Advertisement
Dampak Luka Psikis Masa Kecil Bisa Bikin Pribadi Terisolasi
Advertisement
Harianjogja.com, MALANG—Luka psikis pada masa kecil harus diobati karena jika tidak dikhawatirkan berdampak pada kehidupan pribadi yang ujungnya antara lain tidak diterima oleh lingkungan serta kurang peka.
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah, mengatakan seringkali pembahasan inner child, sifat kekanak-kanakkan yang terkait dengan pengalaman atau luka masa lalu yang belum mendapat penyelesaian, ramai di jagat media sosial.
Advertisement
“Luka tersebut harus diobati karena akan berkaitan dengan kualitas diri di masa yang akan datang,” katanya, Senin (14/8/2023).
BACA JUGA : Mahasiswa Rentan Stres, Psikolog: Hidup yang Serba Mudah
Ketika tidak diobati, dia menegaskan mungkin bisa saja luka tersebut sembuh. Tetapi butuh waktu lama dan meninggalkan bekas yang dalam. Bekasnya ini bisa berdampak pada kehidupan pribadi, seperti overthinking, penilaian negatif tentang diri sendiri dan menjadi orang yang tidak menyenangkan. Bahkan berakibat pada tidak diterima oleh lingkungan sosial, kurang peka dan lain-lain.
Salah satu masalah timbulnya luka psikis, kata dia, yakni pengasuhan yang kurang tepat dan optimal saat masa kecil. Misalnya saja mengalami kejadian traumatis, baik itu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), penelantaran, hingga pengabaian.
“Luka-luka ini perlu diobati dengan beberapa langkah. Pertama yakni dengan menjalin dukungan sosial. Mendapatkan dukungan dari teman-teman, keluarga, atau bergabung dalam kelompok dukungan dapat membantu individu merasa tidak sendirian dalam menghadapi perjalanan pemulihan,” ujarnya.
Selain itu, ujar dia, terapi dan konseling juga dapat dilakukan. Meminta bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor dapat membantu individu untuk mengatasi trauma dan emosi yang terpendam. Dalam sesi terapi, individu diberikan kesempatan untuk berbicara dan meresapi perasaan mereka dengan dukungan dan panduan yang tepat.
“Yang terakhir adalah praktik pemaafan. Memaafkan diri sendiri dan orang tua yang terlibat dalam masa lalu adalah langkah penting dalam memutus siklus negatif. Pemaafan membantu melepaskan beban dan memungkinkan individu untuk melangkah maju,” tandasnya.
Hudaniah juga berpesan ke siapa saja yang punya luka masa lalu untuk terus berusaha menjadi lebih baik.
"Teruslah bergerak. Kita bukan seperti donat yang diam saja bisa berkembang. Pahami bahwa segala situasi yang kita hadapi tidak semuanya yang seperti kita inginkan. Dengan begitu kita bisa terus belajar dari pengalaman sehingga menjadi individu yang lebih matang dan berdaya," ujarnya menyarankan.
Agar rantai ini terputus, dia mengusulkan, perlu ada persiapan bagi para calon orang tua sebelum memutuskan untuk menikah. Ini semua berawal dari keputusan pernikahan, regulasi solusi dalam pernikahan, manajemen konflik dan tujuan pernikahan itu sendiri.
“Harus disadari adanya konsekuensi yang muncul pascapernikahan, termasuk kehadiran anak. Bagaimana orang tua memaknai kehadiran anak. Orang tua harus mengorbankan waktu hingga kebutuhan finansialnya. Ini kalau tidak disiapkan bahaya. Anak bisa jadi pelampiasan orang tua yang tidak matang,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri Keamanan AS Sebut Terorisme Kembali Muncul dan Jadi Ancaman
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Sabtu 18 Mei 2024, Tiket Rp50 Ribu
- Pilkada Sleman: Kustini, Danang dan Harda Berebut Tiket dari PDIP
- Jadwal Kereta Api Prameks Jogja-Kutoarjo Sabtu 18 Mei 2024
- Prediksi Cuaca Jogja dan Sekitarnya Sabtu 18 Mei 2024: DIY Cerah Berawan
- Jurnalis dan Pegiat Media Jogja Tolak RUU Penyiaran
Advertisement
Advertisement