Advertisement

Deteksi Dini Jadi Kunci Utama Cegah Stroke

Newswire
Jum'at, 28 Oktober 2022 - 10:07 WIB
Lajeng Padmaratri
Deteksi Dini Jadi Kunci Utama Cegah Stroke Foto ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Deteksi dini merupakan kunci utama pencegahan terkena penyakit stroke. Dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka bisa diketahui riwayat stroke di keluarga maupun gejala yang muncul.

Ketika muncul gejala stroke, penting untuk mencari pertolongan sesegera mungkin karena pasien akan lebih cepat pulih ketika ditangani lebih awal.

Advertisement

Staf pengajar Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dyah Tunjungsari menyebutkan gejala dan tanda-tanda stroke yang harus diwaspadai adalah senyum tidak simetris atau mencong, kemudian tersedak, sulit menelan air minum secara tiba-tiba.

Gejala lainnya adalah gerak separuh anggota tubuh tiba-tiba melemah, lalu mendadak sulit bicara, tidak memahami kata-kata atau bicara tidak "nyambung".

Waspada juga bila tiba-tiba merasa kebas atau kesemutan separuh tubuh, juga ketika mendadak rabun atau pandangan satu mata terlihat kabur.

Tanda-tanda stroke lainnya adalah pingsan, sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya. Orang yang terkena stroke juga terganggu fungsi keseimbangan dan koordinasi seperti tremor, gemetar atau sempoyongan.

Ketika gejala-gejala ini terjadi, segera bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

"Sebab 1,9 juta sel saraf di otak mengalami kerusakan tiap menit pada saat terjadi stroke," jelas Ketua Pokdi Gangguan Gerak Cabang Jakarta Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Seluruh Indonesia Jakarta Raya (PERDOSSI Jaya) ini.

Dyah mengatakan saat ini pasien stroke usia muda, yakni di bawah 45 tahun, terus meningkat. Ini disebabkan oleh faktor risiko vaskular seperti hipertensi, kadar kolesterol tinggi dan kadar gula darah yang tinggi memang kian banyak dialami di populasi usia muda dibandingkan beberapa dekade terakhir.

"Diduga ini berpengaruh kenapa pasien stroke usia muda meningkat," jelas dokter spesialis saraf konsultan neurodegeneratif di RS Pondok Indah itu.

Di Indonesia, setiap tahun ada 500.000 penduduk yang terkena stroke dan 2,5% di antaranya meninggal, sisanya mengalami kecacatan.

Bagi pasien stroke, ia mengingatkan bahwa perbaikan fungsional dapat berlangsung seumur hidup. Sebagian besar pasien mengalami fase "plateau" di mana setelah tiga bulan pertama stroke, perbaikan gejala seakan menurun.

Pemulihan stroke juga dapat dibantu dengan terapi seperti Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) yang menstimulasi sel saraf otak dan diharapkan bisa mengurangi kecacatan serta memperbaiki kualitas hidup pasien.

Dia berpesan agar masyarakat bisa meminimalkan faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi, yakni menjaga pola makan dengan mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup serta mengurangi stres.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Usulan Formasi PPPK-CPNS 2024 Disetujui Pusat, Pemkab Bantul: Kami Tunggu Kepastian Alokasinya

Bantul
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:07 WIB

Advertisement

alt

Ditangkap di Kontrakannya, Begini Tampang Pelaku Pemerasan Penumpang Grab Car

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 16:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement