Advertisement

Penggunaan Obat Antivirus Menjadi Pemicu Evolusi Covid, Begini Hasil Studinya

Redaksi
Selasa, 26 September 2023 - 15:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Penggunaan Obat Antivirus Menjadi Pemicu Evolusi Covid, Begini Hasil Studinya Petugas kesehatan menyiapkan suntikan penguat vaksin Moderna Inc. Covid-19 kepada karyawan Rakuten Group Inc. dan anggota keluarganya di kantor pusat perusahaan di Tokyo, Jepang, pada Jumat, 18 Februari 2022. Sekitar 11 persen orang Jepang telah menerima dosis ketiga vaksin pada Selasa (24/1/2023), menurut data Bloomberg. Fotografer: Toru Hanai - Bloomberg

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Dalam sebuah penelitian baru, para ilmuwan menemukan bahwa obat anti-COVID yang digunakan secara luas di seluruh dunia mungkin telah menyebabkan mutasi pada virus dan menciptakan varian-varian baru.

Molnupiravir, yang juga dijual di apotek dengan merek dagang Lagevrio, telah dirancang untuk menaklukkan virus corona. Namun, para peneliti telah menemukan bahwa virus ini dapat bertahan hidup dalam pengobatan, bahkan dapat menyebabkan versi mutasinya yang bisa menyebar ke orang lain.

Advertisement

Pil antivirus dari raksasa farmasi Merck ini merupakan salah satu pengobatan paling awal yang diluncurkan di tengah pandemi untuk mengendalikan tingkat keparahan virus corona pada orang-orang yang rentan.

BACA JUGA: Kenali Tanda Keracunan dan Cara Mengatasinya

Adapun pil ini bekerja dengan menciptakan mutasi pada virus dengan tujuan melemahkan dan membunuh virus. Tidak ada bukti bahwa antivirus dapat menciptakan varian virus yang lebih berbahaya

Obat anti-COVID yang digunakan secara luas di seluruh dunia mungkin telah menyebabkan mutasi pada virus, tetapi tidak ada bukti bahwa perubahan tersebut menyebabkan varian yang lebih berbahaya.

Namun, para ilmuwan menyatakan bahwa mutasi tersebut menyebabkan peningkatan keragaman genetik virus dan memberikan lebih banyak pilihan untuk virus ini berevolusi di masa depan.

Dilansir laman The Guardian, Selasa (26/9/23), Dr Theo Sanderson, penulis utama dalam penelitian ini dan seorang peneliti pascadoktoral di Francis Crick Institute di London menekankan bahwa tidak ada bukti bahwa "molnupiravir sampai saat ini dapat menciptakan virus yang lebih mudah ditularkan atau lebih ganas."

"Tidak satu pun dari varian yang melanda dunia disebabkan oleh obat tersebut. Namun, sangat sulit untuk memprediksi apakah pengobatan molnupiravir berpotensi menimbulkan varian baru yang dapat mengintai orang dengan kekebalan tubuh yang lemah," tambahnya.

Sanderson, saat berbicara kepada Guardian mengatakan, "Orang-orang memiliki beberapa kekhawatiran tentang molnupiravir dan hal ini membuat kekhawatiran tersebut menjadi lebih konkret. Kita tahu bahwa virus-virus ini masih bisa hidup setelah mengalami sejumlah mutasi yang signifikan dan masih bisa menular dalam beberapa kasus."

Temuan penelitian ini penting bagi para ilmuwan untuk melanjutkan penelitian akan manfaat dan risiko molnupiravir serta obat lain yang sedang dalam tahap pengembangan dan bekerja dalam pola yang sama, kata para peneliti. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gunung Ibu Pulau Halmahera Meletus, Abu Vulkanik Setinggi 3,5 Kilometer

News
| Minggu, 28 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement