Advertisement

Sering Dilakukan, Makan Sebelum Tidur Baik untuk Tubuh?

Lajeng Padmaratri
Rabu, 05 Oktober 2022 - 13:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Sering Dilakukan, Makan Sebelum Tidur Baik untuk Tubuh? Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Makan sebelum tidur merupakan topik yang kontroversial. Ada asumsi bahwa tubuh tidak punya waktu untuk mencerna makanan sebelum tidur, yang berarti bisa saja makanan disimpan sebagai lemak, daripada digunakan sebagai energi.

Dilansir dari Live Science, ahli diet dari Academy of Nutrition and Dietetics di Amerika Serikat, Melissa Ann Prest menjelaskan bahwa metabolisme seseorang saat tidur mungkin melambat 10-15% lebih sedikit daripada saat bangun. Untuk itu, untuk membantu tubuh mencerna makanannya, ia menyebut seseorang harus berhenti makan dua hingga tiga jam sebelum tidur.

Advertisement

"Selain itu pastikan Anda sudah makan cukup di siang hari dan kenyang serta puas. Anda ingin membantu tubuh Anda beristirahat dan memperbaiki diri di malam hari, jadi perhatikan apa yang dirasa tepat untuk Anda," kata Prest seperti dirilis Live Science.

Penelitian di Journal of Obesity juga mengungkapkan bahwa mereka yang makan dalam porsi besar menjelang waktu tidur cenderung melewatkan sarapan karena masih kenyang. Hal ini pun disebut cenderung menyebabkan kelebihan berat badan.

"Makan makanan jelang tidur menyebabkan tubuh Anda menyimpannya sebagai lemak daripada sebagai bahan bakar langsung. Ini karena lonjakan insulin dan sinyal ke tubuh untuk menyimpan lemak untuk cadangan energi," jelas Prest.

Baca juga: Perhatian! Sewa Jip di Tebing Breksi Bakal Naik Rp50.000 Mulai 1 November 2022

Hal paling buruk untuk makan yang terlalu larut ialah memilih segala sesuatu yang tinggi lemak dan gula, yang keduanya memiliki efek yang sama pada kadar insulin. Saat metabolisme melambat, mengonsumsi makanan manis dalam jumlah besar memicu insulin naik dan memberi sinyal bagi tubuh untuk menyimpan lemak.

Meski demikian, Prest tidak sepenuhnya melarang makan sebelum tidur, asal tidak terlalu banyak. Sebab jika makan dalam porsi besar terlalu dekat dengan waktu tidur, hal itu juga membuat mereka kesulitan tidur.

"Jika makan sebelum tidur, pilih camilan kecil yang mengandung serat dan protein seperti apel dan satu-dua sendok makan selai kacang. Serat membantu memperlambat kenaikan glukosa setelah makan, dan protein membantu perbaikan dan penyembuhan otot," kata dia.

Ahli gizi lain, Signe Svanfeldt juga mengatakan jika saat kita makan, maka tubuh kita bekerja untuk mencerna dan menyerap energi serta nutrisi dari makanan. Oleh karena itu, makan makanan dalam jumlah besar sebelum tidur bisa menyebabkan ketidaknyamanan perut serta mengganggu ritme sirkadian kita yang berdampak bagi tubuh.

Ritme sirkadian merupakan jam biologis atau internal alami yang mengatur proses penting dan fungsi tubuh, termasuk kapan waktu bangun dan tidur. Ritme sirkadian bekerja sama dengan otak dan dipengaruhi isyarat lingkungan.

"Bisakah makan sebelum tidur menyebabkan kenaikan berat badan? Itu juga tergantung pada apa yang kita makan," kata Svanfeldt.

Apa yang Dimakan

Ia menjelaskan manusia menambah berat badan ketika makan lebih banyak energi daripada yang dibakar untuk jangka waktu tertentu. Bahkan saat tidur, kita juga membakar energi yang menopang organ, fungsi, dan jaringan tubuh kita, meski kita tetap membakar makanan lebih banyak saat terjaga dan aktif bergerak.

Svanfeldt menegaskan topik ini tidak hanya berkaitan dengan kapan kita makan, namun juga apa yang kita makan. Makanan berlemak, gorengan, makanan dalam porsi besar, atau makan terlalu cepat dapat menyebabkan sakit perut bahkan refluks asam lambung.

Kenaikan berat badan dari makan sebelum tidur menurutnya bisa jadi karena beberapa orang mengemil makanan padat energi dan minim nutrisi larut malam. Hal ini sesuai dengan studi dari Nutrition Riview pada 2022, bahwa konsumsi makanan itu dapat menyebabkan asupan energi yang berlebihan dan obesitas.

Beberapa studi menyarankan bahwa makan terlalu larut dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kolesterol, dan penambahan berat badan. Namun, disebutkan juga bahwa tubuh kita semua berbeda dan bekerja dengan sistemnya masing-masing.

"Pada akhirnya ini semua tentang gambaran keseluruhan dari kebiasaan makan kita: apa, kapan, dan bagaimana kita makan menentukan seberapa baik pola makan kita sesuai dengan kebutuhan kita. Diet yang seimbang dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan energi kita masing-masing adalah kuncinya," kata Svanfeldt.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jaring Bakal Calon Bupati Pilkada, PKS Kulonprogo: 3 Kader Internal, 6 Tokoh Masyarakat

Kulonprogo
| Selasa, 16 April 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Konflik Israel di Gaza, China Serukan Gencatan Senjata

News
| Selasa, 16 April 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement