Lifestyle

Banyak yang Kecanduan Medsos, Kasus Depresi Makin tinggi

Penulis: Rahmat Jiwandono
Tanggal: 14 Januari 2020 - 23:37 WIB
Ilustrasi kecanduan gadget. - netmag.pk

Harianjogja.com, SLEMAN—Kemajuan teknologi digital dan perkembangan media sosial (medsos) mengakibatkan meningkatnya angka kasus gangguan kesehatan mental, terutama berkaitan dengan kecanduan gawai atau gadget.

Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Profesor Ova Emilia, mengatakan dalam penelitian berjudul A Tool to Help or Harm? Online Social Media Use and Adult Mental Health in Indonesia di jurnal internasional menemukan penggunaan media sosial secara berlebihan berbahaya bagi kesehatan mental karena dapat menyebabkan depresi. Peningkatan penggunaan media sosial dikaitkan dengan peningkatan skor Center for Epidemiological Studies Depression/CES-D atau skala depresi pada seseorang.

"Berdasarkan skor CES-D skala depresi seseorang sebesar sembilan persen," jelasnya dalam jumpa pers Menjawab Tantangan Kesehatan Mental di Era Milenial di UGM, Selasa (14/1/2020).

Merujuk data yang dihimpun Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2018, menunjukkan prevalensi orang gangguan jiwa berat (skizofrenia/psikosis) meningkat dari 0,15% menjadi 0,18%. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun ke atas juga meningkat dari 6,1% pada 2013 menjadi 9,8% pada 2018 lalu.

"Artinya sekitar 12 juta penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas menderita depresi," katanya.

Di sisi lain ada survei yang bertujuan mengetahui angka dan penyebab kematian secara nasional (Sistem Registrasi Sampel/SRS). Hasilnya diperoleh data pada 2016 telah terjadi 1.800 kematian akibat bunuh diri. Hal itu menunjukkan setiap harinya terjadi lima kematian akibat bunuh diri.

Pakar Kedokteran Jiwa UGM, Carla Raymondalexas Marchira, mengatakan bertolak dari tingginya data tersebut maka upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif perlu dilakukan secara komprehensif melibatkan semua aktor pembangunan kesehatan seperti komunitas, tenaga medis, dokter, paramedis, psikiater, psikolog, ahli gizi, perawat, apoteker, hukum, hingga Dinas Kesehatan. "Ini menjadi tanggung jawab bersama semua pihak," kata dia.

Ia menambahkan keterbatasan jumlah psikiater di Jogja juga menjadi persoalan dalam upaya menekan jumlah orang dengan gangguan jiwa maupun depresi.

"Penduduk di Jogja yang jumlahnya sekitar empat juta orang hanya ada 35 sampai 40 psikiater. Tentu butuh peran dari elemen masyarakat lainnya dalam menekan jumlah angkat itu," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

Dipanggil Teman oleh Bocah Berusia 2 Tahun, Beyonce Kirim Bunga Cantik Ini
Mark Zuckerberg Jadi Orang Terkaya Ke-3 di Dunia, Kalahkan Elon Musk
Jadi yang Pertama Lolos ke Perempat Final Piala Asia U-23, Qatar Malah Dirujak Warganet
Siap-siap! Pengguna Akun Baru X Bakal Dikenakan Biaya

Video Terbaru

Berita Lainnya

  1. Tangis Kecil Erick Thohir Iringi Sukses Timnas U23 ke Semifinal Piala Asia U-23
  2. Kasus DBD di Pacitan Melonjak Tinggi pada April Ini, Angkanya Capai 107
  3. Jatuh lalu Tertabrak Truk, Pengendara Motor Meninggal di Selogiri Wonogiri
  4. RM BTS akan Rilis Album Solo Kedua pada Mei 2024

Berita Terbaru Lainnya

Hindari Minum Teh Setelah Makan, Ini Risikonya bagi Tubuh
Bahaya Bahan Kimia pada Makanan Laut Patut Diwaspadai
Mulailah Perjalanan Kuliner di sepanjang Pesisir Aegea di Turki
25 April Jadi Hari Malaria Sedunia, Ini Sejarah dan Superfood Pencegah Penyakit Ini
Anak Kekurangan Vitamin D, Risiko Kena Eksim Meningkat
Tak Hanya Mengharumkan Masakan, Minyak Wijen Ternyata Kaya Manfaat bagi Tubuh
Tingkat Kolesterol Bisa Diturunkan dengan Beberapa Suplemen
Resep Jangan Ndeso Lombok Ijo Khas Gunungkidul yang Nikmat untuk Disantap
Perhatikan Gejala dan Dampak Depresi pada Pekerja agar Segera Tertangani
Kerap Mengonsumsi Makanan Olahan Picu Menstruasi Lebih Cepat