satu anak ini berharap pengalaman itu bisa menjadi bekal anak-anak muda agar bisa mencintai alam.

"Harapannya dengan mengenal alam, maka mereka bisa mencintai Tuhannya. Mengenal tanaman, komponen di tanah ada ulat dan cacing, itu semua kan makhluk Tuhan. Ini yang coba saya sampaikan lewat edukasi ke murid-murid di Kebun Mba Tias," terangnya.

Ekoteologi Universal

Meski mengajak murid-muridnya untuk mengenal Tuhan dan lebih religius, namun Tias tidak membatasi program edukasinya hanya bisa diikuti oleh murid yang memiliki keyakinan yang sama dengannya. Sebagai seorang Muslim, dia terbuka untuk mendampingi anak-anak muda yang memiliki keyakinan berbeda untuk bersama-sama mencintai alam.

"Kurikulum saya mencakup ekoteologi, tapi universal, bisa diikuti oleh semua pemeluk agama. Saya yakin di semua agama pasti diajarkan bagaimana mendekatkan diri kepada Tuhan lewat mencintai alam," ujarnya.

Di Kebun Mba Tias, dia memiliki visi-misi yang bisa terangkum dalam 3M, meliputi mandiri pangan, mandiri spiritual, serta mandiri ekonomi. Ketika hasil dapur terpenuhi dari kebun sendiri, maka kemandirian pangan mampu tercapai.

Kemudian, pengalaman berkebun merupakan penguatan hubungan antara manusia dengan alam sekaligus mengenal Tuhan yang menjadi wujud kemandirian spiritual. Lebih jauh, ketika hasil panen itu mampu dimanfaatkan untuk diolah dan dijual, maka kemandirian ekonomi turut tercapai.

Ke depannya, dia berharap bisa memberikan pelatihan berkebun kepada peserta usia anak-anak. Sebab, ia percaya jika generasi muda sudah mengenal lingkungan dan gemar berkebun sejak dini, maka kecintaan itu akan terbawa hingga dewasa.

Lebih jauh, Tias bahkan bercita-cita membangun pesantren alam. Para santrinya tidak hanya belajar agama, melainkan juga melestarikan alam lewat berkebun. "Karena saya percaya bahwa dengan mencintai alam, maka akan nyambung ke bagaimana mencintai Tuhan sebagai penciptanya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Ngobrol Bareng Ardian Powers, Sutradara Australia Ingin Kolaborasi dengan Sineas Indonesia
Mengenal Komjen Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho yang Dipercaya Jadi Sekjen KKP
Kisah Pelestari Hutan Rakyat di Kedungpoh Lor Gunungkidul dengan Budi Daya Lebah Madu
Kisah Febru Danar Surya, Otak di Balik Koreografi Suporter Timnas Bertekad Kenalkan Indonesia Lewat Citra

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Panitia Video Announcer Contest SMG 2025 Tetapkan 50 Nominasi, Ini Daftarnya
  2. CIMB Niaga Sponsori VAC SMG 2025, Lomba Video Penyiar Masuk Tahap Penilaian
  3. SEMARAK SATU DASAWARSA BAPERKA Merayakan Dekade Perawatan Perkeretaapian
  4. SEMARAK SATU DASAWARSA BAPERKA Merayakan Dekade Perawatan Perkeretaapian

Berita Terbaru Lainnya

Penertiban di Pantai Drini: Warga Diberi Waktu hingga 15 Juli Membongkar Mandiri
Tak Hanya Tempat Wisata Religi, Petilasan Gunung Gambar Juga Jadi Sentra Kopi di Gunungkidul
Bantul Lakukan Pemasangan Elektrifikasi Pertanian di 101 Titik Lahan
Masyarakat Diminta Meneladani Nilai Luhur Ki Demang Cokrodikromo
Bantul Siapkan 560 Tangki Air Bersih untuk Antisipasi Kekeringan
Sanksi Yustisi Kawasan Tanpa Rokok di Malioboro Tak Perlu Terburu-buru
Tegas! UGM Tolak Peserta Masuk Ujian Mandiri yang Tak Sesuai Aturan
Pekerja di DIY Dukung SE Larangan Penahanan Ijazah, Ini Alasannya
Cek! Jadwal Bus Sinar Jaya dari Malioboro Jogja ke Pantai Parangtritis Bantul dan Pantai Baron Gunungkidul
Perizinan Penambangan di DIY Dibatasi Sebulan, Penggunaan Alat Disesuaikan dengan Lokasi Tambang