Advertisement

Studi Sebut Vape Punya Kandungan Logam, Bisa Picu Gagal Jantung

Redaksi
Senin, 06 Mei 2024 - 22:37 WIB
Arief Junianto
Studi Sebut Vape Punya Kandungan Logam, Bisa Picu Gagal Jantung Rokok elektrik alias vape / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Siapa bilang vape atau rokok elektronik memiliki risiko lebih kecil mengalami masalah kesehatan dibandingkan penggunaan rokok konvensional? Faktanya, berbagai penelitian telah menemukan vaping juga berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Saat ini vape banyak digandrungi oleh kalangan remaja hingga dewasa dan menjadi alternatif dari rokok konvensional.

Advertisement

Dalam sebuah studi yang dilansir Medical Daily menunjukan vape berisiko memicu terjadinya gagal jantung. Studi yang dilakukan oleh National Institutes of Health, menguji 175.667 orang yang aktif menggunakan vape dengan rata-rata usia 52 tahun.

Dari total tersebut, 19% lebih berisiko mengalami gagal jantung dibandingkan orang yang tidak menggunakan vape.

“Semakin banyak penelitian yang menghubungkan rokok elektrik dengan efek berbahaya dan menemukan bahwa rokok elektrik mungkin tidak seaman yang diperkirakan sebelumnya. Perbedaan yang kami lihat sangat besar. Sebaiknya pertimbangkan konsekuensinya terhadap kesehatan Anda, terutama dengan kesehatan jantung,” kata Dr. Yakubu Bene Alhasan, Senin (6/5/2024).

Bahaya vape tidak lepas dari kandungan nikotin dan zat karsinogen yang memicu kanker pada tubuh. Kandungan tersebut dapat dengan mudah menginfeksi saluran pernapasan dan menyebabkan permasalahan lainnya, seperti kanker paru-paru.

Kandungan nikotin yang sama-sama dimiliki vape dan rokok konvensional akan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan produksi hormon adrenalin meningkat, sehingga jantung menjadi tidak stabil dalam memompa darah.

Tak hanya itu, dalam jurnal Tobacco Control, para peneliti menemukan peningkatan paparan logam berbahaya seperti timbal dan uranium. Kandungan tersebut dapat merusak perkembangan otak dan organ lainnya.

Dalam penelitian tersebut, menguji 1.607 remaja berusia 13-17 tahun. Penelitian itu menguji vape yang memiliki rasa mentol, buah, permen, tembakau, kue, dan minuman alkohol.

BACA JUGA: Ini Kata Pakar Kesehatan soal Vape Jadi Alat Berhenti Merokok

Dari analisis tersebut menunjukan kadar timbal 40% lebih tinggi pada pengguna vape intermiten, dan 30% lebih tinggi pada pengguna vape rutin dibandingkan pengguna vape yang tidak rutin.

Perbandingan jenis rasa juga menunjukkan tingkat uranium 90% lebih tinggi yang menggunakan liquid bercita rasa manis, dibandingkan mentol. Dapat dikatakan penggunaan vape memungkinkan seseorang terpapar logam berbahaya yang berdampak buruk bagi kesehatan, terutama perkembangan otak dan organ tubuh lainnya.

Sementara itu, Guru Besar Bidang Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr, dr Agus Dwi Susanto, mengatakan vape tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri melainkan juga orang sekitar. “Jadi kalau menggunakan vape setiap hari, ataupun menghirup uapnya juga berisiko sama. Riset luar negeri, WHO mengatakan orang-orang yang ada di sekitar pengguna vape juga menghirup bahan berbahaya di vape itu.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 11:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement